Kisah Anak Tahan Dingin Gak Cukup Kuat Panas

“Naik elf, berani mabuk?”

Saya tatap lekat bola matanya. Ia mengangguk, meski lemah. Tidak ada pilihan.

“Ayolah kalau begitu …”

Saya segera membereskan pakaian yang akan dibawa Fahmi. Sudah sejak kemarin merengek terus ingin menginap ke rumah neneknya di Sukanagara, tetangga kecamatan dengan jarak tempuh kendaraan sekitar setengah jam.

Biasanya ayahnya yang mengantar menggunakan sepeda motor. Namun kali ini ayahnya selalu pulang sore karena ada kegiatan. Pilihannya saya yang mengantarkannya tapi pakai kendaraan umum alias elf. Sayangnya kalau naik elf, biasanya Fahmi suka mabuk kendaraan. Jadi bagaimana?

Fahmi dan sepupunya saat di rumah ibu saya. Karena udara di Sukanagara dingin, siang hari pun anak-anak dipakaikan jaket, seperti sedang berada di musim dingin saja.

Makanya tadi saya tanya benar-benar untuk meyakinkan, ternyata meski seperti berat hati, Fahmi setuju saya antarkan naik kendaraan umum. Mau meski berisiko dia kena mabuk kendaraan, demi bisa nginap di Sukanagara?

Selain kangen dengan kedua sepupunya, setiap akhir pekan atau saat libur sekolah Fahmi sering minta nginap di Sukanagara karena suhu di sana sangat cocok menurutnya. Secara di Sukanagara itu udaranya dingin. Sementara di sini di rumahnya, ia belum bisa tidur kalau tidak dikipasi. Sering bangun dan sulit lagi tidur kalau kipas diam-diam saya matikan.

Fahmi memang terbilang anak yang tahan dingin, tapi gak cukup kuat panas. Mungkin itu sebabnya ia lebih suka mendaki gunung, daripada main ke pantai.

Waktu usia 3,5 tahun pertama kali ia diajak naik ke Gunung Slamet, teman-teman orang dewasa semua pada menggigil kedinginan. Eh Fahmi mah anteng, pecicilan. Saat kami rebutan sarung tangan, telapak tangan Fahmi hangat, jauh dari kata beku sebagaimana tangan saya dan ayahnya. Entahlah… Tapi hal itu menjadikan ayahnya punya kesimpulan, harus naik gunung membawa Fahmi lagi, untuk kembali melihat apakah hal sama kembali terjadi?

Gunung Ciremai, Sindoro, Gede, Pangrango, adem ayem berhasil didakinya tanpa ada rasa kedinginan. Kalau kepanasan, iya banget.

Kemanapun pergi bareng Fahmi saya selalu membawa hihid (kipas khas orang Sunda yang dibuat dari anyaman bambu, yang biasa suka dipakai tukang sate itu, lho!) dan kanebo dengan box nya (supaya tahan basah lama). Antisipasi kalau Fahmi kepanasan, itu alat tempurnya.

Saat naik ke Gunung Kerinci, ranger dan polisi hutan banyak yang mengkhawatirkan anak saya akan kena hipotermia. Setelah buat surat pernyataan jika ada hal tidak diinginkan menimpanya, itu diluar tanggung jawab mereka, baru kami diizinkan naik.

Kami yang tahu tertawa dikulum saja. Tidak banyak yang tahu bagaimana susahnya saya membujuk Fahmi supaya mau menggunakan jaket saat di gunung demi keselamatannya, sementara ia menolak karena kepanasan, maunya pakaian biasa saja.

Awalnya saya merasa khawatir juga. Tapi ketika tidur di tenda, saya selimuti pakai sleeping bag, punggungnya panas, dahinya berkeringat. Wah, gawat! Pikir saya. Fahmi malah minta pintu tenda dibuka buat ada angin katanya. Ya ampun… Orang pada kedinginan, ia sendirian kepanasan. Saat orang nyaman dalam sleeping bag, saya harus ngahihidan (mengipasi pakai hihid, macam orang mengipasi bakar sate).

Sejak itu saya tahu, Fahmi memang beda. Atau justru itulah kelebihannya demi kelancaran setiap pendakian yang dilakukan? Entahlah.

Alhamdulillah, Fahmi jadi pendaki peserta upacara HUT RI termuda di puncak Gunung Kerinci, gunung api tertinggi di NKRI

Dulu waktu saya masih kerja, saya menitipkan Fahmi di rumah ibu, eh dia mah asyik-asyik saja. Rupanya ia nyaman dengan suhu di rumah neneknya yang meski tidak pasang AC tapi sudah sangat dingin.

Meski hanya berjarak sekitar 19 Km, namun cuaca dan suhu di Sukanagara dan Pagelaran tempat saya tinggal sekarang ini, memang sering jauh beda. Mungkin karena Sukanagara wilayah perkebunan teh, sehingga suhu udaranya lebih dingin dibandingkan di Pagelaran yang terdiri dari dataran rendah, berhampar sawah.

Apakah perkebunan teh identik dengan cuaca dingin dan segar? Gak tahu juga. Hanya pengalaman saya yang kecil dan dibesarkan di Sukanagara, memang di sana saya tidak pernah lepas jaket, meski tengah hari sekalipun.

Tugu pucuk teh sebagai icon di kecamatan Sukanagara, Cianjur. Perkebunan teh di daerah Sukanagara terkenal menghasilkan teh hitam dan teh merah. Hasilnya banyak diekspor.

Karena itu saya tidak heran kalau jalur puncak selalu padat dan banyak dikunjungi wisatawan dari ibu kota dan sekitarnya yang sekadar mencari udara segar. Apalagi memiliki kondisi seperti Fahmi, tahan dingin, gak cukup kuat panas.

