Menyerap Kebaikan Pola Hidup Sehat sang Majikan

Menyerap Kebaikan Pola Hidup Sehat sang Majikan

Orang sini itu bekerja keras mati-matian mencari uang saat muda, untuk membayar rumah sakit nanti saat sudah tua.

Begitu kata majikan saya saat bekerja di Taiwan. Dia bilang demikian karena melihat Ama dan Akong –orangtua dan mertuanya– sendiri yang setelah memasuki masa senja uang tabungan yang mereka kumpul-kumpul selagi muda hampir habis dipakai untuk berobat ke dokter dan perawatan di rumah sakit.

Karena itu majikan mendisiplinkan diri dan anaknya, termasuk kepada saya pekerjanya, untuk hidup sehat dan menjaga kesehatan sebaik mungkin.

Majikan saya bekerja sebagai pramugara dan pramugari pada sebuah maskapai penerbangan internasional. Soal menjaga kesehatan dan gaya hidup memang sangat diperhatikan. Dari perusahaan maskapai sendiri sudah rutin ada medical chek up secara berkala. Ditambah kesadaran mereka sendiri yang memang mengerti betul akan pentingnya kesehatan.

Selama bekerja di sana, secara raga kondisi saya memang dipantau terus untuk tetap fit dan bugar. Waktunya bekerja ya bekerja. Waktunya istirahat ya istirahat. Waktu tidur tidak boleh diganggu oleh kegiatan lain. Majikan sering memarahi saya karena sering kepergok waktu tidur eh saya malah anteng main komputer. Sampai lupa waktu pula. Hahaha…

Begitu juga dengan makanan. Mereka sangat membatasi dengan olahan goreng-gorengan. Mengurangi makan pedas, sampai tidak mengkonsumsi alkohol, soda dan rokok. Mereka sangat mendukung saya menjalankan puasa, asal waktu sahur dan berbuka saya harus makan dengan makanan yang mencukupi kebutuhan nutrisi dan kalori. Mereka tidak ingin waktu bekerja saya lemas karena kekurangan tenaga.

Setiap sore saya disuruh membawa anak atau orang tua mereka main ke taman. Taman yang dimaksud adalah ruang terbuka hijau dengan segala fasilitas olahraga yang sangat lengkap. Atletik, fitness, permainan, dan lainnya. Paling tidak jalan santai berkeliling lapangan minimal 2 putaran harus kami lakukan. Pintas kata kesehatan dan pola hidup sehat sangat diterapkan dalam kehidupan keluarga majikan.

Mereka tidak ingin apa yang dialami oleh orangtua dan mertua mereka teralami lagi oleh anak menantu dan cucu-cucunya, bahkan mereka juga tidak ingin itu menimpa kepada saya. Pekerjanya yang suatu saat akan pulang ke Indonesia.

Bekerja mati-matian untuk mendapatkan uang boleh saja, asal tidak keterlaluan apalagi sampai tidak memperhatikan kesehatan sendiri. Kesehatan lebih utama dari sekadar penghasilan supaya kelak saat tua kita bisa bahagia. Punya tabungan dan punya penghasilan bukan untuk biaya berobat melainkan untuk kebaikan dan kebahagiaan. Itu yang mereka ajarkan kepada saya.

Begitulah sepulang dari merantau saya berusaha menerapkan pola hidup sehat yang selama ini saya lakukan dan alami bertahun-tahun saat bekerja dan tinggal bersama mereka. Meski tentu saja tidak mudah. Karena kondisi dan situasinya jelas sangat berbeda. Tapi paling tidak modal dasar pengetahuan menuju ke sana saya sudah memilikinya.

Diresapi lebih dalam, hidup sehat secara lahir saja itu tidak lah cukup. Ada kebutuhan batin alias ruhani yang juga harus kita jaga dan isi agar keseimbangan antara jiwa dan raga tetap terjaga.

Apalah artinya kesehatan kalau hati tidak bahagia dan jiwa tidak tenang? Ketenangan batin yang menentramkan bisa didapati dengan cara mensyukuri atas segala hal yang telah kita peroleh selama ini. Bersyukur maka niscaya kenikmatan akan ditambah.

Sebagai mahluk sosial kita juga tidak bisa hidup tanpa interaksi dengan orang lain. Silaturahmi dan saling jumpa dapat menambah barokah serta kemaslahatan hidup. Mungkin tidak kita sadari bahwa kebahagiaan dan keberkahan hidup yang kita per olah bisa saja berkat doa-doa yang dipanjatkan oleh mereka yang sudah kita santuni, kita kunjungi, dan kita bantu secara tidak langsung.

Tuhan telah mengatakan jika kita berbagi maka balasannya akan berlipat bahkan hingga tidak terhingga. Karena itu ketika kita memiliki, baik banyak maupun sedikit seyogyanya berbagilah kepada mereka yang membutuhkan. Orang yang meyakini berbagi itu tidak merugi, justru hakikatnya menabung untuk bekal diri sendiri kelak sesungguhnya sebenar-benarnya orang yang sehat jiwa dan raganya.

Berbagi tidak hanya berupa harta atau benda, tetapi juga bisa berupa ucapan perbuatan dan walau hanya seluas senyuman.

Jiwa yang sehat senantiasa dibarengi dengan raga yang kuat. Jiwa akan terbebas dari berbagai penyakit hati jika kita senantiasa terus berprasangka baik (khusnuzhon) alias positif thinking.

Yuk awali hari yang indah ini dengan pikiran baik, sarapan sehat dan melangkah di jalan yang benar maka senantiasa kebahagiaan dan kesehatan dengan sendirinya akan menyambangi kita. Amin.

4 thoughts on “Menyerap Kebaikan Pola Hidup Sehat sang Majikan”

  1. Wah, beruntung sekali Teh Okti sempat bekerja untuk mereka ya, Teh? Jadi dapat menyerap langsung pengetahuan serta mengalami praktek langsung dari teori yang mereka sampaikan. Baik banget majikannya, ya, Teh. Perhatian dan banyak ilmu yang didapatkan. 🙂

    Betul banget, Teh, kesehatan adalah faktor paling utama yang harus kita jaga. Untuk apa punya banyak uang, jika tidak bisa kita nikmati alias kita sakit-sakitan ya? 🙂

    Reply
  2. Saya senang banget kalau sudah baca tulisan teh okti yang berdasarkan kisah nyata, pesannya lebih tersampaikan. Semangat menginspirasi ya mbk..

    Reply

Leave a Reply to Alaika Abdullah Cancel reply

Verified by ExactMetrics