Wahai Orang Tua Sudah Tahukah Pentingnya Tajwid Al Quran dan Pendidikan Anak?
Ramadhan identik dengan bulan baik. Bulan dimana Kitab Suci Al Quran lebih banyak dibuka dan dibaca dibanding dari bulan-bulan lainnya. Membaca Al Quran (tadarus) adalah ibadah yang mempunyai nilai pahala yang sangat tinggi. Jangankan membacanya, mendengarkan (orang membaca) saja sudah mendapat pahala pula. Luar biasa bukan?
Karena itu tidak aneh kalau dari pagi, sampai siang, lanjut sore dan kembali malam datang setelah menjalankan shalat Tarawih kegiatan ibadah membaca Al Quran terus dilakukan. Tidak hanya bagi mereka yang sudah terbiasa, namun juga yang biasa-biasa saja. Anak-anak, dewasa, bapak-bapak, ibu-ibu, semua bergerak “berlomba” memperbaiki dan memperbanyak intensitas membaca Al Quran.
Demikian juga di kampung sekitar tempat tinggal. Dari mesjid dan surau selalu terengar lantunan ayat-ayat Allah SWT dibacakan dengaan gembira dan khusyu. Sangat menikmati suasana yang terasa lebih religius itu dibarengi harapan semoga amal ibadah bisa terus meningkat dan mendapat ridho Nya. Amin.
Tapi merasa serba salah itu saat mendengar tadarus Al Quran yang dibaca oleh anak-anak. Saat tajwid tidak dipakai bukankah seharusnya yang tahu dan mendengar segera membenarkannya? Tapi bagaimana mau melakukan itu sementara orang tua si anak saja yang malah lulusan pesantren ternama di wilayah tempat tinggal ini diam saja. Ya, orang tua si anak yang ada di situ diam saja seolah membiarkan dan membenarkan.
Saat sekali dua kali dibenarkan bacaan tajwidnya, orang tua si anak tampak mulai gerah. Dia malah dengan bangga memuji-muji anaknya yang baru kelas dua sekolah dasar itu. Katanya biarkan saja, justru bangga dana hebat masih kecil sudah sudah bisa membaca Al Quran. Lihat anak-anak remaja itu, mereka malah belum lancar membcanya.
Kami yang ada jelas merasa bingung. Terus kita yang ikut tadarusan itu apa harus ikut memuji anaknya…?
Banyak keterangan yang menjelaskan jika bacaan Al Quran kita dengar atau ketahui salah, maka harus dan wajib bagi yang tahu segera memberitahukan untuk membenarkannya. Saat belajar membaca Al Quran jelas beda dengan membaca buku literasi atau informasi. Bahasa Arab, jika salah melafalkan satu huruf, atau satu makhraj baik panjang atau pendek yang tidak sesuai maka akan fatal akibatnya karena artinya akan berbeda. Karena itu membaca Al Quran tidak boleh sembarangan, selain harus dalam keadaan suci dari hadats pastinya.
Benarkan, ya bagi kita yang mengetahui kalau itu salah, segera benarkan dan perbaiki. Tapi kalau ada orang tua yang seolah “melindunginya” kita mau bilang apa? Ingin rasanya membuat pengumuman : membaca yang baik dan benar tanamkan sejak kecil. Apalagi ini kitab suci salah ucap satu harkat bisa ganti arti.
Kebiasaan tidak baik jangan disepelekan apalagi terkait bacaan makhraj Al Quran. Bacaan di dalamnya bukan sembarang tulisan dan mengandung arti yang luhur. Karena itu didik anak sedari kecil supaya terbiasa, janagan malah seolah dilindungi. Bagaimana nanti si anak kalau sudah besarnya? Apa mau orang tua menanggung semua kesalahan nya itu?
Yang perlu diketahui orang tua pastinya bagaimana cara memberitahu kepada anak, supaya si anak tidak malu, tidak merasa dididik dan si anak bisa dengan senang hati menerima perbaikan. Kalau si anak salah membaca dan kita yang tahu lalu membetulkannya dengan cara kurang sopan, atau malah malu-maluin di depan orang banyak jangan kaget kalau si anak akan kapok dan malas untuk membaca Al Quran lagi.
Pengalaman mengaji di kampung yang bisa dibilang para ustadz dan ustadzahnya “keras” kepada santri yang mengaji. Guru mengaji rata-rata cukup disiplin. Main hukum (yang sesuai dengan kondisi) dan memarahi si anak yang salah sudah layak terjadi. Jangan heran banyak santri yang saat sudah keluar dari pondok tempat mengaji bercerita punya pengalaman “sejenis trauma” atau “kenangan indah” saat membaca kitab suci lalu ada kesalahan dalam tajwidnya.
Membiarkan anak salah membaca Al Quran itu jelas dosa. Namun jika salah mendidik anak, jangan kaget kalau ada pengakuan banyak anak yang jadi malas membaca Al Quran, hal itu terjadi karena sering dimarahi guru ngaji atau orang tua mereka hingga dampak ke si anak bawaannya jadi malas. Karena itu kembali kepada orang tua, bagaimana baiknya melakukan pendekatan kepada anak supaya apa yang dilakukan tidak disalahartikan.
Iya bener mba. Tajwid itu penting karena beda pelafalan bisa beda arti ya
Terlebih karena kitab suci yang harus dijunjung luhur tata tertib dan cara bacanya ya para bunda 🙂
sangat menarik sekali admin artikelnya, semoga semakin baik kedepanya