Jumpa Pucuk Bakau di Pantai Karangsong Indramayu
Pantai Karangsong Indramayu Jawa Barat adalah kawasan Mangrove Centre di wilayah barat Indonesia yang diresmikan oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Ibu Siti Nurbaya pada tahn 2015 lalu. Karena satu-satunya lokasi wisata hutan bakau di Pulau Jawa (wilayah Mangrove Centre timur berada di Pulau Bali) maka potensi wisata Pantai Karangsong ini semakin terangkat. Banyak diminati wisatawan dalam negeri untuk rekreasi sekaligus belajar terkait habitat dan ekosistemnya, selain dapat melihat langsung aktivitas nelayan saat bongkar ikan hasil laut.
Saya mendapat kesempatan mengunjungi Pantai Karangsong ini pada 20 Desember lalu, setelah mengikuti serangkaian acara Kongres Buruh Migran Indonesia 2016 di Grand Trisula, Indramayu. Bersama rombongan yang terdiri dari panitia dari Keluarga Migran Indonesia (KAMI) Migrant Institute dan peserta kongres, kami beramai-ramai mengunjungi hutan bakau ini sekaligus mengadakan acara seru-seruan.
Sekitar jam delapan pagi kami tiba di lokasi Pantai Karangsong yang jika ditempuh dari kota Indramayu cukup mudah. Dari Bundaran Kijang, tinggal lurus ikuti jalan ke arah utara hingga sampai di wilayah karangsong. Bau anyir ikan laut mulai tercium saat kendaraan yang kami tumpangi mulai masuk wilayah pesisir tempat kapal-kapal nelayan bersandar. Melewati pasar tradisional ikan, terlihat aktivitas nelayan yang sedang menurunkan hasil tangkapan. Tidak hanya ikan kecil yang dimasukkan ke dalam wadah, ada banyak juga ikan besar seukuran tubuh manusia dewasa yang dibawa dengan cara digotong. Luar biasa…
Kami terus berjalan menyusuri pantai mencari lokasi yang cukup luas dan teduh. Tidak hanya duduk-duduk, kami juga membuat acara seru-seruan seperti games interaktif untuk menguatkan rasa kebersamaan, kerjasama dan pelajaran yang bisa diambil dari sebuah perjalanan hidup. Pak Asyam dari DD Travel, Ustad Fauzi dari Cordofa dan Pak Agus Salim dari KAMI Migrant Institute bersama-sama tim dari organ Dompet Dhuafa lainya menjadi pengarah acara. Luar biasa, semua peserta diajak kerjasama, kompak dan gelak tawa di hari terakhir sesi Kongres BMI 2016 tersebut.
Sekitar pukul sembilan, setelah istirahat sejenak kami mulai diinformasikan sudah bisa menyeberang untuk melihat lebih dekat kawasan hutan bakau di seberang pantai. Ya, menggunakan perahu nelayan kami diantar jemput menuju lokasi mangrove centre itu. Ongkos naik perahu per orang Rp. 15 ribu. Di dermaga sebagai tempat menunggu perahu datang dan pergi banyak dijumpai poster dan spanduk tentang informasi seputar kawasan hutan bakau yang luasnya lebih dari 12 ribu hektar. Lahan itu terbagi menjadi 2/3 sebagai kawasan hutan lindung dan sepertiganya sebagai lokasi ekowisata.
Pembangunan ekowisata mangrove centre Karangsong yang sejatinya adalah hasil dari dana corporate social responsibility (CSR) PT. Pertamina ini selain ditujukan untuk pelestarian lingkungan juga dijadikan sebagai sarana ekowisata dan diakui warga setempat sudah memberikan keuntungan ekonomis. Ya setidaknya dengan difasilitasinya Karangsong sebagai lokasi wisata, penduduk setempat sedikit banyak ikut terangkat perekonomiannya.
Turun dari perahu, langsung menatap sebuah menara pandang setinggi empat lantai dengan tegapnya berdiri bercat biru. Penasaran saya dan sebagian peserta tidak melewatkan kesempatan itu untuk menaikinya. Berrr, angin berhembus kencang terasa sangat mendamaikan suhu sekitar yang mulai terasa panas oleh sengatan matahari. Dari kejauhan terlihat hamparan hutan bakau, petak-petak tambak nelayan, sampai burung-burung yang berterbangan tampak jelas. Puas di menara pandang kami turun dan mulai masuk ke hutan mangrove itu sendiri dengan mengikuti jalan khusus yang dibuat dari anyaman bambu.
Selama menyusuri pohon-pohon bakau dari dekat itu, kita bisa melihat dan mendengar langsung berbagai binatang yang ada. Mulai burung, hewan air, dan berbagai jenis tanaman yang ditanam oleh beberapa pejabat saat ada peresmian lokasi Mangrove Centre oleh Ibu Menteri. Meski matahari sedang terik-teriknya, ditambah udara pantai yang memang sangat gerah, namun berada di dalam kawasan hutan bakau ini terasa lebih sejuk oleh naungan rimbun dedaunannya.
Karena berada di alam terbuka, jika bermain kemari siapkan saja lotion anti nyamuk, kacamata, topi dan atau payung. Selain makanan ringan serta minuman tentunya. Secara area hutan mangrove ini cukup luas dan menguras energi juga.
Di bagian dalam, selain melihat pembibitan pohon bakau kami juga menjumpai beberapa orang sedang memancing. Menurut informasi dari orang yang saya ajak bicara pengembangan hutan mangrove di Karangsong katanya memang lebih diarahkan ke pertambakan. Yang tujuannya untuk melestarikan ekosistem seperti plankton sehingga dapat meningkatkan produksi ikan. Tentunya sebagai fungsi utamanya yaitu melindungi pantai dari abrasi gelombang laut.
Wah teteh tetep aktif dengan dunia perburuhan migrant ya, kereen.
Acaranya seru ya ke pantai hutan mangrove. Di Jawa Timur ada di daerah Probolinggo
Iya mbak Ivone alhamdulillah masih bisa silaturahmi dengan teman2 BMI nih. saya inginnya selalu bisa bermanfaat buat sesama migran secara saya lahir dan besar dari dunia ini 🙂 semoga benar terasa manfaatnya buat yang lain. Amin…
Baru tahu kalau di Indramayu ada hutan mangrove…
Saya kenal hutan mangrove di Muaragembong, Bekasi. Asik banget menyusuri pantai nya berperahu, terasa demikian sejuk dan segar…
Salam,
baru tau, ternyat di Indra mayu ada hutan mangrove, keren nih bisalah dijadiin tempat destinasi liburan nanti
Aku pernah ke karangsong, waktu mau ke pulau biawak hehehe
arJalan-jalan di hutan mangrove kayaknya asik ya… keliatan adem. Etapi ternyata banyak nyamuk, ya Teh? Harus pakai lotion anti nyamuk juga?
Setelah membaca tulisan ini, pengen juga saya jalan-jalan ke sana
Dulu waktu saya meeting di pulau Bintan. Saya sempat ditawari ikut wisata menyusuri hutan mangrove, tapi entah mengapa belum kesampaian waktu itu
Terima kasih infonya Teh
Salam saya