Geliat Persaingan Usaha Blogger Desa

Geliat Persaingan Usaha Blogger Desa

 

Apa sih Blogger? Ngeblog itu ngapain saja?

Seorang awam berkata, profesi blogger baru tampak, ketika berdomisili di ibukota dan daerah penyangga. Karena di sana banyak events yang mengundang blogger. Blogger “dibayar” untuk merepresentasikan acara yang berlangsung di blog dan sosial media. Tulisan-tulisan blogger serta reportase di sosial media itu dibaca netizen, maka informasi pun meluas.

Sementara blogger daerah, jarang sekali diundang untuk menghadiri event. Bahkan di daerah tertentu bisa dibilang tidak ada instansi pemerintah atau perusahaan yang ngeh untuk menggandeng blogger ketika launching sesuatu. Sepi. Orang tidak mengenal di daerah tersebut ada blogger, kecuali tidak sengaja diarahkan google ketika mencari informasi tertentu yang kebetulan informasi terkait ada pada blog Blogger tersebut. Atau pas ikut lomba blog dan menang. Semua mata pasti tertuju deh dan banyak yang nge-add berteman. 

Yang lebih nyesek ketika ada pencarian job berdasarkan lokasi domisili. Jelas Blogger di luar wilayah tidak bisa ikut meski secara syarat teknis blog memenuhi. Kecuali ada koordinator orang dalam yang tidak fair.

Emang ada yang tidak fair? Ada. Ketika sebuah instansi membuat acara blogger gathering, peserta disyaratkan harus berdomisili Jabodetabek. Saya yang domisili Cianjur, merasa tetangga nya Bogor ikut daftar. Ternyata tidak lolos dengan alasan domisili tidak tercover.

Tapi pada saat acara berlangsung, banyak yang live banyak yang ngetwit dan share photo acara tersebut, salah satunya Blogger dari luar Jabodetabek juga. Iseng saya tanya kok bisa ikut acara? Jawabnya daftar dan dapat email konfirmasi. Fix. Mungkin ada kekeliruan. Saya hanya istighfar. Mensyukuri jadi Blogger daerah yang untuk mendapatkan ilmu saja harus dibarengi sakit hati.

Jika ingat itu, saya merasa beruntung menjadi bagian dari Kompasiana. Di sana kalau ada acara selalu fair. Bedanya koordinator perorangan sama institusi seperti itu kali. Okeh, lupakan curhat saya itu, kita kembali ke tema ODOB Indonesian Sosial Blogpreneur.

Dari salah satu pengalaman di atas, terlihat bukan profesi yang sama namun kondisi yang berbeda hanya karena perbedaan wilayah. Tapi perlahan stigma itu mulai menurun, ketika ada sistem rekrutmen Blogger untuk diajak kerjasama dalam bentuk content placement, dan atau sponsored post. Membuat blogger daerah merasa tetap dicari dan meski recehan, tetap bisa menghasilkan.

Meski untuk mendapatkan kesempatan terpilih menjadi blog yang memenuhi persyaratan itu sungguh sangat tidak mudah. Bersaing dalam konsisten update, berlomba dalam menaikan domain authority, maksimal dalam page authority, bahkan kini mulai ada perhitungan domain rating selain engagement blog yang bisa dilihat dari analitik.

Huh… Tarik nafas dalam pokoknya.

Jadi Blogger itu tidak sekadar menulis kalau mau menghasilkan. Karena semua memang tidak ada yang instan, bukan? Menyajikan mie instan saja perlu air panas. Tetep harus ada perjuangan.

Jadi, apa yang harus dilakukan supaya blog nya Blogger daerah bisa bersaing dan menghasilkan seperti Blogger ibukota?

1. Perkuat niat ngeblog
2. Rawat blog sehingga bikin betah dan mudah diakses
3. Konsisten menulis hal yang bermanfaat, job atau bukan, buat lomba atau bukan, tetap bermanfaat
4. Upgrade skill dalam hal dunia blogging baik secara online maupun offline
5. Rajin silaturahmi baik online maupun offline sehingga menambah jejaring dan peluang dikenal
6. Maksimalkan akun sosial media yang menunjang kinerja blog
7. Marwah seorang blogger tidak berorientasi kepada materi. Jadi dapat atau tidaknya sebuah job, tetap saja konsisten dalam membuat membagikan tulisan yang meski recehan tapi bermanfaat bagi pembaca.
8. Ada lagi yang bisa menambahkan?

