Feminin dan Tomboy: Nostalgia Sekolah Kejuruan Dulu dan Sekarang

Feminin dan Tomboy: Nostalgia Sekolah Kejuruan Dulu dan Sekarang

tomboy

Ngeblog ada sekolahnya gak sih? Syukurnya tidak ya. Berapa pun tahun angkatannya, dari jaman dahulu sampai saat ini semua bisa ngeblog sesuai bidang masing-masing. Tidak perlu melihat jurusan apa saat sekolahnya dulu. Mau Feminin atau tomboy, semua cucok gaes

Kalau bicara sekolah kejuruan, ada istilah yang bikin saya senyum jika mengingatnya. Feminin dan Tomboy. Kenapa ada istilah feminin dan tomboy? Karena jaman saya dahulu kala (ketahuan ini saya angkatan jaman mana) ada dua macam sekolah kejuruan yang sudah lumrah yaitu STM (Sekolah Teknologi Menengah) dan SMEA (Sekolah Menengah Ekonomi Atas). Yang mana bisa diasumsikan kalau STM mayoritas muridnya laki-laki, dan SMEA banyak diminati oleh kalangan perempuan.

Tapi jangan salah, ada juga lho laki-laki yang daftar di SMEA, atau perempuan yang jadi murid STM. Entah karena alasan apa mereka ‘memaksakan’ diri masuk ke sekolah kejuruan yang sekilas bagai salah jurusan alias tidak ‘umum’. Karena tidak ‘umum’ tulah mereka jaman saya mendapat sebutan kaum feminin dan tomboy.

Feminim alias (maaf) benc*ng sebutan untuk murid SMEA laki-laki. Kenapa? Karena kebanyakan jurusan di SMEA cocoknya untuk anak perempuan, seperti tata boga dan tata busana. Meski ada jurusan ekonomi dan akuntansi, jarang ada murid laki-lakinya karena lebih dulu termakan paradigma sekolah perempuan itu tadi.

Dan pada kenyataannya, mungkin karena lingkungan, mungkin juga karena sudah pembawaan, murid laki-laki di SMEA memang rada-rada ‘cucok’ dan gemulai. Karenanya diistilahkan feminin atau kasarnya (maaf) benc*ng itu tadi. Maaf ya, memang sih tidak semua begitu, saya menyatakan itu sesuai yang saya alami saja.

Begitu juga jika anak perempuan masuk STM, kebanyakan sifat tomboynya terlihat dan menonjol. Entah karena tuntutan praktik serta magang di kejuruan yang diambilnya, atau memang sudah kesukaannya.

Pengalaman teman saat SMP, ada teman yang berjilbab, anggun dan feminin. Karena menyenangi dunia kelistrikan, ia masuk STM favorit jurusan listrik di kota kabupaten. Saat SMP ia tidak pernah kumpul-kumpul apalagi keluyuran, eh, setelah sekolah di STM sering menjumpainya justru ketika ia sedang konvoi sepeda motor. Hahaha…

Jaman saya dahulu STM dan SMEA itu adanya hanya di kota kabupaten. Ada sekolah kejuruan lain seperti SPG (guru) dan SPK (kesehatan) namun banyak yang tidak menjangkau karena biaya tinggi dan saingannya banyak. Lulus sekolah kejuruan itu bisa langsung kerja karenanya peminatnya membudak tidak hanya dari satu kabupaten. Beda dengan sekolah kejuruan sekarang yang sudah berganti menjadi SMK (Sekolah Menengah Kejuruan). Selain kejuruan yang dapat dipilihnya banyak, lokasinya pun ada di setiap kecamatan. Bahkan di Pagelaran tempat saya tinggal, sudah ada tiga sekolah lanjutan tingkat atas kejuruan. Yang berstatus negeri, dan lainnya milik swasta/yayasan.

Sekolah Kejuruan dahulu sangat diminati, khususnya oleh siswa yang ingin bisa langsung bekerja, tidak harus melanjutkan ke bangku universitas. Dan memang banyak buktinya, banyak lulusan STM dan SMEA angkatan saya, tidak melanjutkan kuliah melainkan langsung bekerja, atau buka usaha sendiri. Ada yang buka bengkel, buka ketering atau toko kue, jasa pengetikan dan foto copy, dan buka salon kecantikan.

Semakin tinggi gaya hidup, semakin banyak tuntutan kebutuhan manusia. Karena itu kejuruan dalam sekolah lanjutan pun semakin beragam. Tidak hanya terkait ekonomi dan teknologi, tapi juga gaya hidup dan hubungan sosial.

Saat perekonomian terpuruk dan pekerjaan susah didapat, maka sekolah kejuruan bisa jadi alternatif untuk pelajar yang minat kerja segera setelah melepas seragam sekolahnya. Tidak hanya di kota, karena sekarang SMK sudah tersedia di setiap wilayah kecamatan. Pemerintah pun berangsur semakin memberikan banyak fasilitas.

Saat internet menjadi penguasa dalam kehidupan sehari-hari, jurusan manajemen internet bisa saja diperlukan supaya internet yang ibarat mata pisau ini bisa dikelola oleh user dengan baik dan maksimal. Tidak menutup kemungkinan kedepannya akan ada sekolah kejuruan jurusan ngeblog. Ya, jangan tertawa dulu. Saat ini ngeblog kan sedang trend, bahkan sudah banyak yang membuktikan kalau hobi menulis (ngeblog) ini bisa jadi sebuah profesi yang bergengsi dan menghasilkan.

Hem… sekolah kejuruan memang bermanfaat untuk mereka yang bisa langsung kerja tanpa harus masuk universitas dahulu, tapi tidak terbayang jika ada sekolah kejuruan jurusan ngeblog ini bakalan diikuti oleh generasi anak muda aliran mana, feminin atau tomboy. Hehe… saya sih, oke!

3 thoughts on “Feminin dan Tomboy: Nostalgia Sekolah Kejuruan Dulu dan Sekarang”

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics