“Mah, Mamah terang album perangko nu Eteh di lemari? Punten pangmotokeun, nya…”
Saya bertanya kepada ibu, minta tolong memfoto perangko.
“Ah teu terang, Teh…” jawabnya tidak tahu.
Waduh! Mana harus publish hari ini juga?
“Sama Si Ade aja ya?” Saran ibu saya, menyuruh Amanda, keponakan saya yang seusia Fahmi. “Kebetulan Si Ade lagi ada nih…”
Ya sudah, saya minta tolong anak usia kelas tiga SD itu untuk memfoto perangko.
Hasilnya, seperti ini:
Walau tidak jelas, paling tidak ada bukti, jadi bukan hoax kalau saya punya beberapa koleksi perangko. Hehehe…
Itu sebagian perangko yang saya miliki, sebagai barang legendaris yang saya koleksi sejak saya masih SD, tahun 87-an.
Di jaman serba digital kek gini, anak jaman sekarang tahu gak ya apa itu perangko?
Saya mulai mengumpulkan perangko ketika melihat alamat artis di tabloid dan iseng berkirim surat kepadanya. Saat itu saya kelas dua SD di Gatot Subroto Bandung. Tulisan masih mirip bekas cakar ayam. Dari sekian banyak artis yang saya kirimi surat, yang membalas Monica Oemardi, pemeran film wanita kelahiran 74 kalau ga salah. Haha, jadul banget ya.
Perangko dalam balasan suratnya, bukan gambar Presiden Soeharto seharga 75 rupiah, melainkan gambar kegiatan kementerian, “repelita” kalau gak salah tulisannya itu. Nah saya pikir ini bagus, unik. Saya pun mengumpulkannya.
Buat anak jaman now yang cuma sekilas tahu apa itu perangko (kalau materai pasti tahu kali ya) merujuk informasi dari Wikipedia perangko atau prangko adalah sebuah label atau carik, atau istilah lainnya disebut teraan yang ditempelkan di atas kertas dengan bentuk dan ukuran tertentu.
Prangko ada yang bergambar ada juga yang tidak bergambar. Di sana tertera nama negara penerbit atau tanda gambar yang merupakan ciri khas negara penerbit. Dipastikan di setiap carik tertera harga nilai nominalnya berupa angka dan atau huruf.
Dulu pemahaman saya perangko gunanya untuk “ongkos” kirim surat. Hehehe… Ternyata prangko bukan saja sebagai alat bukti pembayaran pengiriman jasa-jasa pos, tetapi juga dapat digunakan untuk sarana pendidikan generasi penerus bangsa, sebagai identitas dan lainnya.
Perangko, Bagaimana Nasibnya Sekarang?
Meski jaman sudah serba digital, keberadaan prangko tidak tersisihkan begitu saja lho. Justru fungsi perangko kini semakin luas. Tidak hanya untuk pengiriman surat, namun juga untuk komoditi dagang, sampai alat diplomasi.
Sejak dulu desain perangko udah jadi magnet bagi kolektor. Jadi meski komunikasi sekarang pakai email atau chat di WhatsApp, jangan dikira ga ada yang mau beli perangko, ya. Saya dan suami saja sampai Agustus tahun lalu masih hunting buat beli perangko, lho.
Setiap jelang ulang tahun Pramuka suami sebagai pembina Pramuka di sekolahnya yang “tergila-gila” kepada bapak Pramuka dunia Robert Stephenson Smyth Baden Powell. Suami masih berusaha mencari perangko edisi tersebut. Karena itu kami masih suka membeli perangko meski tidak digunakan untuk mengirimkan surat. Karena edisi Baden Powell di negara kita selalu kosong, akhirnya biasanya malah beli prangko yang edisi lain.
Jangan dikira meski barang legendaris alias jadul prangko tidak ada nilainya. Eksistensi perangko justru tidak akan hilang karena hampir setiap tahun selalu ada lelang perangko.
Edisi perangko yang terbatas dan sulit ditemukan jadi salah satu penyebab perangko bisa memiliki harga jual yang cukup mahal.
Melansir dari hiscox.co.uk, ada prangko termahal di dunia hingga saat ini. British Guiana 1c Magenta memiliki nilai jual US$ 9,48 Juta atau Rp 134,5 Miliar (Kurs Rp 14.190/US$). Prangko British Guiana 1c Magenta terbit pada 1856. Prangko tersebut merupakan prangko paling langka di dunia karena hanya ada satu di dunia setelah terbit pada 1856.
Saya sih bukan kolektor prangko kelas tinggi, hanya kebetulan saja sejak kecil suka surat menyurat dengan sahabat pena dan iseng mengumpulkan perangkonya. Alhamdulillah meski beberapa kali pindah rumah, pindah kota kabupaten tempat tinggal, tiga album perangko yang saya miliki tetap ada tersimpan di rumah mamah.
Cerita koleksi perangko pribadi menyusul ya. Saya harus melihat langsung dan ambil foto sendiri. Tunggu saya bisa main dulu ke rumah ibu saya. Soalnya barang legendaris saya semuanya ada tersimpan di kamar di rumah mamah.
Ga nyangka masih ada yang ngoleksi perangko, jadi keinget dulu punya sahabat pena dan suka banget ngumpulin perangko. Tapi entah kemana mereka sekarang :”D
Ga nyangka masih ada yang ngoleksi perangko, jadi keinget dulu punya sahabat pena dan suka banget ngumpulin perangko. Tapi entah ditaruh mana perangko nya :”D
Ga nyangka masih ada yang ngoleksi perangko ini, jadi keinget dulu punya sahabat pena dan suka banget ngumpulin perangko. Tapi entah ditaruh mana perangko nya :”D
Mantap pisan teh koleksi perangkonya, dlu ada masanya menuliskan hobi filateli yaa teh, betul sih anak jaman now kayanya mah gak tau, mereka taunya kirim barang or dokumen ke logistik jadi pahamnya no resi bukan perangko hahhaha
Saya masih simpan loh koleksi perangko saya. Dulu tuh anak sekolah keknya semua koleksi perangko, ada albumnya. saya sampe punya dua album hehe
Kompasianer the year 2011 juga kolektor perangko lho Teh Okti, dia sering bikin pameran
karena filateli (ada Hari Filateli Nasional lho, 29 Maret) emang menarik
kalo lagi jalan ke luar kota saya juga sering ke kantor posnya dan berkirim surat pake perangko dari sana
Daku jadi inget Kak Ros di Upin-Ipin yg soal perangko, hehe.
Koleksi seperti ini memang menyenangkan ya, apalagi punya tahun dan nominalnya yg berbeda
Pernah menyimpan perangko, namun tidak banyak. Hobi mengoleksi perangko memang mengingatkan pentingnya mengetahui perjalanan waktu saat itu dan saat ini
Sekarang masih ada gak ya yang koleksi perangko di Indonesia? Kalau dulu kan philateli jadi kegiatan dan hobi yang rame banget peminatnya. Karena memang komunikasi masih mengandalkan jasa pos. Saya juga sempat punya koleksi berbuku-buku. Tapi akhirnya diberikan kepada teman karena saya kerap berpindah mengikuti mutasi tugas alm. Ayah. Gak bisa berbanyak bawa-bawa barang.
Tos, saya kolektor perangko juga. Saat SMP saya aktif Pramuka dan album perangkonya bisa jadi syarat memenuhi SKU. Bahkan saya masih nulis surat sampai kuliah (1994-1999) ke teman-teman SMA dan sahabat pena..Ya ampun kangennya masa-masa itu, nunggu Pak Pos datang bawa balasan surat saya. kwkw
ya ampun itu buku perangkonyaaaa. haha.. mengingatkan koleksiku zaman kuliah. di mana itu kutaruh ya. rasanya masih ada.
perangko hari pertama aku beberapa kali beli lho. tapi udah lama nggak ngikutin isu perperangkoan.
Wah ada filatelis nih, ikut acara yg di trans gak Teh Okti? Udah lama banhets sih acaranya. Ada kiat khusus perawatan perangko gak sih?
Tidak Mbak. Ini iseng aja dan sampai sekarang alhamdulillah masih ada.
Ga ada kita sih hanya lebih baik nyimpan perangko di album khususnya aja biar gak rusak
Wahh Perangko memang sudah jadi benda yang hampir gak digunakan lagi yaa sekarang ini. Nantinya mungkin perangko akan jadi benda antik yang akan diburu karena harganya yang mahal
Luar biasa kak masih nyimpen prangko dan dijadikan untuk bahan koleksi pribadi. Jadi inget dulu kalo perangko sering dipake ayah untuk berkirim perihal/kabar burung ke Kebumen-Jateng.
Makasih sudah membuka kenangan masa lampau, saat ayah saya senang berkirim surat menggunakan perangko, seru sebelum punya hp dulu.
jadi ingat album koleksi perangko saya juga masih ada di rumah ortu. Dulu punya banyak banget perangko gambar pak Suharto dengan berbagai nominal harga. Saya mulai rajin ngumpulin perangko sejak SMP mbak, gara-gara dikasih tahu teman kalau dia pernah jual koleksi perangkonya dengan harga mahal
kreatif kak, tentu sangat bermanfaat ngumpulin perangko. bisa mengenal jaman dulu ya buat jadi cerita. kalau tidak salah filateli kan ya, yg suka koleksi perangko. benar nggak ya ?
Wah pas banget, tanggal 29 Maret nanti adalah Hari Filateli. Mngkin aktivitas ini sudah makin ekslusif karena perangko menjadi jarang digunakan. Tapi layak dikoleksi.
Dulu saya punya banyak sekali perangko, bahkan dari Perancis dan Jepang. Sayangnya semuanya busuk karena basah selama beberapa minggu di rumah lama yang tak terpakai
Masya Allah koleksi perangkonya banyak sekali, Kak. Ini mengumpulkan berapa lama? Oh iya terjaga rapi juga ya. Jadi teringat masa praktek menggunakan perangko semasa di SMP dulu.
Masya Allah koleksi perangkonya banyak sekali, Kak. Ini mengumpulkan berapa lama? Oh iya terjaga rapi juga ya. Jadi teringat masa praktek menggunakan perangko semasa di SMP dulu, Senang sekali sat tahu fungsinya.
Saya dulu pnya koleksi perangko..ehh diambil orang padahal dengan gambar dan literatur pastinya lebih kaya ragam pengetahuan kita ya