Jadi ketika Blogger daerah tidak memiliki kesempatan atau tidak diajak dalam sebuah event, jangan kecil hati. Luruskan saja niat ngeblog nya. Semakin tinggi jam terbang menulis, semakin besar kesempatan dikenal dan mendapatkan hasil dari kerja keras selama ini.

Rezeki dan peluang tidak hanya berasal dari satu pintu

30 thoughts on “Geliat Persaingan Usaha Blogger Desa”

  1. hihihi, pukpuk teh 😀
    Saya tinggal di pinggiran nih, udah jarang bisa ikut event, karena memang waktunya nggak memungkinkan.
    Mengenai undangan event, kadang memang diutamakan yang udah sering datang dan juga anggota sebuah komunitas dulu.

    Jadi kalau dipilih by koordinator, kadang ya gitu.
    Beda lagi kalau dipilih ama klien, biasanya mereka lebih menilai dari blognya 🙂

    Setau saya jarang sih undangan event mematok domisili, mau domisili Irian, event di Jakarta, asal bisa datang tepat waktu sih it’s OK hihihi.

    Semangat teh, masih banyak cara buat eksis kok, tingkatkan performa blog, rajin branding, maka berikutnya kita diundang langsung ama brand 😀

    Reply
  2. Tetap semangat teh…
    Kan bisa ambil peluang ikutan lomba klo emang nggak ada event.
    Atau bisa perkuat jejaring biar banyak sponsor post…
    Banyak pintu rezeki dari ngeblog teh, nggak hanya dari event…

    Semangat ya teh

    Reply
  3. Iya teh seruju banget sih sama kesemua point2 yang td teteh sebutkan di artikel, intinya ya kita ghatus gercep sama semua hal biar ndak ketinggalan yah teh hehe 😉

    Reply
  4. Salam dari sesama blogger daerah.
    Kadang kepikiran juga, enak ya jadi blogger yang tinggal di ibukota. Tapi terus berbalik lagi, karena kalau disuruh tinggal di Jakarta, saya nggak bakalan mau. Jadi ya dinikmati aja rejeki recehannya dari CP

    Reply
  5. Semangat teh, saya yakin kok nantinya industri blogger ini akan lebih profesional dan berkualitas. Termasuk dari pihak klien juga lebih fair soal pemilihan dan penghargaan terhadap blogger. Btw, tenang teh ibukota mau pindah ke Kalimantan, brarti nanti byk job disana hehehe bukan lagi di jabodetabek melulu.

    Reply
  6. Aku termasuk blogger beruntung karena tinggal di Bogor dan Jabodetabek jor-joran banget yang namanya event itu. Apakah aku selalu mendaftar? Tidak. Bahkan lebih sering dilewatkan. Alasannya karena aku seorang perempuan bekerja dan blogging for money bukan tujuan utama. Kalau dapat ya syukur Alhamdulillah.

    Tujuan punya blog-nya setiap orang berbeda-beda sih, ya. Meskipun menjadi blogger profesional itu tampak keren sekali di mataku, huhuhu …

    Kalau aku pribadi, selain menuliskan tulisan bermanfaat, juga tulisan yang menghibur. Kan senang bisa pengen pembaca tersenyum atau tertawa, hihihi …

    Reply
  7. Saya tinggal di area jabodetabek mbak, tapi malah jarang ikut daftar event. Alasannya karena waktunya sering gak bisa. Eventnya sering di hari dan jam anak-anak sekolah, dan saya yang tinggal di pinggiran Jakarta itu gak memungkinkan bolak-balik ke tempat event, karena pasti bakal telat jemput anak-anak sekolah. Belum lagi, ketika weekend, anak-anak juga ada kegiatan ekskul, Secara suami bekerja dengan sistem roaster di luar pulau, jadi saya juga harus mandiri atur waktu ngurus hal-hal domestik dan anak-anak.

    Sementara ini saya fokuskan merawat blog saja dulu. Nanti kalau passs ada waktunya, pasti saya luangkan untuk ikutan event. Semangat mbaaaa! 🙂

    Reply
  8. Wah..gitu ya?
    Qku ga gitu faham sih, Teh karena emang aku jrg bisa hadir even meski diajakin kadang ya lihat2 juga acaranya apa ilmunya apa gitu.

    Niatkan hati tujuan ngeblog emang penting ya Teh, semua menjaga kualitas tulisan kita juga.

    Aku pribadi awal ngeblog ingin sharing ilmu jualan yang biasa kubagi di WAG marketerku eh ga tahunya ingin juga sharing parenting yg kujalani karena sering ditanya kawan gimana-gimana, hasilnya blog curhat hore hahahha

    Sukses terus ya, Teh.
    Tek Okti sih aku punya feeling bakal suskses jadi blogger pro dengan cara sendiri yang beda dengan yang lainnya.

