Sindoro dalam Suka dan Duka
Meski cadangan baterai tinggal 12 % tak dahulukan buat blogpost ini sambil nunggu jemputan datang. Bagaimanapun berasa punya hutang kalau tertinggal dan hutang itu harus dibayar kan? Coba tunjuk tangan yang punya hutang…
Turun dari Sindoro menyisakan banyak kenangan. Suka dan duka. Sukanya sudah pasti menginjakkan kaki di bagian bumi Allah yang lain telah terpenuhi. Sindoro menjadi salah satu gunung diatas 3000 meter dpl yang saya suami dan Fahmi jejaki.
Begitu juga dengab saudara lainnya yang selalu kompak dan saling support. Kebahagiaan tersendiri juga buat yang baru pertama kali mendaki dan langsung memilih Sindoro sebagai destinasinya. Bberapa foto juga berhasil kami buat.
Dukanya ketika salah satu teman kami harus mengalah memilih pulang dengan angkutan umum gara-gara kendaraan travel mengecewakan. Hen hen terpaksa pulang sendiri naik bus umum karena ogah naik travel yang harus umpel-umpelan di jok paling belakang.
Kami sudah bicara soal ini sejak kemarin. Kata yang atur oke, bisa diatur tapi ternyata tour leader nya ajak malah angkat tangan ga bisa menyelesaikan. Malah balik nyuruh saya sendiri yang ngurusin. O la la!
Ini jelas buat kami kecewa dan bisa jadi pertimbangan besok-besok kalau naik gunung harus cermat pilih pengurus dan penanggungjawabnya.
Udah duduk terpojok, eh mereka enak-anak belanja belanji beli oleh oleh sementara kami matang hampir gosong nunggu kendaraan yang sudah kami booking dan bayar. Giliran kami mau belanja dih dibilangnya kesorean dan henti di toko sembako. Bikin mendidih dan bawaannya mau pentung in pasak aja deh saking kesalnya.
Belum lagi Fahmi yang merengek karena tempat duduk yang dipesan kami seperti kemarin malah ditempati orang. Saya makin kesal saja jadinya. Saat Fahmi merengek lagi sontak saya tarik tuh si guide mereka dan saya sebut anak saya minta jatah duduknya. Fahmi punya hak duduk dia juga bayar dan memang karena itu saya dan ayah Fahmi pilih justru supaya anak nyaman.
Karena itu orang tetap tidur entah duduk saja pura pura tidur akhirnya saya colek aja. Permisi mau ambil alih kursi yang sudah kami pesan. Dia pasang wajah jutek. Sebodo, emang gue pikirin…
Jangan salah tukang mendaki itu diajak baik bisa berbuat lebih baik dan sebaliknya kalau disakiti bisa buat jutek orang. Hahaha iya itu tadi kan buktinya?
#ODOP #BloggerMuslimahIndonesia
Ikut keseeel bacanya, memang hatus tegas juga sama hak.kita, ya. Biar anak kecil kan bayar
Lha bayar tiga ya mestinya haknya tiga ya, hehe
Duh, udah capek mendaki malah pulangnya harus kesal gara2 hal yang seperti itu. Pengalaman yang semoga nggak terulang lagi ya. Amin
Duh, udah capek mendaki malah pulangnya harus kesal gara2 hal yang seperti itu. Pengalaman yang semoga nggak terulang lagi ya, mba. Amin
Punya utang tulisan yg belum publishh banyak bet. Hheee
Ini aku bacanya juga ikut greget loh mbak. Kok ga ada hatinya itu org yg tidur ato pura2 tidur.
Yaah, kalau udah hak kita memang harus dominta sih ya mba. Buat pelajaran jg bagi mereka yg suka seenaknya ambil jatah org
Hmmm kdang iy kita hrs berani teh ngadepin org2 yg gk care bngt, noted itumah cukup sekali aja
waah teh okti produktif banget bayarin hutang tulisannya…btw aku sering banget digitiun kalau naik angkutan umum, udah pesan duduk di belakang supir eh ada orang yang tanpa rasa bersalah duduk di tempatku
ih…travelnya nyebelin ya. Udah bayar malah semena-mena terhadap anak. Fahmi keren! doyan naik gunung!
Suka sebel sama pelayanan apa pun yang tidak profesional. Ditambah orang-oranv yang tidak tahu tenggang rasa kepada sesama terlebih kepada anak kecil.