Team Rebahan Tak Punya Tempat Favorit?

Modal jempol jadi team rebahan

Sejak mengenal dunia literasi, sejak ponsel dilengkapi fasilitas menulis (meski saat itu belum sampai di tahap smartphone) punya waktu luang selalu saya gunakan untuk mencatat apa saja di sana. Artikel, puisi, cerpen, sampai catatan hutang pun ada. Hingga lambat laut seiring perkembangan jaman di ponsel pun tersedia berbagai aplikasi yang menunjang hadirnya sosial media dan blog.

Sempat membeli laptop tapi jarang dipakai. Selain merasa ribet berat membawanya pun semakin ke sini modal ponsel aja sudah ada yang mumpuni, memiliki fasilitas sekelas komputer. Meski tidak bisa menggantikan tapi perannya sudah bisa memenuhi kebutuhan saya.

Terbiasa menulis di hp yang awalnya karena terpaksa (karena kondisi), hingga sekarang ngeblog atau bikin konten apa saja saya mengerjakannya tetap dari dan menggunakan ponsel. Boleh percaya atau tidak.

Dulu waktu jamannya buming menerbitkan buku secara indi salah satunya di Penerbit Leutika Prio, di majalah bulanannya (atau edisi apa gitu saya lupa) ada artikel ulasan terkait saya yang menulis bermodalkan jempol. Kalau tidak salah judulnya Penulis Jempol. Lupa deh, udah lama. Majalah cetaknya juga udah hilang entah kemana pas saya pindah.

Kebiasaan melaksanakan pekerjaan terkait dunia kepenulisan dan konten menggunakan ponsel ini membawa saya jadi lebih fleksibel. Sambil masak nunggu matang bisa nyicil artikel barang satu atau dua paragraf. Sambil nunggu anak bisa buka ponsel dan melanjutkan naskah yang belom kelar. Bahkan dalam perjalanan di bis, kereta, dan ojek sekali pun saya tetap bisa mencatatkan ide-ide yang bermunculan tiba-tiba.

Karenanya dimana saja saya berada saya tetap bisa menulis. Selagi baterai ponsel masih ada, saya bisa nyimpan investasi karakter demi karakter untuk selanjutnya dirangkai menjadi kalimat bermakna. Alhamdulillah.

Ketidakpastian kapan saja jam kerja saya ini selama bisa megang hp yang terkoneksi dengan jaringan internet, bikin saya tidak memiliki “ruang kerja” atau tempat favorit untuk menyelesaikan pekerjaan terkait dunia kepenulisan sebagaimana umumnya orang-orang.

Kita kan sering lihat tuh blogger yang nenteng laptop, terus nongkrong cantik di sebuah kafe dengan segala perlengkapan ngeblog nya. Atau teman saya yang punya meja khusus untuk laptop dan segala macam perintilannya dibuat senyaman mungkin dengan harapan bikin mood kerja atau mood menulis makin meningkat. Nah saya sama sekali tidak memiliki semua itu.

Lah, megang hape mah dimana-mana juga bisa. Gak perlu menyiapkan ruangan khusus, atau cari tempat yang ternyaman buat ngetik, wong buat pesan di WhatsApp saja bisa otodidak dilakukan kapan saja dan dimana saja, bukan?

Itulah kenapa di rumah sendiri sekalipun saya tidak punya sudut ruang favorit karena saya bisa ngetik dimana saja dan sambil ngapain saja. Jadi justru semua sudut ruangan di rumah adalah tempat favorit saya.

Mungkin yang saya perhatikan atau selalu dipentingkan itu sekarang ini pakaian apapun yang akan saya pakai harus memiliki saku. Ya, kalau tidak ada sakunya, saya memilih tidak menggunakannya. Kenapa? Karena saku sangat penting buat nyimpan hp. Hehehe…

Saku pun bukan sembarang saku. Tentu saja yang ukuran sakunya cukup membuat menyimpan ponsel android ini. Sehingga saat saya berhenti ngetik untuk melakukan hal lain akan dengan mudah saya menyimpan hp dengan aman. Dan kalau waktu bengong tiba, mendingan melanjutkan menulis, itu hp bisa dengan mudah saya ambil. Kan tinggal mengeluarkan dari saku, betul?

Asyiknya menulis dengan ponsel itu tidak harus duduk mantengin layar monitor. Megang hape bisa dengan satu tangan, makin leluasa dilakukan dengan sambil rebahan. Yah, mungkin kalau maksa kudu ada tempat favorit di rumah buat kerja, saya terpaksa harus bilang di atas kasur? Secara memang selama ini paling enak ngetik di hp sambil gogoleran alias rebahan.

Beda lagi kalau menggunakan laptop, saya pun pastinya (terpaksa) akan duduk manis demi menjaga kebaikan posisi tulang dan intensitas cahaya monitor terhadap mata.