Kibul Mengibul Boss

Kibul Mengibul Boss

Bosku kaya tapi pelit. Bos laki kerja di stasiun televisi Singapura. Sementara bos wanita direktur di Omni Electronics, perusahaan asing yang punya kantor cabang di negara pulau.

Ketika aku bekerja kepada mereka, keluarga penganut agamanya yang taat ini baru saja pindah ke apartemen di Hougang, meninggalkan rumah flat di Ang Mo Kio. Tinggal di lantai 9 dengan pemandangan danau di sebelah kanan dan jalan layang di bagian depan.

Bos menempatkan aku tidur bersama anak tengah dan anak bungsunya. Jadi kami tidur bertiga menempati ranjang susun 3. Paling atas anak ke dua. Bagian tengah anak bungsu dan di bagian paling bawah atau lantai itu tempat tidurku.

Namun meski tidur bersama anak bos di kamar tengah, lemari pakaianku berada di kamar pembantu di dekat dapur. Ruangan kosong itu mereka pilih jadi tempat menyimpan barang termasuk barang-barangku.

Sebulan dua bulan aku tidak tahu apa maksudnya. Kepikir tidak ada niat apapun kecuali bos memang ingin aku sebagai pekerjanya tidur nyaman saja. Sekamar bersama anak dalam ruangan ber-AC.

Ternyata bukan itu maksud utamanya. Karena sekitar beberapa bulan kemudian pada suatu malam tidak sengaja aku memergoki bosku tengah memeriksa barang-barangku. Saat itu semua sudah pada tidur tapi aku bangun tengah malam karena ingin ke kamar mandi.

Ketika mau menuju kamar mandi yang terletak di luar kamar dekat ruang makan aku melihat lampu dapur belum dimatikan. Aku sudah ketakutan tak pikir aku lupa mematikannya sebelum masuk kamar anak. Tak terbayang bagaimana bos akan memarahiku dengan suaranya yang memekakan telinga plus telunjuknya yang hampir mendarat di ujung muka kalau lagi marah-marah. Segera aku ke dapur hendak mematikannya.

Tapi niatku segera urung ketika terdengar suara kretak kretek dari ruang gudang dimana barang-barangku disimpan. Aku mengendap mengintip. Dan terlihatlah bosku sedang membuka-buka tumpukan pakaianku.

Aku segera kembali ke kamar tidur anak dan pura-pura tidur. Padahal pikiranku terus melayang memikirkan apa yang tengah dilakukan bosku?

Aku langsung meraba surat berharga dan barang rahasia di bawah bantalku. Alhamdulillah masih ada. Aku bersyukur tidak lupa membawa semua itu dan menyimpannya di dalam sarung bantal yang membungkus lagi bantal. Sehingga jika bantal diangkat tidak terlihat ada apa-apa karena memang tersimpan di bagian dalam sarung bantal.

Tidak terbayang jika semua itu aku simpan di lemari pakaian, atau di dalam tas ku, maka pastilah akan ketahuan oleh bos.

Rupanya itu maksud mereka menyuruhku tidur di kamar anak sementara barang-barangku disimpan di ruang gudang. Agar saat aku tidur mereka bisa dengan leluasa memeriksa semua apa yang aku simpan.

Tapi untungnya aku tidak sebodoh yang mereka kira. Meski aku tidak ada pikiran mereka akan ngibulin aku, tapi tetap aku selalu waspada dan berhati-hati. Sebisa mungkin aku menyembunyikan apa yang paling berharga dalam perantauanku ini.

Si Bos boleh ngecoh aku dengan fasiltas tempat tidur nyaman padahal dia mau mengawasiku dan leluasa memeriksa apa saja yang aku bawa, aku simpan dan aku pakai. Padahal aku juga tak mudah dikibulin.

Justru aku sudah ngibulin mereka lebih dahulu. Aku selalu menulis surat yang berisi bagaimana aku dan kondisi kerjaku di Singapura ini. Aku tulis kebalikan dari apa yang aku rasakan. Aku bilang majikanku baik padahal pelit. Aku tulis majikanku sayang padahal cerewet dan tempramentalnya lain lumayan. Dan surat-surat itu sebelum dikirim dititip kepada majikan selalu aku simpan di bawah tumpukan baju.

Aku yakin mereka baca dan mengartikannya karena mereka meski orang Singapura bisa bahasa melayu.

Padahal surat yang asli justru aku buat lagi ketika aku sedang mencuci mobil, atau diam diam menulis di kamar mandi. Dan surat itu aku tukar keesokan paginya ketika akan dititip dikirim oleh majikan.

Sebagian pengalaman ketika pertama kali bekerja sebagai TKW di Singapura itu jadi pengalaman berharga selanjutnya ketika aku bekerja lagi ke Hong Kong dan Taiwan.

 

9 thoughts on “Kibul Mengibul Boss”

  1. Seruuu banget cerita pengalaman kayak gini teh..aku tnggu cerita2 selanjutnya. Memang tantangan buruh migran itu banyak banget ya..sangat beruntung buat bmi yg bosnya baik..kalo jahat bahkan sampai menyiksa..ya Allah..

    Reply
  2. Ternyata tinggal bersama orang lain memang memerlukan kebijaksanaan yang luar biasa dalam memahami dan menyikapi keadaan yaa, teh…
    Allahu Akbar.

    Semoga bos teteh dilunakkan hatinya dan menjadi seperti yang teteh tulis tentang kebaikan-kebaikannya.
    Aamiin.

    Reply

Leave a Reply to Rach Alida Bahaweres Cancel reply

Verified by ExactMetrics