    Aku hanya bisa bilang “You Already Awesome” keep inspiring, Teh.

    Reply
  9. Berjejaring (networking) juga penting ya mba. Benar, umumnya acara bloger gathering itu lewat email konfirmasi juga. Tapi sesungguhnya berpenghasilan dari ngeblog bisa bersumber dari banyak cara.

    Reply
  10. Aku setuju dengan komen mbak Mutia, sesungguhnya penghasilan dari blog bisa bersumber dari banyak cara. Gak harus event tapi juga bisa endorsement yang barang dikirim ke rumah. Aku pun juga udah jarang ambil event krn keterbatasan waktu. In shaa Allah selalu ada cara kok. Tetap semangat 🙂

    Reply
  11. Hehe…
    Saya ini mah, blogger desa alias blogger yang tinggalnya di desa.
    Tapi sekarang di desa-desa pun blogger sudah diakui. Salah satunya menjadi admin desa yang mengelola website desa. Web desa menjadi corong dan tolak ukur pencapaian desa tersebut. Ada fee bulanan bagi admin desa.
    So, jangan patah semangat untuk blogger yang tinggal di desa. Meski tak bisa ikut gathering dan event di kota, kita tetep bisa berdaya guna kok.

    Reply
  12. Semangat mbaak 🙂 Rejeki ga kemana yaaa. Tapi emang kadang kalau ada yang diundang untuk event yang kita inginkan, sementara kita dirumah aja tuh rasanya nyess :”’) lah jadi curhat hahahaha

    Reply
  13. Baru tau aku mbak, kalo persaingannya seperti itu. Jujurnya, aku belum pernah dapat duit dari ngeblog ini. Setiap pengen nulis.. udah ditulis..posting.
    Dan baru-baru belakangan ini pengen banget nyobain dapat duit dari nge blog. makanya pengen aktig BW juga dan harus rajin bikin artikel bermanfaat yaa.

    Reply
  14. Di kota saya, Banjarmasin pun terbilang sangat jarang instansi2 atau brand2 yg mengadakan acara mengundang blogger.. blogger disini terdengar masih sangat awam huhu

    Reply
  15. Kalo pengalamanku sih, sebagai newbie ya, ada diskriminasi tuh di komunitas. Jadi ya itu2 ya yg terpilih hehe curheart. Tapi sok atuh ya, pokoknya kita tetep berkarya aja, ntar pasti ada jalannya. Buktinya aku bisa kok nembus job2 content placement. Kalo menghadiri event sering kalah sih wwkkw

    Reply
  16. Toss Mbak saya juga blogger daerah, jarang datang ke event karena seringnya sih saya yang nggak sempat. Dan setuju banget nih, rejeki itu nggak datang cuma dari 1 pintu . Toh, setiap blogger punya rejekinya masing-masing.

    Reply
  17. Keresahan saya dulu tuh. Akhirnya nekad aja “kerja sendiri”. Asah skil sendiri. Menjadikan blog sebagai rekam jejak.

    Banyak prospek kerja utk bloger terutama sebagai remote worker/freelancer: menjadi copywriter, ux writer, tech writer, co-writer, content writer, ghost writer dan bahkan full satu book writer. Juga menjadi narasumber seminar atau training.

    Bisa juga mbak bikin produk sendiri, dijual sendiri di blog itu. Bisa bentuk ebook, buku, kelas online atau kelas tatap muka.

    Jika traffic tinggi, bisa bekerjasama dengan brand lokal yang ada. Misalkan perajin sepatu, chef lokal , warung lokal, dll dll.

    Buanyak jalan menuju roma 🙂

    Sukses ya

    Ini saya alami sendiri.

    Reply
  18. Jadi Blogger desa emang mesti tangguh ya kak. Soalnya jarang tersentuh event karena jarak kita. Aku juga selama ini di kota banyak banget event blog yang bisa diikutin. Pas pulang ke desa, sepiii

    Reply
  19. Aku blogger desa Teh? Anak Desa juga yang kadang kalo ngeblog masih pake tetring. Hehe…Etapi yang penting mah negblog itu, sejauh ada koneksi internet dan memang hobi, buat nyari duit itu mudah. Pernah sih saya diminta review sebauh provider hosting dengan fee yang lumayan lah buat anak desa.

    Salam, tetap semangat ngeblog…

    Reply

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics