Pengalaman Singgah dalam Kisaran Kematian

Pengalaman Singgah dalam Kisaran Kematian

Enam jam lalu, masih terasa bagaimana sakit dan sesaknya nafas ini. Semua beban berada di tenggorokan. Saya menjerit tapi tak bisa. Saya meronta-ronta, sampai suami terkejut, lalu berusaha membantu saya yang kalau dilihat orang pasti tampak sedang blingsatan, sambil menepuk tengkuk sendiri.

“Kenapa bisa begini?” Suami tak kalah sibuk membantu saya memegangi dan memijit tengkuk. Sementara saya hanya bisa melotot, meronta dan merasakan sesak tiada tara. Tangan sebelah tetap memukul tengkuk dan sebelah lagi berusaha mengorek tenggorokan.

“Inikah saatnya kematian?” Terlintas pikiran dan pertanyaan demikian disela-sela kepanikan.

Saya tuh sedang makan pagi. Nasi putih dengan balado kikil (kulit sapi) yang memang tebal dan sebagian alot. Perasaan saya sudah mengigit lebih kecil dan mengunyahnya seperti makan biasanya. Tapi entah kenapa, entah melamun atau bagaimana, saya tiba-tiba seperti tersedak.

Saya susah bernafas. Susah bicara dan nyeri tidak terkira di tenggorokan dan dada.

Akhirnya, kikil yang saya makan dan tersangkut di tenggorokan berhasil dikeluarkan. Saya mengap-mengap kehabisan nafas. Suami segera mendudukkan saya, lalu memberikan air minum.

Ya Tuhan, sekejap yang sudah memberikan jutaan pelajaran berat dalam hidup saya. Pikir saya sambil menyeka air mata yang terus meleleh membasahi pipi. Seperti itukah sakitnya, paniknya orang yang akan diambil nyawa? Pasti lebih dari itu sakit dan paniknya. Beruntung saya masih “selamat”.

Sekian lama kami hanya saling diam. Fahmi putra kami yang tak banyak mengerti kembali bermain. Ia hanya tahu kalau ibunya tersedak. Dan setelah penyebabnya berhasil dikeluarkan, auto sembuh, mungkin begitu pikirnya. Seperti sebuah drama saja.

Tapi bagi saya, kejadian tersebut seolah tamparan keras. Peringatan dini, untuk mempersiapkan menghadapi kematian (yang sesungguhnya) dan pastinya lebih menyakitkan, lebih menakutkan.

Kejadian seperti itu, seolah saya berada dalam ujung kehidupan, untuk sampai di titik nafas terakhir, sudah tiga kali saya rasakan. Pertama sekitar akhir tahun 2019.

Pengalamannya saya ceritakan disini

Ketika saya sakit gatal, lalu minum obat dan entah makan apa saya lupa. Tapi saya ingat dada saya sangat sakit. Sesak, dan saya hanya bisa merebahkan badan dengan pasrah. Saat itu anak dan suami sedang berada di sekolah. Saya sendirian di rumah. Merasakan sakit di dada, nafas yang sangat susah, penglihatan kabur. Saya hanya bisa diam sendirian menahan kesakitan. Bergidik, hanya itu yang bisa saya ingat. Andai kematian saya itu datang saat itu juga, entah bagaimana jadinya keluarga kami…

Kejadian kedua, belum ada sebulan lalu. Malam hari, setelah isya saya merasakan nyeri di dada. Nyeri yang lama-lama tidak biasa. Segera saya memberitahukan suami. Sambil menahan nyeri saya terus dzikir.

Semakin lama, nyeri terasa sangat sekali. Seolah isi dada ini diambil paksa. Saya hanya bisa menangis merasakannya. Suami terus membantu saya meski belakangan ia bilang entah harus bagaimana selain bantu doa.

Tapi memang hanya doa yang kami bisa. Sampai jam tiga dini hari, Alhamdulillah nyeri sudah mereda. Meninggalkan ketakutan yang kembali saya rasakan.

“Yah, kalau tahu bagaimana sakitnya orang yang dicabut nyawanya, mungkin seperti itu bahkan lebih rasanya. Gak kebayang ya kalau tadi itu Okti meninggal dunia…”

“Hust! Jangan ngomong sembarangan!” Suami langsung memotong pembicaraan saya. Saya pun langsung terdiam. Ya, saya sendiri maupun suami pastinya memang belum siap. Jauuh. Meksi kami percaya, kematian itu bisa kapan dan dimana saja mendatangi kami.

