Film yang Tidak Bosan Ditonton Seumur Hidup!

Matilda, tontonan yang tidak bosan melihatnya seumur hidup!

Sebenarnya, hingga sekarang di usia mendekati setengah abad, saya jarang menonton tayangan baik di televisi maupun layar lebar. Saya lebih suka membaca dan memelototi rangkaian huruf dalam kertas atau semakin modern seperti sekarang media bacaan bergeser menjadi platform digital.

Terlebih sejak kecil saya terlahir dari keluarga menengah ke bawah. Saat pertama kali stasiun televisi swasta hadir di negara kita, kesempatan nonton film anak semacam Doraemon atau kisah Si Unyil hanya saya lakukan jika saya benar-benar memiliki waktu luang. Itu pun harus numpang nonton di tetangga yang memiliki televisi. Secara di rumah kami saat itu memang tidak memilikinya.

Ketika almarhum bapak mampu beli televisi meski masih layar hitam putih, saya yang pada dasarnya kurang suka menonton, pun lebih memilih membaca-baca majalah anak dan remaja yang saat itu memang sedang buming. Bobo, Kawanku, lalu majalah Anita, Hai dan sebagainya. Sampai setiap halamannya keriting, menggulung. Mungkin karena saking seringnya saya buka-buka dan saya baca ulang terus jika belum mendapatkan edisi terbaru.

Dunia saya baru mulai dijejali tontonan ketika bekerja menjadi TKW dan bertugas mengasuh bocah usia Paud hingga TK. Karena mendampingi mereka, mau tidak mau saya harus ikut melihat tayangan film anak-anak. Tidak sekedar lihat, tapi juga dituntut untuk bisa memberikan pendapat dan menjawab setiap pertanyaan yang diajukan anak majikan terkait film yang ditonton.

Aduh, beneran seperti mau ujian negara saja deh! Deg-degan dan berkeringat. Secara selama ini kan tidak pernah melakukan itu. Malah majikan menyuruh saya untuk menonton terlebih dahulu setiap DVD baru yang dibawakan. Dengan harapan saya lebih dulu bisa mengambil kesimpulan dan mendapatkan gambaran sekiranya besok saat nonton mendampingi anak, ada pertanyaan tak terduga dari bocah yang memang anak di luar negeri itu pada kritis dan pintar, saya sudah bisa mempersiapkan jawabannya.

Awalnya saya merasa terbebani dengan mendampingi anak majikan menonton ini. Bagi sekilas yang melihat mungkin ini pekerjaan mudah, apa susahnya sih menemani anak nonton film?

Mereka tidak tahu jika anak majikan selalu bertanya hingga membuat kepala saya selalu ngebul berasap saking harus berpikir keras mencari informasi demi bisa menjawab pertanyaannya. Meski ujungnya jika saya angkat tangan, anak dan saya akan sama-sama bertanya ulang kepada ibunya si anak, dan baru merasa lega ketika sudah sama-sama mendapatkan jawabannya.

Matilda, Tontonan yang Tidak Bosan Seumur

Jaman itu belum seperti sekarang apa-apa bisa serba ditanyakan ke google, ya. Jadi bisa dibayangkan dong, bagaimana pusingnya saya saat itu. Tapi beruntung majikan selalu memiliki solusi dan membuat saya serta anaknya sama-sama paham dengan pelajaran yang bisa diambil dari setiap film anak yang ditonton.

Ada banyak film anak yang selalu diputar ulang sehingga saya saat itu merasa bosan. Mulai film yang cocok untuk anak perempuan, atau film yang lebih banyak diminati anak lelaki. Pun film dengan cakupan lebih luas bisa ditonton oleh anak cewek maupun cowok.

Pelajaran tanpa guru dari film

Disela obrolan dengan majikan, saya bisa menangkap maksud ia memberikan waktu kepada anaknya untuk rutin menonton film itu supaya anak bisa mengambil pelajaran hidup dari kisah yang ditayangkan.

Jadi semacam pelajaran tanpa menggurui yang diulang, dengan sendirinya anak bisa mengingat, perbuatan apa yang tidak baik, bagaimana jika dilakukan, dan apa dampaknya jika tetap memaksakan diri melakukan keburukan itu.

Benar saja, jangankan diterapkan pada otak dan pemikiran anak yang masih polos dan bersih, saya saja yang daya pikirnya sudah terkontaminasi dengan banyaknya pikiran serta beban hidup, seolah masih bisa mengingat dengan jelas setiap pelajaran hidup yang ditonton dari sekian banyak film-film itu.

Misalnya dalam film diperlihatkan bagaimana tokoh jahat pada akhirnya. Sehingga anak diajarkan untuk tidak melakukan hal buruk itu kecuali nanti akan mendapatkan balasan yang buruk pula. Pun sebaliknya, tokoh yang selalu teraniaya tapi tetap melakukan kejujuran dan kebenaran, pada akhirnya mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

Dua hal itu menjadi pelajaran hidup yang tidak mudah dilupakan karena saking seringnya menonton jadi dalam otak ini bayangan nya sudah menebal dan tidak mudah terhapus.

Hingga saya berkeluarga dan memiliki anak, kadang saya menerapkan pola ajar seperti itu meski tidak bisa sama percis seratus persen karena perbedaan adat dan kebiasaan.

Namun saya siasati, jika tidak ada tontonan maka saya ambil cara lain seperti dengan mengganti nya dengan menyuguhkan cerita anak, dongeng atau bahan bacaan yang cocok.

Tontonan berseri Babby Einstein jadi salah satu stimulasi bagi tumbuh kembang anak. Seiring bertambahnya usia anak tayangan diganti dengan film yang lebih tinggi lagi pelajaran hidup yang disampaikannya.

Dan salah satu film anak yang sering ditonton dan tak pernah bosan menontonnya sampai sekarang adalah film Matilda.

Matilda, Kisah Gadis Jenius dengan Kemampuan Ajaib Telekinetik

Film Matilda selain menjadi tayangan film lepas ternyata juga sudah cukup lama bolak balik ditayangkan di televisi. Wajar ya secara film Matilda ini dirilis pada tahun 1996.

Film bergenre komedi satir ini masuk ke dalam jajaran tayangan film yang sering saya tonton sampai berkali-kali.

Saya tidak pernah bosan meski ada beberapa orang mengatakan bosan lah nonton itu terus mengingatkan kalau film Matilda dulu sejak saya masih sekolah SD sudah sering diputar oleh salah satu saluran televisi.

Yang bikin saya tidak pernah bosan menontonnya karena cerita anak ini dibalut dengan kisah fantasi yang jenaka. Film Matilda bisa memberikan nilai moral kepada orang tua dan juga para guru untuk lebih memperhatikan perkembangan dan kemampuan anak-anak.

Meskipun kelihatannya ini adalah film keluarga yang bisa ditonton bersama anak-anak, sebaiknya dalam menikmati film ini anak selalu berada di bawah bimbingan orang tua. Sebagaimana majikan saya dulu menugaskan saya untuk itu.

Beberapa adegan di film ini disertai beberapa pemahaman yang mungkin saja disalah artikan oleh mereka. Jadi karena itu sebagai pendamping kita harus lebih tahu banyak dan siap menjawab setiap pertanyaan yang diajukan anak.

Film Matilda disutradari oleh Danny DeVito. Selain menyutradarai, Denny DeVito ikut berperan bersama sang istri yaitu Rhea Perlman bermain dalam film favorit ini. Keduanya melakoni peran sebagai orangtua Matilda, yaitu Harry Wormwood dan Zinnia Wormwood.