Lagian wilayah kebun teh itu pemandangannya selalu khas dan indah ya? Cocok banget buat bikin konten para Lifestyle Blogger karena memang banyak lokasi Wisata Menarik yang bisa diulas.

Ngomongin soal kebun teh, saya jadi pengen cerita tentang masa kecil saya yang tinggal di wilayah perkebunan teh. Semoga ada waktu dan kesempatan, saya cerita di artikel selanjutnya ya…

22 thoughts on “Kisah Anak Tahan Dingin Gak Cukup Kuat Panas”

  1. Fahmi keren amat sih udah jadi peserta upacara HUT RI termuda di Gunung Kerinci, 6 tahun mah aku boro-boro naik gunung da hahaha

    Tapi kayaknya Fahmi rada mirip sama aku, kalo dikasih gerah aku mah langsung rungsing pengen marah2, sukanya dikasih yang sejuk aja biar bisa rebahan sambil selimutan hehehe

    Reply
  2. Anak-anak sekarang tuh memang rata-rata gitu deh, mereka lebih kuat dingin ketimbang kepanasan teh. Karena anakku aja nih tahan banget dingin, gak usah di rumah yang tiap malam pakai ac tidur gak pernah selimutan. Waktu dibawa liburan ke rumah kakak iparku yang sedang 10 derajat kalau siang hari dan malam bisa 3-5 derajat saja dia tuh cuek banget, sementara emak dan bapaknya sudah pakai sweater. begitu kena suhu yang tidak dingin langsung kuyub

    Reply
  3. Keren Fahmi, dari balita udah diajak mendaki gunung.

    Anak ketiga saya juga tahan dingin mbak, tiap malam tidur kipas angin harus nyala. Kalau nampak dia sudah lelap, kipas saya matikan soalnya saya kedinginan. Eh tak lama dia sudah menggeliat-geliat karena merasa gerah dan ada butiran keringat dikeningnya.

    Reply
  4. Ampun deh anak-anak ini ya. Anak2ku juga gitu, yang lain pada pake selimut sama jaket, eh yang ini pada nyuruh nyalain AC. gatau mak nya kedinginan banget wkwkkw.
    Btw, keren banget Fahmi ikutan upacara di puncak Gunung Kerinci. Aku juga pengen, tapi bisa nyampe ga ya hehe

    Reply
  5. Kok kayak anak sulungku, sayangnya waktu kecil aku nggak pernah ngajak dia naik gunung. Dia ke gunung juga sama teman-temannya. Tapi waktu kecil saat kami nginap di daerah dingin, dia nggak pernah mau dikasih selimut dan malah minta pakai kipas angin. Ya ampun kami yang orang dewasa aja selimutan dobel-dobel.

    Ahhh jadi nggak sabar menanti Teh Okti cerita tentang desa kelahirannya, Sukanagara ya teh? Kebayang desa dengan kebun teh biasanya emang dinginnya super ya

    Reply
  6. Fahmi keren sekali. Wah, ternyata dari kecil sudah beda ya mbak, dimana yg lain kedinginan ini anaknya ngerasa kepanasan hehe. Apa rata rata anak kecil kayak gitu ya, anakku juga mirip kayak gini mbk.

    Reply
  7. Hebat sekali Fahmi, usia 3,5 tahun sudah berhasil mendaki gunung tertinggi di Indonesia. Badannya tahan dingin ya, gak papa yang penting udah tahu cara mengatasinya. Sehat-sehat selalu ya nak..

    Reply
  8. Daerah Cianjur ini ada yang dingin ada yang ga dingin yaa, teh?
    Daerah Jawa Barat memang viewnya luar biasa yaa..
    Juara banget Fahmi bisa melewati semaunya dengan kuat dan sambang sepupu jadi menyenangkan.

    Reply
  9. anakku yang bungsu juga mbak, kalau saya selimutan karena dingin, eh dia mah malah buka selimut, panas ceunah. memang bocah katanya sih lebih tahan dingin, tapi gak tahan panas. lucu yaa. btw Fahmi keren deh, masih kecil dah bisa naik gunung tertinggi

    Reply
  10. Aisshh, Fahmi emang juara euy, keren termuda naik Gunung Kerinci. Ini anak emang kuat apalagi udahbiasa diajak emaknya naik naik ke puncak gunung, tinggi tinggi sekali , tuh kan malah nyanyi.
    Terus kapan kita naik gunung bareng Amii, teteeeh…?

    Reply
  11. Masya Allah Tabarakallah… Fahmi keren banget, juara deh. Selalu salut dengan pecinta gunung. Jadi ingat dulu saya suka daki gunung tapi yg masih lokal saja alias semi bukit hehe. Walau dulu abinya anak-anak pendaki gunung, tapi sepertinya belum menularkan hobinya ke anak-anak hehe.

    Reply
  12. Lucu banget sih Fahmi ke mana-mana bawa hihid ya karena nggak tahan panas, kalau aku nggak tahan dingin suka mulas hehe..demi temu kangen dibela-belain naik kendaraan umum ya..

    Reply
  13. Teteh, Aku tunggu Cerita tentang kebun teh nih. Kak Fahmi persis kayak suamiku. Musim hujan tetep pakai kipas angin. Padahal dingin banget. Aku pakai bedcover, eh beliau tetap kipas anginan. Emang suhu badannya unik. Kondisi cuaca sedingin apapun badan tetap hangat. Semoga sehat terus Kak Fahmi. Masyaa Allah hebat Kak Fahmi udah naik banyak gunung. Semoga bisa naik gunung keliling dunia bareng Papa Mama.

    Reply

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics