Sakit Parah Dulu, Baru Tengok Kemudian?

Ada banyak ucapan yang bilang, “Berbahagialah bagi yang masih punya ibu, karena ada wujud ibu yang masih bisa dipeluk.”  Dalam arti selagi masih ada kesempatan, membahagiakan orang tua itu jadikan sebagai setinggi-tingginya tujuan dalam kehidupan…

Mungkin kita tidak banyak waktu luang. Jangankan menghabiskan waktu bersama keluarga, buat me time saja susah. Apalagi ritme masyarakat di perkotaan, berangkat pagi, pulang malam sekali. Pun sekarang, saat pandemi, saat apa-apa banyak dilakukan di rumah saja, tapi tetap saja sebagian waktunya tersita akan pekerjaan.

Sibuk dengan pekerjaan dan karier, sampai tidak sempat lagi melihat senyum di wajah orang tua tercinta. Padahal niat awal bisa kerja adalah untuk membanggakan mereka, bukan?

Dan kita tidak tahu, berapa lama lagi waktu yang kita punya untuk mengukir senyum di wajah mereka?

Padahal, setiap orang tua tentu tidak pernah mengatakan pada anaknya betapa banyak yang harus mereka korbankan untuk membesarkan buah hati kesayangannya.

Malam yang tadinya bisa dilewati dengan tenang tak apa terganggu dengan tangis bayi mungil kehausan. Orang tua juga harus berhemat demi memastikan kaleng susu anak masih cukup sampai akhir bulan. Semua ini disimpan jadi rahasia karena mereka tak ingin kita sebagai anaknya merasa berhutang pada mereka.

Jika bapak bekerja hingga berhari-hari lamanya tidak pulang, bisa jadi karena pekerjaan tambahan yang diambil demi bisa menambah penghasilan karena perlu uang untuk beli baju anak yang terlalu cepat kekecilan.

Selepas masa kecil, kebutuhan kita pun kian memuncak. Tidak hanya urusan beli popok dan membayar uang imunisasi saja, orang tua juga harus memikirkan besaran uang sekolah yang harus dibayar tepat pada waktunya.

Tak lagi mikirin belanja untuk kesenangan sendiri. Pendapatan yang tidak seberapa harus diatur sedemikian rupa agar semua keperluan bisa terbayar. Tak hanya demi memenuhi kebutuhan hidup. Orang tua pun membanting tulang agar bisa mengatakan “iya” pada setiap keinginan yang dipinta anaknya.

Setiap anak meminta sesuatu, orang tua tak akan langsung bilang ‘tidak’, tapi sebisa mungkin akan berusaha membelikannya untuk sanga anak. Tidak ada alasan yang lebih dalam, keduanya hanya ingin mencetak rasa bahagia di wajah anaknya yang mereka begitu cinta. Mereka tak ragu mengencangkan ikat pinggang dan mematikan keinginan pribadi demi menggenapi hidup sang buah hati.

Walau harus menahan rasa lapar dan mengesampingkan semua kehendak, tapi itu semua tidak akan dilihat sebagai bentuk kerugian. Pengorbanan dan ketulusan mereka seringkali terpancar lewat kalimat mengalahnya…

“Abiskan saja, ibu masih kenyang kok.”

“Kakak dulu beli baju, ntar kalau ada yang cocok Bapak juga mau…”

Semua itu dilakukan karena rasa cinta yang begitu dalam untuk kita, anaknya. Mereka memprioritaskan semua yang berkaitan dengan sang anak di atas segala hal. Sebesar apapun keinginan atau kebutuhan orang tua, bila itu berbenturan dengan kepentingan si buah hati maka mereka tak akan ragu memundurkannya.

Orang tua jelas tidak meminta imbalan. Namun di hari mereka yang sudah semakin senja, tidak inginkah kita menorehkan senyum di wajah mereka?

Coba ingat sangat banyak jejak perjuangan orangtuamu di dalam diri kita. Baju yang dikenakan, rumah yang di tinggali, bahkan sampai lembaran ijazah dengan namamu itu semua adalah bukti rasa cinta mereka kepada anaknya.

Kini anaknya sudah bermetamorfosis jadi pria atau wanita dewasa. Bukankah kita juga telah memiliki kemampuan untuk membahagiakan mereka? Di tubuh yang semakin renta, mereka butuh pundak buah hati yang kuat untuk bersandar hingga waktu menutup mata itu tiba. Seharusnya kita bisa mengisi kesempatan itu dengan sebaik-baiknya.