Namun sangat disayangkan 20 tahun berselang dari film ini kalau gak salah sekitar tahun 2016, mereka memutuskan untuk bercerai setelah 35 tahun mengarungi bahtera rumah tangga. Untuk soal itu mohon maaf kita di sini gak ada porsi untuk membahasnya ya.

Sinopsis Film Matilda

Yang masih selalu saya ingat dari film Matilda ini saat dikisahkan kalau Matilda adalah seorang anak yang lahir di lingkungan keluarga yang buruk dalam hal mengurus anak. Keluarga Wormwood tak menyadari bahwa mereka telah dianugerahi seorang putri yang begitu istimewa. Meski begitu mereka sepertinya memang terlalu bodoh untuk menyadari kelebihan yang ada pada putri mereka.

Padahal Matilda telah menunjukkan perkembangan yang jauh lebih cepat dari anak seumurannya. Ia sudah bisa menuliskan namanya sendiri di usia bayi, padahal ia belum disekolahkan. Sayangnya hal tersebut selalu luput dari pandangan orang tuanya bahkan selalu acuh.

Memang ya sangat disayangkan jika anak seperti diri Matilda harus terlahir di lingkungan keluarga yang seperti itu. Ayahnya adalah seorang penipu yang menjual mobil bodong.

Beruntung dibalik tubuh kecilnya, Matilda memiliki pemikiran yang jauh melebihi anak seumurannya. Di usia yang terbilang masih sangat kecil, ia memiliki pemikiran yang sangat kritis dalam membedakan mana yang salah dan benar.

Matilda pun memiliki kemampuan untuk menolak terbawa dalam didikan jelek orang tuanya. Selain itu dibalik kejeniusannya, Matilda memiliki kemampuan telekinesis yang mungkin ia dapatkan karena terlalu jeniusnya?

Akhirnya Matilda dimasukan ke SD Crunchem Hall yang dikepalai oleh Agatha Trunchbull. Ketimbang kepala sekolah, penampilan  Agatha ini menurut saya malah lebih mirip sosok sipir penjara wanita yang sangar. Hehe… Meski mengepalai sekolah dasar yang didominasi oleh anak-anak rentang usia 6 hingga 12 tahun, Agatha sebenarnya begitu membenci anak-anak. Fakta yg sangat mencengangkan, bukan?

Sekolah yang dibina Agatha jauh dari kesan menyenangkan untuk anak umur segitu. Ia tak segan menghukum anak-anak yang dianggap menyebalkan olehnya.

Namun selalu ada sisi baik disamping sisi buruk. Di tengah suasana sekolah yang begitu mencekam, Jennifer Honey selaku wali kelas Matilda hadir memberi suasana hangat ke dalam kelas.

Bu guru Jennifer justru lebih dahulu menyadari kejeniusan Matilda saat gadis kecil itu mampu menghitung di luar kepala.

Dan siapa sangka dibalik sosok lembut ibu guru Jennifer ternyata tersimpan masa kecil yang kelam antara dirinya dengan Agatha Trunchbull.

Persamaan nasib yang dialami ibu guru Jennifer dengan Matilda membuatnya begitu peduli terhadap gadis cilik menggemaskan itu. Ia pun akhirnya berjuang untuk mengambil hak asuh Matilda.

Film Matilda memiliki adegan yang mungkin tidak bisa dilupakan begitu saja oleh para penonton, yaitu saat Agatha Trunchbull menghukum Bruce Bogtrotter untuk menghabiskan kue coklat berukuran besar.

Lucu, gemes, sekaligus kesal dan sedikit jijik sebenarnya pada adegan ini. Bagaimana tidak, Bruce dihukum makan kue cokelat yang begitu besar karena telah mencuri kue coklat milik kepala sekolah yang kejam itu.

Meskipun di awal saat mencicipi kue coklat tersebut, Bruce nampak menikmatinya karena rasanya yang lezat. Tapi adegan ini cukup bikin mual untuk dibayangkan. Terlebih sebelumnya, dikatakan bahwa kue tersebut telah bercampur dengan darah dan keringat dari pembuatnya. Ih, jorok kan?

Lepas dari adegan itu, film yang dibintangi tokoh sesuai judulnya ini, tetap memiliki ciri khas bagaimana kisah seorang anak perempuan bernama Matilda yang luar biasa jenius, mandiri, dan memiliki hobi membaca buku.

Tidak merasa rugi nonton ulang film Matilda karena menurut saya fil ini memiliki kelebihan:

• Memiliki pesan yang langsung tersampaikan kepada penonton

• Mengingat kita bahwa kejujuran dan kebenaran lebih berharga dari segalanya

• Mengingatkan tentang pentingnya sebuah keluarga

• Memberikan banyak nilai-nilai kehidupan yang bisa diperoleh tanpa kita sadari

• Pemilihan pemain yang tepat sehingga dapat memerankan tokoh dalam cerita dengan baik

Matilda, Tontonan yang Tidak Bosan Seumur Hidup!

Kekurangan filmnya jika ada mungkin pada adegan yang terasa tidak memiliki tujuan yang jelas. Beberapa adegan juga masih terasa seperti dilebih-lebihkan. Mungkin sebenarnya agar bisa menggali imajinasi anak supaya bisa lebih keluar lagi keunggulannya.

Film Matilda mengajarkan tentang pentingnya keluarga dalam sebuah kehidupan. Bahkan jika kita mau berjuang bersama keluarga kita bisa melewati berbagai masalah yang ada. Apalagi dalam perkembangan jaman seperti sekarang dimana generasi muda dalam mengenal budaya terlihat sudah mulai menghilang.

Matilda secara tidak langsung melukiskan kehidupan anak yang berupaya mengenal budaya moral serta pengalaman menghadapi kejahatan, kebohongan dan ketidakjujuran.

Berbagai konflik terjadi dalam film ini, salah satunya sikap tolong-menolong yang dilakukan oleh tokoh terhadap tokoh lainnya. Konflik tersebut menimbulkan aspek moralitas yang menjadi pesan dalam film ini.

Film Matilda bagus dijadikan tontonan sepanjang jaman karena terdapat beberapa nilai moral yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari terutama bagi anak-anak, misalnya menjalin persahabatan dan persaudaraan tanpa memandang status sosial, tolong-menolong sebagai wujud makhluk sosial, keberanian tidak didasari perbedakan gender, perilaku dibentuk oleh lingkungan sekitar dan kepekaan terhadap lingkungan sekitar.

Sudah nonton film Matilda? Gimana kesannya, bosan gak atau ketagihan untuk menontonnya lagi?

16 thoughts on “Film yang Tidak Bosan Ditonton Seumur Hidup!”

  1. Kalau udah punya satu film kesukaan terlebih punya manfaat baiknya, bakalan ditonton berulang terus deh. Soalnya daku pun juga begitu hehe

    Reply
  2. Apakah film Matilda ini boleh untuk anak semua umur? Saya sedang mencari rekomendasi film buat anak-anak. Usia mereka bervariasi. Telivisi rusak, jadi lebih sering nonton youtube. Kadang bingung cari film yang bagus dan bermakna.

    Reply
  3. Pas baca nama filmnya, kayak pernah tahu. Iya, ternyata film lama yah…
    Engga kebayang iiih…kepala sekolah kok engga suka anak-anak. Gimana sih…
    Aku sekarang malah sering nonton berdua suami nih, karena engga ada lagi yang diurusin. Seringnya nonton action gitu… Pokoknya yg baik pasti menang. Hehe…

    Reply
  4. Wah, kebetulan nih Teh, nak bungsu pun kemarin sedang suka banget dengan Matilda. Rasanya setiap kejadian yang dia lihat, dihubung2kan dengan filmnya Hehehe. Bagus sih memang film ini, banyak nilai-nilai positif yang bisa diambil.

    Reply

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics