Mengemis atau Membuka Jalan Sedekah?

Sebentar lagi di kampung saya akan ada peringatan Isra Miraj Rasulullah. Anak mengaji di rumah, selalu kami didik untuk tampil di depan masyarakat membawakan pesan dari peringatan Hari Besar Islam itu dalam acara yang di daerah kami disebut lesengan atau imtihan.

Namanya juga anak-anak ada yang semangat, ada yang antusias, ada yang malu-malu, bahkan ada juga yang menolak. Sebagai pembimbing mereka, saya dan suami selalu berusaha menyemangati supaya mereka semua ikut berpartisipasi.

Salah satu yang selalu bikin mereka antusias adalah dibagikannya bingkisan setelah mereka tampil. Jadi seolah mereka yang berani tampil ke panggung, akan memperoleh upah berupa bingkisan yang biasanya berisi snack atau jajanan.

Setelah tampil mereka senang mendapatkan bingkisan ala-ala

Darimana dana bingkisan itu? Kadang dari uang pribadi. Hasil dari ngeblog selama ini, memang saya alokasikan untuk biaya operasional pondok pengajian Al Hidayah yang saya dan suami kelola ini. Tapi jika kami sedang tidak punya uang, saya berusaha untuk mendapatkan donatur. Baik menghubungi teman- teman saat bekerja di luar negeri, majikan tempat saya bekerja, maupun teman-teman blogger dan teman dunia maya.

Jujur, sebenarnya menyampaikan ini saya malu dan minder. Meski tidak banyak yang kami harapkan, tapi namanya meminta, rasanya tetap malu saja.

Sementara kami tidak pernah meminta uang apapun kepada anak santri yang mengaji. Dengan semangat mereka untuk datang saja rasanya sudah sangat senang. Karena di jaman serba digital seperti sekarang, meski kami berada di lingkungan kampung kota santri dengan julukan Cianjur sebagai gerbang marhamah tapi masuknya gadget sudah banyak merebut perhatian anak. Andai tidak ada kerja sama yang baik dengan pihak orang tua wali santri, mustahil mereka mau berangkat mengaji.

Karena itu berdasarkan faktor pendidikan para orang tua yang pemahamannya juga masih rendah, kami tidak ingin memberatkan mereka. Cukup sekali kami pernah mendengar “Ga apa lah anak saya mah gak ngaji juga, karena kami memang gak punya Al Qur’an dan biayanya”. Alih-alih mendidik anak semaksimal mungkin ternyata masih ada orang tua yang masa bodoh dengan kondisi pendidikan dan akhlak anak-anaknya. Nauzubillah

Sejak itu saya dan suami sepakat, selagi ada kami menggratiskan semua biaya. Asal anak anak di kampung saya ini semangat berangkat ngaji sehingga mereka memiliki setidaknya ilmu dasar dan mengenal akhlak terpuji sejak dini.

Sempat ada yang menyarankan supaya saya mendaftarkan pondok mengaji ini menjadi yayasan atau lembaga pendidikan yang resmi supaya nantinya bisa mendapatkan bantuan operasional dari pemerintah. Tapi saya dan suami memang belum jauh berpikir sampai sana. Secara ilmu kami saja masih cetek.

Jadi sampai sekarang pondok mengaji ini kami kelola secara sederhana saja. Tergantung bagaimana kondisi rezeki kami. Jika mentok yaitu tadi, saya menghubungi teman-teman melalui postingan di media sosial. Siapa tahu ada hati yang tergerak mau sedikit berbagi rezeki.

Alhamdulillah meski malu, minder dan takut tidak bisa amanah, kepercayaan teman-teman dari tempat mereka mengais rezeki, kepercayaan majikan saya waktu bekerja di luar negeri dan kepercayaan para blogger yang telah menyisihkan sebagian rezekinya itu ternyata cukup tinggi terhadap saya. Tidak hanya dari kaum muslim, donatur dari non muslim juga ada.

Kepercayaan mereka itu saya jadikan tantangan supaya bisa berkelanjutan. Karena saya yakin, yang saya lakukan ini bukan meminta, tapi mengajak berbagi kebaikan sekecil apapun yang bisa kita lakukan.

Saat ramai sistem donasi melalui KitaBisa, saya pun pernah melakukannya. Dari dana target dua juta rupiah, selama masa kampanye itu berlangsung dana terkumpul sekitar 600.000. Rupanya saat itu sistem melalui KitaBisa masih terbilang ribet bagi sebagian orang. Sistem transfer langsung dirasa lebih cepat, praktis dan “tidak banyak yang tahu”.

Bingkisan yang dibeli dari hasil donasi para blogger lebaran tahun 2022

Akhirnya saya meminta donasi alias sumbangan secara door to door saja. Menghubungi secara personal dan memberikan laporan penggunaan dana untuk apa saja juga secara pribadi.