44 thoughts on “Pengalaman Singgah dalam Kisaran Kematian”

  1. Wah iya teh, kejadian kayak gitu beneran ngingetin kita tentang kematian ya. Sesak napas bahkan saat melahirkan. 4 kali merasakan sakitna melahirkan, tiap kali itu pula saya merasa seperti di ujung hidup. Semoga keadaan seperti itu bisa membuat kita jadi orang yang lebih baik. Yang bisa siap dengan tibanya kematian. Aamiin.

    Reply
  2. Jadi inget sama diri sendiri. Kebetulan lg hamil tua, trs sering sekali susah nafas. Smpai bbrp kali nyaris pingsan. Makan juga susah efek heart burn. Semoga kita selalu diberi kesehatan dan panjang umur ya..

    Reply
  3. Baca ini, jadi mengingatkan kita juga tentang kematian yang memang datangnya tak menentu. Jadi berpikir kembali, hal apa saja yang telah dipersiapkan untuk alam abadi disana nantinya.

    Reply
  4. ya Allah teh…trauma banget ya pastinya kalo tersedak sampe bikin sesak nafas, aku pernah juga kesedak pas lagi ga nguyah apa-apa lho teh, kayak salah ritme nelen gitu lho, itu aja perih di tenggorokan masih berasa

    Reply
  5. aku pernah juga mba ngerasinnya. tpi tdk krn tersedak. tapi krn tensi lagi turun drastis selepas melahirkan. aduuuh itu gk tau mau bilang apa. sampe minta ke allah, ya allah aku belom ngerawat anak ku dan ngedidik dia please jgn skrng. ah beneran campur aduk deh mba klo ngerasain nya

    Reply
  6. Deg degan bacanya, tapi memnag kematian begitu dekat dan ga bisa di tunda, sebaik baiknya adalah mengingat nya jadi selalu siap, hiks tiba tiba kepikiran anak anak bayi gimana ya nanti kalau ibu nya duluan yang pergi

    Reply
  7. Ya Allah mba pernah mengalami kah? Jadi merinding tp bs jd warning buat kita untuk cari bekal amal untuk hidup selnjutnya dusana. Mksh mb udah sharing…

    Reply
  8. puji Tuhan maish dikasih umur ya mbak, itu pelajaran buat kita biar selalu sadar kalau umur bisa diambil dan diberikan kapan saja, jadi sebaiknya kita baik2 menjaga lisan dan perbuatan kita 🙁 terima kasih mba remindernya

    Reply
  9. Semakin kita memiliki sesuatu semakin kita takut kehilangannya, ketakutan akan kematian memang wajar, maka seringkali aku diingatkan orang tua untuk sebaik-baiknya hidup agar tidak ada yang disesali bila harus dipanggil di waktu-waktu yang tidak pasti. 🙂

    Reply
  10. Masyaallah aku merinding bacanya. Sehat sehat ya teh, insyaallah nanti kita semua akan menemui ajal saat sudah pantas di mata Allah sehingga bisa mencium wangi surga aamiin.

    Reply
  11. Apakah sudah konsultasi ke dokter mbak untuk permasalahan sesak dan nyeri di dadanya? Kalau yang cerita tersedak kikil mungkin maklum karena tersedak, tapi yang gatal dan minum obat tapi lupa apa yang dimakan terus sesaknya kambuh lagi kok ngeri ya mbak 🙁

    Reply
  12. Kematian emang tak ada yg tau kapan datangnya. Makanya dianjurkan agar kita slalu ingat Dia di setiap langkah kita. Aku jg pernah ngalamin spt ini Mba, waktu masih remaja, saya pernah kesentrum listrik. Alhamdulillah, masih dijauhkan dari maut :’)

    Reply
  13. Wah sekarang lagi pandemi gini susah mau kasih saran. Dada sesak bisa jadi asam lambung yg naik menghimpit jantung, bisa juga lainnya. Mau saranin kalau pas kambuh langsung UGD biar dicek tapi kok serem juga ya ke RS pas pandemi. Soalnya sy udah bbrp kali keluar masuk UGD gara2 itu. Napas bener2 sesak, kudu ditenangkan pakai obat yg masuk jalur infus di UGD. Nggak sampai nginep kok, tapi bahaya juga kalau nggak segera normal krn tensi juga naik krn nahan sakit.

    Reply
  14. Kematian itu pasti akan datang tinggal nunggu giliran ya mbak. Sayangnya kita kadang suka lupa, yang harus kita persiapkan adalah bekal untuk kehidupan setelah kematian bukan bekal untuk hidup di dunia…..semoga kita senantiasa bisa Husnul Khotimah saat menghadapi kematian ya mbak… bismillah.

    Reply
  15. Sakit sekali memang kalau sedang makan, lalu mendadak makanan masuknya gak sesuai dengan instruksi kita.
    Ya Allah…
    Semoga sehat-sehat selalu, teh Okti.
    Tiada kurang suatu apapun.

    Reply
  16. Ikut merinding mba membaca pengalaman Mb Okti ini. Terasa mencekam ya mba ketika merasakan susah sekali untuk bernapas. Kalau saya tuh biasanya pasca jatuh, nah itu napas kayak berhenti sesaat. Mau menghela napas aja susah banget.

    Dada yang terasa tiba-tiba nyeri itu harus diperiksakan lho mba. Dicari tahu penyebabnya ke dokter. Semoga habis ini sehat-sehat selalu sekeluarga ya mba.

    Reply
  17. Membicarakan kematian itu kadang tabu tapi memang itu adanya dan semua akan mengalaminya. Justru yang ku pikirkan bekal ke akhirat.

    Reply
  18. Duh, pengalamannya menegangkan banget, Teh. Tapi memang jadi pengingat untuk mempersiapkan diri menghadapi kematian ya, karena datangnya bisa kapan aja. Semoga kita masih diberi umur panjang dan sehat.

    Reply
  19. Saya ikut tegang mbak membayangkan peristiwa tersedak tadi. Kita bahkan tidak menyangka ya kalau hal itu bisa menjadi sumber hilangnya nyawa kita. Ya Allah, kematian begitu dekat dengan kita, tapi kadang kita lalai dalam mempersiapkannya. Terima kasih sudah di ingatkan, semoga di sisa hidup kita ini, Allah masih memberi kesempatan untuk berbuat baik dan mengumpulkan bekal menuju negeri akherat, aamiin.

    Reply
  20. Saya juga pernah merasakan sesaknya karena tersedak. Betul2 seperti kehabisan nafas. Kapok deh!

    Mba nggak menindaklanjuti ke dokter untuk kejadian sebelum2’y? Jangan sampai terulang lagi ya mba. Sehat selalu..

    Reply
  21. Banyak cara Allah mengingatkan “kematian” pada hambaNya.
    Aku juga pernah mba, ngerasain dengan kondisi anak2 masih kecil dan suami sdh bekerja. B sedih banget rasanya.
    Sehat selalu ya mba…

    Reply
  22. apakah sudah diperiksakan kesehatan kak? supaya mengecek adakah sesuatu yg nyeri saat pengalaman yg malam itu.

    pengalaman yg bs selalu menjadi pengingat di kehidupan ya kak bagaimana panik dan tak mengenakannya, agar selalu ingat bagaimana kita menjalani hidup

    Reply
  23. Bener mba, kita tak akan pernah tahu kapan ajal menjemput. Apalagi di masa pandemi ini, kadang saya merasa saya hanya tunggu giliran saja. Kalau denger ada teman jauh tiba-tiba meninggal rasanya kok dada jadi nyesek banget. Semoga kita semua husnul khotimah . Aamiin

    Reply
  24. Ya Allah, sesak napas hingga terasa mendekati kematian adalah pengalaman yang mencekam. Semoga sakit mba sebagai penghapus dosa ya dan semoga semakin membaik sakitnya

    Reply
  25. Tersedak itu memang dapat menyebabkan kematian. Terutama pada anak2. Dipukul punggungnya.
    Kalo yg satu lagi mungkin alerhi obat.

    Reply
  26. jadi inget dulu aku juga pernah gitu 6 tahun yang lalu kalau ga salah. lagi main body arum jeram di panggandaran tiba2 kakiku kejepit batu pas lawan arus. ya Allah sampe syock bgt…memang ya kematian harus dipersiapkan

    Reply
  27. Ya Allah mbaa…. itu gara-gara kikil bisa sampe kayak gitu ya. Ga kebayang deh rasanya saat itu ya. Saya yang ikut membaca aja berasa ngerik bangeeettt.. Alhamdulillah sudah gapapa ya mba.

    Reply
  28. Teteeh, kadang emosi berlebihan, rasa cemburu, rasa sakit hati membutakan hati dan membuat lupa bahwa kematian begitu dekat, ya Allah baca postingan ini seakan diingetin lagi, makasih ya, Teh Okt

    Reply
  29. Terlepas dari kematian adalah sebuah kepastian, teh Okti sudah memeriksakan diri terkait nyeri di dada? Karena bagaimanapun ikhtiar juga harus didahulukan sebelum tawakal. Saya sendiri juga beberapa bulan ini sering nyeri di dada, tapi mau periksa ke dokter masih gamang, karena rumah sakit dekat rumah jadi rujukan pasien covid. Anyway thanks for reminding tentang pentingnya mempersiapkan diri menyambut kematian ya Teh.

    Reply

Leave a Reply to Uniek Kaswarganti Cancel reply

Verified by ExactMetrics