Waktu mereka tidak akan lagi lama. Membahagiakan mereka adalah kewajiban yang harus dituntaskan selagi nafas masih bersamanya.

Sibuk kerja, sibuk kuliah, sibuk dengan istri dan atau suami, bikin tak lagi cukup waktu untuk bercengkerama dengan orang tua. Setiap hari sibuk membahagiakan pasangan, sampai lupa, bahwa mereka orang tua kita ingin pula kamu ajak bicara, mendengarkan cerita anaknya.

Di akhir pekan sering sudah sibuk dengan aneka janji pergi bersama teman terdekat atau pasangan. Menghabiskan malam sampai pagi hari dilakukan, demi melepas penat karena harus berjibaku dengan target pekerjaan yang memusingkan. Lagi-lagi kamu lupa, bahwa di rumah sana ada orang tua yang kebahagiaannya menjadi tugasmu yang tidak boleh terlupa.

Memang bukan salahmu menghabiskan banyak waktu meraih cita-cita dan berteman sebanyak-banyaknya. Orang tua juga akan merasa senang melihat keberhasilan yang diukir oleh anaknya. Namun yang jadi pertanyaan, sudahkah kamu menyediakan cukup waktu dan tenaga untuk membahagiakan mereka? Selagi masih ada waktu tersisa, bahagiakanlah mereka sebaik yang kita bisa.

Orang tua jelas tidak akan menuntut banyak dari anaknya. Tapi perhatian dan kasih sayang yang diberikan akan jadi bentuk balasan yang paling dirindukan. Sungguh saya ingin dekat dengan orang tua dan bisa membahagiakannya selagi masih ada masa tersisa. Tapi bagaimana setelah berkeluarga kepatuhan ini seolah terbagi.

Setelah berkeluarga, saya akui kondisi ibu saya sering terabaikan. Dengan anak dan suami sering jalan-jalan atau makan malam di luar, tapi belum pernah sama sekali kali saya bisa ajak ikutkan kehadiran ibu di saat jalan-jalan dan makan malam seperti itu. Saya tidak lupa, sesungguhnya saya ingin sekali untuk mengajak ibu bergabung dengan keluarga kecil ini. Tapi apa kuasa saya?

Jika kesannya, setelah punya istri, ibu kita sudah terabaikan, ini terbalik. Justru setelah saya bersuami, ibu sendiri jarang dikunjungi dan jarang di ajak bareng keluar rumah bersama.

Sungguh jika mengingat ibu sendiri, saya sangat merasa sedih karena mungkin termasuk anak yang sangat rugi.  Sebagai seorang anak saat ibunya masih hidup seharusnya dijadikan kesempatan untuk memuliakan ibunya sebagai cara mendapatkan tiket untuk ke Syurga.

Ah, lagi-lagi jika mengingat ibu, terlebih dengan kondisi yang sakit-sakitan seperti sekarang ini saya hanya bisa mengatakan kalau saya sangat sedih. Tanpa ada kekuatan untuk berada disisinya sementara sang pemberi izin juga diam-diam saja…

Haruskah nunggu sakit parah dahulu baru diperbolehkan menengoknya kemudian?

 

36 thoughts on “Sakit Parah Dulu, Baru Tengok Kemudian?”

  1. Betul sekali Mbak. Jangan menunggu ibu sakit dahulu baru mau dirawat apalagi sekadar ditengokin.
    Saya mengalaminya juga, untungnya saya tetangggaan sama mama saya sehingga tengoknya bisa setiap saat.

    Reply
  2. Jadi inget almh ayah saya mba, nyesel kenapa tahun lalu gak bisa temenin lebaran, gak bisa temenin di saat2 sakitnya, ingin banget waktu diulang kembali berada di sisi beliau :”(

    Reply
  3. Saya sekarang tinggal dengan Ibu mertua, sudah hampir 8 tahun tinggal satu atap, dan jadi tahu beliau juga setiap hari merindukan anak-anaknya yang lain mengunjunginya. Terkadang saya suka homesick kalau gak ketemu orang tua, biasanya saya rutin juga berkunjung ke ortu seminggu sekali karena setelah menikah rasanya lebih saya sama Mama dan ingat perjuangan dan kasih sayangnya yang tiada tara.

