Hampir tiga tahun tidak melakukan pendakian karena covid-19. Kangen juga sama kejadian konyol selama ngasuh anak karena di balik setiap pendakian itu, selalu ada cerita yang tak lekang diceritakan hingga masa tua datang. Mulai dari cerita konyol dan lucu, hingga cerita seram yang dialami kawan.
Karena biasanya setiap melakukan pendakian kami akan bareng dengan teman seperjalanan yang baru dikenal. Mulai dari pendaki senior sampai mereka yang masih remaja, yang ikut pendakian karena gaya-gayaan saja.
Kini kalau ingat semua itu serasa sedang bernostalgia, dari sekian banyak kenangan saat mendaki beberapa bisa dianggap kelakuan konyol. Untuk manteman yang suka melakukan pendakian, mungkin salah satu cerita yang akan saya kisahkan ini juga pernah ada dalam rombongan pendakian kalian. Kalau ingat tak jarang bikin tawa ngakak.
Boss Mandor
Dari sekian banyak anak-anak yang ngetrip bareng suka ada yang jadi mandor alias bisanya cuma melongo aja.
Saat yang lain packing carrier, dia mah wara-wiri tanpa kejelasan nengokin sana sini. Pas yang lain bongkar pasang tenda, dia malah tampak bingung mau ngapain. Bukannya bantu kek, suka kesel aja ngeliatnya. Tapi ya gimana mungkin emang nggak bisa apa-apa. Dia ikut mendaki karena kehasut temannya aja. Tanpa ilmu ataupun basic survival sebagaimana anak pecinta alam pada umumnya yang selalu ada latihan atau ikut pembelajaran.
“Hei, jangan bengong mulu. Lihat Fahmi anak kecil aja dia bantuin megangin tali, ambilin patok. Kamu ngapain, malah berdiri aja. Bantuin kek, ngapain kek.“ Kesel jadinya.
“Duh, kan nggak bisa pasang tenda Teh. Takutnya entar malah ngerusak. Udah saya joget dan nyanyi aja ya buat ngehibur kalian semua, gimana?”
Wkwkwkwkkk… Dasar! Ga tak kasih makan ntar baru tahu rasa loh! Padahal sudah jadi rahasia umum kalau selama pendakian itu antara satu dengan yang lainnya itu kudu kompak, saling bantu dan saling mengalah.
Nah tipe begitu tuh namanya pendaki “mandor.“ Mereka adalah kalangan yang biasanya bingung mau ngapain ketika temen-temennya sibuk dengan kegiatan pendakian.
Tapi biasanya karena mereka kerjanya hanya berdiri aja sambil mengamati jalannya proses, akhirnya suka dikerjain juga. Kawan-kawan akan ganti “memanfaatkannya” di sesi kegiatan yang lainnya. Entah disuruh ngumpulin kayu buat api unggunlah, ambil air buat masaklah, suruh tidur di luar tenda, atau apapun dengan dalih salah siapa nggak ngebantu pas semua orang sibuk mendirikan tenda. Hehee…
Tipe Indigo
Gunung identik dengan hal mistis gak sih? Menurut saya sih enggak. Meski percaya mahluk gaib itu dimana pun ada. Kalau pas mendaki ada seseorang yang ngaku bisa melihat dengan indra ke-enamnya. Biasanya saya gak mau bareng.
Bukan kenapa, biasa dikit-dikit ngomong “mereka” sebentar-sebentar bilang “ada lihat anu”. Lah ini saya biasanya mendaki kan dengan anak. Fahmi mana ngerti yang begituan. Bukannya bikin nyaman menikmati suasana alam, yang ada anakku malah ketakutan. Oh no! Oke kalau misalkan dia bisa lihat yang nggak kasat mata, tapi gak harus diumbar juga kali? Seolah kemampuannya itu wah banget.
Yang begitu biasa kami suruh jalan sendiri. Gimana caranya kek suruh jalan di depan, suruh jadi swiper, pokoknya jangan bareng kami meski nanti tetap satu rombongan. Ngakaknya itu pas kita tinggal, atau suruh jalan sendiri eh dia malah nangis-nangis katanya takut! Glek! Katanya ahli lihat penampakan tapi kok takut sendiri.
Saya rasa setiap pendaki sudah tahu, kalau masing-masing gunung biasanya memiliki cerita sendiri-sendiri. Tiap pendaki pun sudah paham, saat mendaki itu pasti butuh menjaga sikap sehingga tidak mengganggu “penghuni gunung.” Nah, kalau pun benar mengalami kejadian aneh atau ngeliat yang nggak kasat mata itu sebaiknya diem. Nggak usah diomongin ke pendaki lainnya saat masih di atas. Mending pas turun atau udah ada di rumah sekalian aja laporannya. Bukan apa-apa, bukankah ini sudah jadi semacam kode etik sesama pendaki? Kalau belum tahu ya makanya kalau mau jadi pendaki belajar dulu.
Bestie Rempong
Melihat kami sering mendaki dengan anak, ada beberapa keluarga yang (mungkin) nekat melakukan pendakian juga. Ahay, dikira mendaki bawa anak semudah itu?
Yang newbie ini biasanya rempongnya naudzubillah. Kalau rempongnya buat diri sendiri mungkin nggak masalah, tapi ketika menghambat pendakian, merembet ke yang lain, ya semua mana mau dan udah pasti menyalahkannya.
Apalagi kalau sampai dia bawa anak, duh Gusti! Pendaki begitu biasa modal awalnya hasil kerja keras googling sana sini. Tapi karena jiwa si anak bukan tipe petualang (hanya korban ambisi orang tuanya aja yang pengen terlihat wah) ujungnya ngerepotin temen.
Saya aja dan suami mati-matian jaga anak sendiri eh direcokin juga ama dia yang anaknya duh, pokoknya susah dijelasin deh! Jadinya kalau mau mendaki lagi kucing-kucingan. Ngintip-ngintip dia ikut gak? Kalau dia ikut, kita jangan. Kalau dia gak ikutan, kami yang ngegas…
Pendakian as Pelarian
Mungkin abis putus dan belum bisa move on, mendaki jadi pelarian buat melupakan mantan. Tapi pernah lho ada yang bapernya nggak ketulungan. Kita ngomong apa aja dia nyambungnya ke perasaan. Bahkan, hal sepele macam lihat awan aja dia lihatnya apa terus selalu dikaitkan sama mantan. Segitunya…
Pokoknya percis kaya lagu jadul “Aku mau makan ingat kamu, aku mau tidur ingat kamu…” Tipe yang begini bawaannya curhat melulu. Ujungnya “Ah gue jadi pengen balikan.” langsung mewek
Ati-ati, kalau ada temen abis putus mending nggak usah diajakin mendaki gunung ya. Daripada kamu sendiri yang makan ati.
Demi Konten
Akhir-akhir ini ada banyak pendaki yang banci foto. Dikit-dikit berhenti buat motret, dikit-dikit berhenti buat selfie. Segala macam alasan dikeluarkan, termasuk dengan dalih kelelahan padahal mau midioin pemandangan, atau mengabadikan perjalanan rombongan.
Model begini niatnya emang udah buat hunting konten ya. Makin kemari, makin banyak spesies pendaki kaya begini. Kamu yang sabar kalau ada salah seorang kawan di rombonganmu yang modelnya kek begini. Dia bakal sering tiba-tiba hilang dan tiba-tiba muncul.
Tapi kalau kita deket sama yang tipe begitu ada untungnya juga. Perjalanan kita bakal diabadikan. Saya selalu memanfaatkan momentum seperti itu buat mengabadikan perjalanan pendakian anak. Caranya mudah aja, cari aja yang pegang hape kemana-mana, atau selalu ada kamera yang menggantung di lehernya. Titipin aja bilang fotoin atau vidioin Fahmi, ya. Ntar pas udah turun tahu-tahu ngebrudul aja wa berisi foto dan video Fahmi selama perjalanan. Tanpa harus saya yang kerepotan tanpa harus hire team dokumentasi perjalanan, kan lumayan. Hehehe
Pendaki Cantik
Udah pasti ini mah berada di barisan kaum hawa. Tas pribadinya mirip sama kantong ajaibnya Doraemon. Selain peralatan ngelenong, eh make up maksudnya, segala hal yang nggak penting pun kalau ga disuruh tinggal pasti dibawa. Mending kalau yang dibawa sebatas plester dan perlengkapan P3K lainnya, ini mah hairdryer pun dibawa. Mbok dipikir dulu kalo mau mendaki ya …
Pernah itu dia pikir di Mandalawangi mau konser kali, bawaan skincare nya aja lebih besar dari kotak trangia.
Belom camilan seperti cokelat, permen dan madu manuka. Tahu dia bawa madu manuka saya pepet aja terus. Hehehe! Secara madu manuka kan tergolong madu eksklusif. Madu Manuka didatangkan langsung dari New Zealand. Madu manuka juga dikenal sakti berkat sejumlah manfaat yang dimilikinya.
Jujur saya tahu madu manuka ya dari sesama pendaki juga. Dari teksturnya, madu manuka berbeda dengan madu biasa. Alih-alih bening dan berwarna kecoklatan, madu manuka bertekstur lebih kental dengan warna yang lebih gelap dan keruh. Bila dilihat sepintas, mirip seperti karamel.
Kandungan madu manuka empat kali lebih banyak daripada madu biasanya. Tidak heran bisa membantu menyembuhkan beberapa macam penyakit, seperti membantu mengatasi masalah pencernaan karena berkhasiat mengurangi asam lambung; bantu mengurangi masalah kulit, seperti jerawat, borok, bisul dan eksim.
Malah menurut penelitian yang dipublikasikan di Jundishapur Journal of Natural Pharmaceutical Products, madu manuka diklaim bisa membantu pemulihan luka, mengurangi rasa sakit dari luka bakar, dan mengurangi peradangan di kulitnya.
Peneliti dari School of Dentistry, University of Otago di Selandia Baru menemukan bahwa mengemut atau berkumur madu manuka bukan hanya saja mengurangi 35% plak gigi, tetapi juga menurunkan 35% daerah yang berdarah untuk orang-orang yang terkena gingivitis (radang gusi).
Berkat sifat antibakterinya, madu manuka bisa menghentikan pertumbuhan bakteri seperti pada penyakit radang tenggorokan yang terkait dengan infeksi. Itulah kenapa beberapa pendaki suka ngemut madu, atau menambahkan madu dalam minuman untuk detoks tubuh selama dalam perjalanan.
Ternyata manfaat madu manuka sepadan dengan harganya yang mahal. Tapi, jangan sampai tertipu dengan madu manuka palsu yang beredar di pasaran. Madu Manuka yang asli memiliki label UMF di kemasannya. Biar tidak tertipu pastikan beli madu manuka di tempat resmi seperti Natural Farm.
Emang sih ya para pendaki cantik itu sebenarnya termasuk visioner, memikirkan segala kemungkinan yang akan terjadi selama mendakian. Kaki lecet dan kamu butuh plester, dia ada. Gunting kuku pun dia bawa, butuh sarung tangan, dia bakal siapin, bercandanya butuh kehangatan pun akan dia berikan deh! Wkwkwkwkkk…
Tapi bakal bikin kesel kalau dia bawa hal nggak penting macam hairdryer, ricecooker, atau benda-benda yang nggak bakal bisa difungsikan di gunung nantinya. Ini bukan ngarang, tapi pengalaman kami lho ya. Makanya merasa kangen juga jika teringat kekonyolan itu.
Bersyukurlah kalau kamu nggak punya temen macem ini selama pendakian. Dan percayalah, itu tuh kejadian saat pendakian pertama saja. Selanjutnya dia gak bawa segala macam lagi. Iya pengalaman buat apa dibawa-bawa kalau dipakai saja tidak.
Minta diantar (tapi) jangan diantar
Bingung gak? Itu kejadian nyata dan biasanya pelakunya cewek-cewek kinyis. Dia yang ribut banget minta anterin pipis pas tengah malem. Lah giliran dianter (biasa yang nganter kalau malam ya cowok) malah nyuruh jangan diantar, tunggu disitu. Jangan deket-eket. Buat apa minta diantar kalau nyatanya dia berani itu pipis sendirian juga. Wkwkwkwkkk…
Pendaki idaman
Sebenarnya kalau bukan porter atau guide jarang ada pendaki idaman. Kecuali tipe pendaki yang baiknya super. Udah nyampe atas, eh dia mau turun lagi buat bawain carrier temennya yang kelelahan. Atau sedingin apapun udara tengah malam dia mau juga anterin temennya pipis di semak-semak belakang tenda.
Masih banyak lagi pengalaman konyol saat melakukan pendakian. Gak bakal habis menuliskannya saking banyaknya. Yang pasti jika teringat kisah itu semua. Kalau keinget temen, pasti membatin dan tertawa. Dan hal sereceh itu bikin kangen mereka juga.
Seru ya memang kalo mendaki, selalu ada banyak pengalaman baru yg layak dibagikan.
Sudah lama banget aku ngga mendaki, sejak usia makin nambah..haaha..
Wow mendaki gunung? Kusuka. Zaman masih remaja aku dan teman- teman di wekend suka naik gunung sekalian camping. Hmm, ada juga temanku yang katanya bisa melihat mahluk gaib. Aku biasanya menjauh juga teh. Apalagi kalo sekalian camping, jadi parno ya
Paling seru nih kalau mendaki gunung, walaupun penat tapi selalu saja ada hal lucu, berkesan dan heboh yang bisa dijadikan memory…
Aku sih sekarang masih latihan… masih mencoba mendaki mall…
saya gak kuat kayaknya klo mendaki gunung mba, fisiknya harus kuat bgt pasti ya. mana jarang olahraga banget saya huhu. selain iseng ngamatin yang buat tenda, biasanya ada aja yang tim rempong ya mba.. bantu kagak, ngrepotinny iya.. tp biasanya emang dia gak ngerasa dia mengganggu orang lain hehe
baru tau kalo Madu Manuka didatangkan langsung dari New Zealand.
saya pikir hanya hasil dari protein hewani seperti sapi dan kambing
lupa kalo peternakan bisa saling silang seperti itu
Pendaki demi konten nih yang lagi marak ya mbak, pokoknya bisa membagikan momen selama mendaki udah bikin ngerasa wah, sebentar-sebentar cekrek.
Dulu pas masih suka mendaki, ada teman saya yang emang bisa melihat hal yang nggak dilihat orang biasa. Pas mendaki dan ditanya teman-temannya lihat apa, dia nggak mau jawab. Cuma bilang, “aman, jalan aja terus”. Pas udah turun, di pos peristirahatan baru deh dia cerita, apa saja yang dia lihat pas mendaki. Dia nggak mau cerita pas lihat itu, memilih menunda cerita, soalnya nggak pengen teman-teman jadi takut dan misi pendakian terganggu
Hahaha. Saya ngakak liat ilustrasi PENDAKI MANDOR. Keknya yg model gitu tuh gak cuma terjadi sama pendaki hahaha. Waktu masih terlibat di EO/WO ada tuh staff yg nggemesin. Setiap ngebantu ada aja yg rusak karena dipegang dia. Akhirnya malah jadi seksi (sok) sibuk ngurusin konsumsi. Lumayanlah daripada gak ada fungsi
Mendaki emang banyak kisah, dulu sempat pas daki bareng temen-temen ada kejadian lucu. Dah keren-keren bawa lensa tele, baterai dah fully charge. Pas masu di pake memory cardnya ketinggalan. 😀
Ya udah akhirnya cukup menikmati dengan direkam dengan memory kepala setiap kenangan. Salut karena sesama pendaki biasanya salaing menyapa, seakan dan saling kenal padahal baru ketemu pertama kali
Saya juga ada temen yg tipe pendaki demi konten hehe…pendaki jenis ini emg sangat bagus dijadikan tim fotografer gratisan. Bisa dimanfaatin juga model ginian hehe..
Suami saya MInggu lalu baru dari Lawu, karena ini pendakian kilat oleh bapack-bapack dan ibuk-ibuk seangkatan saat kuliah – 30 tahun lalu – dan kini sudah punya jadwal kerja yang padat, jadi mereka pilih pakai EO, Teh. Jadi semua sudah diurus EO-nya kecuali perlengkapan pribadi.
Baru tahu ternyata banyak kelakuan konyol pendaki ya, nanti nanya-nanya pak suami ah, dulu ada enggak yang kayak gitu waktu dia naik gunung
pasti banyak pengalaman yang tak terlupakan yaa saat mendaki gunung. Saya selau suka foto-foto yang dibagikan oleh mereka yang sedang mendaki, apalagi bila yang mereka bagikan itu momen ketika sudah berhasil mencapai gunung yang didakinya
Ihh asyik banget yaa pengalaman mendaki gunung rame-rame gitu, saya jadi pengen nihh sebelumnya belum pernah daki gunung
Kapan yaa bisa mendaki gini.. hiks.. cuma bisa lihat Gunung Rinjani dari kejauhan. Pengen banget rasanya mendaki, bisa ngajak anak bertualang. Eh tapi emaknya sendiri khawatir gak kuat, hahahha.. ntar malah ngerepotin teman pendaki yang lain. Nyimak aja tipe-tipe pendaki di atas, belum pernah mendaki soalnya.
yg indigo setauku ga boleh jalan sendirian sih, takutnya dia malah nyasar dan terlepas dari rombongan
Kalau beneran Indigo dia gak akan sembarangan ngomong dan berbuat
Apalagi jiwa penakut.
Kalau beneran penakut, dia gak mungkin ikut naik gunung
Kalau yang demi konten sih, ya udah lah urusan dia, Hahah. Cuma kalau ada yang indigo ini nih, bikin daku pengen gak deket², wkwkwk.
Waktu di tempat ngajar ada siswa indigo aja, daku deg²an, mana ngajarnya pas jelang Maghrib pulak, wkwjwk
Ternyata pendaki gunung banyak tipe-tipenya nih ya mbak. Tapi seru juga kalau semuanya dijadikan satu. Berbagai watak dan sifat akan keluar. Ah andai saya kuat mendaki gunung, kayaknya pengen juga. Terakhir naik ke puncak bromo aja ngos ngosan
Ternyata pendaki gunung banyak tipe-tipenya nih ya mbak. Tapi seru juga kalau semuanya dijadikan satu. Berbagai watak dan sifat akan keluar. Ah andai saya kuat mendaki gunung, kayaknya pengen juga. Terakhir naik ke puncak bromo aja ngos ngosan
bwahahahhaha jadi inget dulu pas mendaki ada teman yang anak mami banget
kita kan bawa tisu gulung ya buat ini itu, nah ama dia, saking takutnya kakinya kotor, eh tisu gulung itu dia masukkan ke kakinya, jadiiii…. bisa kebayang kan betapa bencinya kita satu RT hihihii
btw madu manuka kayaknya pernah minum deh, emang enak tapi mahal ya
Jadi ingat dulu pernah tertawa sampai perut sakit gara-gara ada teman yang mau ikut mendaki gunung tapi pakai sandal hak 5 cm yang runcing. Masih untung ga yang 7 cm, sebenarnya, tapii kan sandalnya jadi sering amblas ke tanah.
Akhirnya mampir pasar untuk beli sandal.
Wah, seru ya kalo baca cerita orang-orang yang suka mendaki. Kalau saya berhubung minim pengalaman, cukup menikmati kisah-kisah seru pendakian aja hehehe, sadar diri, khawatir kalo naik gunung malah jadi tim rempong ato ngerepotin orang.
Kisah pendaki lucu2 ya ternyata kak..btw kalau perempuan naik gunung masalah bak dan bab nya gimana tuh kak ? masih penasaran saya sekarang perempuan kan ga bisa sembarangan jongkok gitu hehehe