Dari sekian banyak donatur yang telah ikut berpartisipasi memajukan aktivitas Pondok Mengaji Al Hidayah ini, dengan tidak mengurangi rasa hormat, saya mohon maaf tidak menyebutkan nama, tapi pasti pahala akan mengalir terus kepada mereka, yang telah memberikan sebagian rezekinya untuk membeli Al Qur’an , mukena, sarung, seragam mengaji dan rezeki berupa uang yang saya manfaatkan untuk kebutuhan Kegiatan belajar dan mengajar seperti buku, alat tulis, papan tulis, kitab, Iqro, rekal, dan sebagainya. Termasuk membeli snack jajan anak yang kami bagikan saat ada perayaan lesengan atau imtihan.

Di satu sisi saya merasa mengajak melakukan kebaikan ini adalah sebagai bagian dari ibadah. Saat pemikiran itu ada semangat pun muncul dengan tingginya. Tapi ketika sisi minder mencuat, apalagi jika ada yang nyinyir mengatakan kalau mencari donatur ini kedok untuk memenuhi kebutuhan sendiri rasanya ingin menghilang saja dari permukaan bumi ini. Tapi ya kasihan nanti bagaimana kelanjutan anak didik di pondok mengaji kami? Karena selain ada anak kurang mampu, ada pula beberapa anak yatim yang harus kita santuni.

Ini seragam mengaji dananya saya kumpulkan dari donatur para blogger tahun 2019 lho…

Saat ini kami merencanakan membuat seragam warna putih, supaya anak lelaki bisa menggunakannya untuk solat Jumat

30 thoughts on “Mengemis atau Membuka Jalan Sedekah?”

  1. Barakallah teh.. Semoga jalan mengajari anak-anak mengaji menjadi jalan berkah ya teh. Semoga Allah mudahkan sehingga ketika teteh butuh untuk anak mengaji cuma terlintas sudah langsung ada yang berdonasi
    Jadi iri teh, karena orang yang paling baik adalah yang belajar Al-Quran dan mengajarinya untuk orang lain.
    MasyaAllah, Tabarakallahu

    Reply
  2. Subhanallah, senang baca ini.. membuka wawasan saya ternyata masih banyak yang mau berbuat banyak untuk orang lain.. berkahnya pasti banyak sekali walaupun jalannya pasti nggak mudah.. semoga selalu mendapat kemudahan dan kemampuan dari Allah

    Reply
  3. Ya Allah mba semoga perjuangannya menjadi amal ibadah dan penyelemat mba kelak. Semoga pondok mengajinya diberikan rezeki yang lancar semakin banyak donatur yang dapat membantu mengembangkan anak-anak pintar mengaji, aamiin.

    Reply
  4. Masyallah.. Keren sekali teh, bisa membuka yayasan gini. Pake dana pribadi pula. Tapi ada benarnya juga saran temanmu kak. Diresmikan saja yayasannya. Biar dapat bantuan operasional dari pemerintah. Jadinya kita bisa fokus ke SDM nya aja. Anak-anak dan tenaga pengajar.

    Reply
  5. Masya Allah, Teh Okti luar biasa. Insya Allah penuh berkah. Kalau deket nih, anak saya biar belajar di situ daaah… hahaha

    Sebenarnya hal begitu lumrah sih, toh jelas tujuannya untuk apa, saya percaya, orang-orang yang jadi donatur juga tidak akan keberatan kalau misalnya permintaan dana atau sumbangan lainnya.

    Reply
  6. Teh, aq salut banget sama perjuangan teh Okti. Ternyata selama ini teh Okti juga ngajar anak2 ngaji ya. Semoga dilancarkan rejeki dan juga jadi ladang amal jariah buat teh Okti dan keluarga ya

    Reply
  7. Teh okti i love you deh, keren banget! semoga operasional pondok pengajian Al Hidayah yang teteh kelola bisa terus berjalan yaa dan lancar juga. kalo menurut saya sih meski pasti ada rasa malu tapi untuk pendidikan anak kenapa gak, anggap saja itu jalan kita membuka peluang orang lain untuk sedekah dan juga membantu anak-anak.

    Reply
  8. Mbak Okti I proud of you, ini mah keren pake banget. Mengajak anak-anak disekitar rumah untuk belajar mengaji bersama, membimbing mereka. Memang sekarang ini, kadang banyak yang berpikiran nggak bisa bedain mana yang “ngemis” atau yang bener bener digunakan untuk kegiatan positif.
    balik lagi ke niat baik, pasti ada aja pintu rejeki ya mbak

    Reply
  9. Asalkan semua lini kehidupan tetap menjadi amanah dan selalu mengutamakan kepercayaan karena meski saat ini terlihat langka tapi pasti ada saja yang bisa memegangnya dengan kuat.

    Reply
  10. Masyaallah teh Okti dan suami, semoga berkah dan selalu diberikan kelancaran ya untuk pondok mengajinya. Keren banget lho mendedikasikan waktu dan tenaga secara gratis untuk mengantarkan anak-anak di sekitar jadi putra Putri sholeh dan sholehah *love*

    Reply
  11. Masya Allah keren sekali perjuangan Mbak Okti. Mbak Okti ini mirip dengan Bu Yuni tokoh yang pernah saya tulis dan akhirnya berangkat umroh dari Allianz.

    Bu Yuni menggratiskan biaya ngaji untuk anak anak duafa. Yang tadinya sepuluh jadi puluhan bahkan mungkin sekarang 100 murid. Ada donatur bulanan yang membiayainya. Sejak namanya dikenal beberapa stasiun TV juga mengundangnya. Dan alhamdulilah dapat dana juga dari sana atau sekedar peralatan mengaji buat anak-anak.

    Semangaaat Mbak Okti. Insyaallah pahala jariyah mengalir

    Reply
  12. MasyaAllah Teh Okti, semoga Allah selalu memberikan kemudahan untuk perjalanan pondok mengaji ke depannya. Makin banyak santri baru dan makin banyak donatur baru. Sukses terus ya Teh

    Reply
  13. Masyaallah, jadi amal jariyah ya Teh…
    Di kampung saya juga ada namanya rumah quran, dikelola oleh anak-anak muda lulusan pesantren. Kami sebagai orang tua tentunya senang dan bersyukur anak-anak jadi ada kegiatan mengaji extra dan kegiatan positif lainnya.
    Orang tua juga ngga sayang ngasi dana bantuan bilamana ada keperluan untuk kegiatan disana.
    Barakallah, teh…

    Reply
  14. Alhamdulilah
    Barakallah Teh Okti dan suami, aktivitasnya membuat jalan ke surga …..amin

    dan Fahmi jadi bisa meniru teladan orangtuanya,

    jangan menunggu kaya untuk memberi, karena ketika kaya mungkin sudah terlambat untuk memberi

    Reply
  15. MashaAllah Teh Okti, terharu saya baca artikel ini. Tak terhitung pahala yang didapatkan dari memfasilitasi anak-anak agar tetap bisa beribadah (mengaji) dan menjadikan mereka anak-anak yang salih dan saliha.

    Saya ingin mengutip salah satu rangkaian kalimat dari seorang ulama besar Mesir yang bernama Profesor Muhammad Mutawalli Asy Sya’rawi. Isinya begini : “Harta adalah rezeki yang paling rendah. Kesehatan adalah rezeki yang paling tinggi. Anak salih dan saliha adalah rezeki yang paling utama. Sedangkan rida Allah adalah rezeki yang sempurna.

    Semoga usaha dan amalan yang sedang dijalankan Teh Okti dan suami mendapatkan rezeki yang sempurna yaitu rida Allah SWT. Aamiin Yaa Rabbalalaamiin.

    Reply
  16. Tetap semangat mbak, insyaallah ini akan menjadi amalan yang tak akan terputus pahalanya walau nanti anak-anak itu sudah besar.

    Terkadang memang ada orang yang “bingung” mau menyalurkan sedekah ke mana, dan mbak Okti bisa menjadi jalan bagi mereka menyalurkan sedekahnya

    Reply
  17. Teh Okti dan Akangnya keren bangeeet. Salut deh saya sama teteh berdua. Semoga mendapatkan banyak rezeki ya para santri di pondoknya. Teteh dan akang selalu sehat, dilimpahkan banyak rezeki juga. 🙂

    Reply
  18. MashaAllah~
    Barakallahu fiikum, teteh dan keluarga.
    Semoga pahala dan keberkahan mengalir terus untuk teteh dan keluarga. Dengan semua waktu, tenaga dan pikiran yang dicurahkan untuk anak-anak mengaji di Pondok Mengaji Al Hidayah semoga mengetuk lebih banyak pintu hati para donatur untuk memberikan bantuan sukarela kepada anak-anak manis pembelajar Al-Qur’an ini.

    Reply
  19. Salut pada Mba Okti dan suami. Ahh jadi teringat bapak dan ibu guru ngaji saya beberapa tahun lalu. Sama persis seperti yang Mba Okti lakukan.

    Semoga pahala terus mengalir deras kepada Mba Okti dan suami juga guru-guru ngaji saya, amiiin

    Reply
  20. saya kok terharu ya mbak, bacanya. Semoga diluaskan rejekinya ya mbak biar banyak anak-anak yang terbantu. Jarang menemukan orang seperti mbak oki ini. Mengalir terus pahala dan segera terwujud cita-cita mulianya. amiin

    Reply
  21. MasyaAllah, barakallah Mba 🙂 Semoga Allah mudahkan semuanya, anak-anak menjadi anak-anak yang shalih/ah. Seneng juga rasanya melihat Mba bisa memiliki visi misi sefrekuensi dengan suami menjalankan pondok pesantren untuk anak-anak di lingkungan Mba ^^

    Reply

Leave a Reply to Annie NUGRAHA Cancel reply

Verified by ExactMetrics