    Reply
  4. Saya sekarang tinggal dengan Ibu mertua, sudah hampir 8 tahun tinggal satu atap, dan jadi tahu beliau juga setiap hari merindukan anak-anaknya yang lain mengunjunginya. Terkadang saya suka homesick kalau gak ketemu orang tua, biasanya saya rutin juga berkunjung ke ortu seminggu sekali karena setelah menikah rasanya lebih saya sama Mama dan ingat perjuangan dan kasih sayangnya yang tiada tara..

    Reply
  5. perjuangan Ibu memang sungguh luar biasa ya Teh, kita sekarang kayaknya belum seberapa dari orang tua dulu ya, semoga Ibunya Teteh selalu diberi kesehatan ya, agar nanti bisa bergabung juga sekadar makan malam bersama anak-cucu dan juga menantu 🙂

    Reply
  6. Insyaallah yang terbaik buat Ibunya Teh Okti. Sedih wajar, semoga ga berkepanjangan yaa, send doa dari Bandung.
    Hiks, namanya sudah berkeluarga ada prioritas yang harus dilakukan, yang bekerja di luar rumah/di rumah semuanya mempunyai waktu yang sama seharinya. Semoga kita bisa membagi waktu buat ortu, teman, sahabat,pekerjaan dan terlebih buat diri sendiri.
    Aku pun jadi teringat mamaku, jadwal setiap wiken pasti nengokin nih. Sarehat buat mama2 kita dan kita semua.

    Reply
  7. Aku jadi kangen sama kedua orang tua ku yang sudah ada di surga, huhuhu. Bener banget selama masih ada orang tua, harus menikmati masa2 kebersamaan. Karena umur tidak ada yg tau, memang pasti perbedaan pendapat akan selalu ada. Masa2 berantem pasti ada, tapi kalau sudah kehilangan nanti akan menyesal.
    Aku bersyukur banget bisa melewati masa2 kebahagian bersama mereka. Disaat mereka sulit dan sakit pun, bersyukur masih diberikan kesempatan untuk merawat hingga mereka pergi ke surga .
    Jadi selama masih ada orang tua nikmati dan syukuri, bahagiakan mereka. Tidak harus mewah, cukup dengan perhatian

    Reply
  8. Salam takzim dan hormat untuk seluruh Ibunda di kolong langit.
    Ibu, adalah sosok makhluk yg Allah letakkan surga di telapak kakinya.
    betapa ingin kita membahagiakan Ibunda ya Teh.
    Semogaaaa ada solusi terbaik utk kita semua.

    Reply
  9. Huhu, ini ngingetin aku juga. Lebih tepatnya aku ke mertua. Aku dan suami yang tinggal lumayan jauh dari beliau membuat aku dan suami jarang berkunjung. Dan iya, kalo beliau sakit, baru deh aku ke sana.Semoga orang tua kita semua sehat-sehat selalu.

    Reply
  10. aku sama suami skr sama2 ga punya ibu. sama2 punya ibu sambung. tp rasanya beda dari ibu kandung. bener banget… mumpung ibu kandung masih ada, beri perhatian sesering mungkin. kalo ga bisa datang, dengan ditelpon saja beliau pasti sudah senang 🙂

    Reply
  11. Sy tinggal beda kota sm orangtua, ga bisa setiap saat mengunjungi, apalagi pas pandemi kemarin, setahun hanya sekali, sedih. Alhamdulillah sekarang kondisi aman semoga bisa lbh sering dan yg penting dicukupkan rejekinya buat ongkos heheh. Sy biasanya bair hemat nengok orang tua sendiri teh ga ajak anak2, ajak anak2 klo ada momen liburan sekolah, acara keluarga atau lebaran. Ngajak ortu jalan2 biasanya pas momen lebaran sekalian mudik.

    Reply
  12. Duh sedih bacanya, saya sekota sama orang tua, dekat dan hampir setiap hari bertemu. Tapi ketika bapak meninggal, kami sedang covid jadi 5 harian belum bertemu lagi hingga bapak meninggal, hiks. Nyesek banget enggak ketemu 5 hari saja sudahsakit hati gini.

    Reply
  13. Syafakillahu teruntuk Ibunda Teh Okti.
    Semoga Allah mudahkan untuk ke rumah Ibu dan menemani Ibu, teh..
    …dan semoga ketaatan teteh terhadap suami juga membuahkan pahala.
    Barakallahu fiik~

    Reply
  14. Terima kasih untuk pengingatnya mbak.
    Semoga kita bukan termasuk orang yang lalai dengan kedua orang tua, terutama ibu. Saya sendiri setelah memiliki anak, jadi makin sadar betapa besar peran dan pengorbanan ibu. Kalau sebelum punya anak, kadang masih membantah perkataan ibu, setelah punya anak, di iyain aja semua yang ibu katakan.

    Reply
  15. Alhamdulillah saya beruntung tinggal bareng dengan mertua dan saya masih diberi kesempatan untuk merawat ibu mertua saya yang sakit. Bahagia rasanya bisa mengurus dan merawat ibu mertua dan saya juga nggak pernah absen seminggu sekali berkunjung kerumah orang tua saya.

    Reply
  16. Aku setuju bgt, nyeselnya ngga abis2 teh. Waktu Bapak meninggal, aku pun ngga bisa nemenin karena kuliah. Sampe skrg kalau inget nyesel bgt kemapa ngga stay di rumah dulu beberapa hari.

    Reply
  17. Teteh, ada Masa dulu kami sering pulang jenguk orang tua dan mertua. Penghasilan mepet tapi gencar Cari tiket pulang, mumpung mereka masih ada. Sehat dan panjang umur Kan ga ada yg tahu. Bisa juga yg muda ini yg duluan. Semoga dimudahkan ya Teh untuk berbakti pada orang tua.

    Reply
  18. Ya Allah semoga dimudahkan ya mbak ketemu ibunda tercinta kebayang rindunyq kaya gimana. Semoga ibunda segera sehat juga ya teh. Doa anak shakihah insyaallah diijabah Allah

    Reply
  19. Selama ini saya tinggal bersama Ibu, sampai akhirnya Ibu tiada. Padahal kami dulunya serumah, tapi sepeninggal Ibu selalu ada rasa penyesalan mengapa dulu nggak benar-benar membahagiakannya. Meski begitu aku tetap menysukuri karena diberi kesempatan merawat Ibu yang sakit hingga akhir hidupnya.

    Tetap semangat ya, Teh. Semoga bisa segera bertemu Ibu dan Ibu diberikan kesehatan. Aamiin.

    Reply
  20. Bisa merasakan mbak…. Memang kadang situasi dan kondisi tidak memungkinkan kita selalu bisa menengok orang tua. Semoga dimudahkan dan bisa menengok ibunda segera, aamiin…

    Reply
  21. Jadi teringat momen saat Bapak saya sakit akhir 2020 hingga awal 2021 lalu. Sakit dan kami belum bisa juga pergi menjenguk, karena aturan perjalanan kala pandemi sedang ketat-ketatnya.Baru bisa pulang ke Makassar setelah Bapak sakit beberapa bulan, Qadarullah..Bapak berpulang ke Sang Khalik 3 hari setelah kedatangan kami. Ya Allah, keingat terus, andai saja bisa datang lebih awal..

    Reply
  22. Semangat ya Teeh semoga bisa didiskusikan lagi dengan suami biar ibunda bisa diajak serta pasti beliau happy, semoga Teh Okti bisa lebih sering ketemu Ibu yaa

    Reply
  23. Semangat ya Teeh semoga bisa didiskusikan lagi dengan suami biar ibunda bisa diajak serta pasti beliau happy, semoga Teh Okti bisa lebih sering ketemu Ibu yaa..

    Reply
  24. Seperti kata bijak, kasih Ibu sepanjang jalan, atau Surga di Telapak Kaki Ibu ya, Mbak. Makanya saat Rasulullah ditanya, siapa orang yang harus disayangi, maka jawabannya Ibu, Ibu, Ibu, baru Ayah. Termasuk dalam lagu Rhoma Irama.. hei manusia.. hormati ibumu…
    Begitu besara kasih sayang ibu yang tak bisa diukur dengan seluas samudera. Jadi bahagiakan Ibu selama masih ada.

    Reply
  25. Aku kadang juga merasa sedih karena mungkin termasuk anak yang sangat rugi. Banyak banget yang sudah dilakukan ibuku. Apalagi sejak kematian alm. ayah sekitar 17 tahun lalu hingga saat ini.

    Reply
  26. Makanya saya rela sebulan dua kali pulang menjenguk ibu, karena orang tua satu-satunya yang masih ada. Selagi beliau masih sehat waktunya berbakti meskipun sudah menikah, kebetulan suami sangat mendukung

    Reply
  27. Persisi banget, aku baru merasakan rasa yang Mba gambarkan, bukan menyesal tapi kenapa tidak kita buat lebih berkualitas lagi waktu-waktu yang ada kemarin. Huhuhu mendadak meloow.

    Reply

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics