Mengenang Buah Hati, Kehamilan dan Menyusui
Akhir pekan saatnya pelesiran! Ye..
Saat bertanya kepada putra kami, Fahmi yang bulan Maret ini berusia 4 tahun mau main kemana, dengan polosnya ia menjawab, “Mau ke Dedek Icha…” Oalah, Fahmi kangen sama dedek bayi anaknya teman kami rupanya. Hem, apakah ini kode tanda Fahmi sudah ingin punya adek bayi? #emaktutupmuka
Sudah seminggu Dek Icha tidak jumpa. Biasanya pagi sehabis mandi dan berjemur, Fahmi main ke rumah Dek Icha yang berjarak hanya lima rumah. Sabtu lalu Rina teman saya, ibunya Dek Icha pindah ikut suaminya yang bekerja di Sukabumi. De Icha yang berusia belum sampai 3 bulan pun diboyongnya. Karenanya sejak itu Fahmi tidak bisa lagi melihat dan mengajak main bayi montok itu. Dan sepertinya Fahmi kangen dedek bayi atau ingin punya adek bayi? Lagi-lagi #emaktutupmuka
Sebenarnya saya dan suami sudah merencanakan ini juga sejak jauh hari. Kami tidak menggunakan alat kontrasepsi apapun sejak Fahmi lahir. Kami justru ingin punya anak secepatnya sebelum masuk usia kepala 4. Tapi rencana tinggal rencana, ya mungkin belum dikasih saja oleh Nya. Selain itu setiap memikirkan tentang punya anak (lagi) saya selalu kepikiran pengalaman yang sudah-sudah terkait kandungan, bayi dan air susu ibu (ASI) Ya, saya punya pengalaman rada-rada gimana gitu terkait kehamilan dan menyusui ini.
Saat Fahmi tidur lelap, atau sedang bermain sendiri, saya suka menatapnya lekat-lekat dan mengucap syukur tidak henti dalam hati. Betapa bahagia meski melalui berbagai masalah, kini Fahmi bisa tumbuh kembang dengan sehat dan normal seperti anak-anak lain pada umumnya. Bagaimana tidak, Fahmi putra pertama kami yang sangat diidam-idamkan telah menjalani berbagai permasalahan yang jika sekarang mengenangnya saya suka deg-degan dan merasa dezavu. Trauma sih tidak karena saya yakin setiap anak punya nasib dan miliknya sendiri-sendiri. Hanya saja selalu kepikiran saja.
Fahmi dikandung cukup unik. Saat usia 3 bulan saya ngidam ingin naik Gunung Rinjani. Suami cari jalan aman dengan mencari tim pendakian yang cukup solid. Selain usia kansungan 3 bulan dinilai cukup rentan juga saat itu kondisi suami belum pulih benar. Luka di kaki karena ketiban kayu di kebun belum sembuh benar. Akhirnya jumpa Mas Aris Pacul, dari Bekap Adventure beserta kawan-kawannya yang siap mengawal kami. Alhamdulillah semua keinginan tercapai. Menjelajahi bebatuan di Puncak Anjani, memandang Danau Segara Anak, memotret Gunung Anak Barujari, mandi di air panas, sampai makan ikan Danau Segara Anak hasil tangkapan memancing warga lokal Sembalun.
Tidak hanya itu, usia kandungan menginjak 6 bulan, saya lagi-lagi ngidam naik gunung. Kali ini Puncak Atap Jawa alias Puncak Mahameru dari Gunung Semeru yang saya impikan. Alhamdulillah berkat dukungan suami, orang tua, dokter dan keluarga beserta teman-teman pendaki gunung Grosvenor Cianjur akhirnya kesampaian juga. Tidak akan lupa bermimpi dengan “Fahmi” tiga kali berturut-turut pas nginap di mesjid di Ranu Pane. Begitu juga saya berhasil menaklukkan Tanjakan Cinta tanpa berhenti dan tanpa menoleh ke belakang sambil meminta keberkahan serta keselamatan kepada Tuhan YME. Ahamdulillah.
Tidak hanya itu, ujian lain datang manakala usia kandungan 7 bulan, setelah melakukan ziarah ke makam-makam ulama Wali Songo dari Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur sampai Pulau Madura dokter kandungan yang selama ini rutin memeriksa menyatakan jika tiba-tiba posisi bayi dalam kandungan saya posisinya jadi terbalik laias sungsang! Ya Allah, gimana tidak tegang coba? Berbagai alternatif untuk melahirkan dengan jalan operasi pun mulai berdatangan. Dokter terus menyemangati dan memberikan berbagai tips serta jalan supaya posisi bayi segera berbalik. Tapi hingga hari H melahirkan, toh posisi bayi tetap terbalik alias sungsang.
Oya, ingat saat usia kandungan 8 bulan, sepulang dari Bandung saat itu hujan besar diserta petir menyambar. Karena diburu waktu saya dan suami yang mengendarai sepeda motor tidak berhenti untuk memilih untuk terus lanjut perjalanan. Tepat di perbatasan Bandung – Cianjur, setelah batas jembatan tidak disangka sepeda motor yang kami kendarai terjatuh. Saya terseret beberapa meter hingga nyungsep di selokan. Sementara suami terkapar di aspal dan baru bangun setelah digotong oleh warga yang menolong. Alhamdulilah kami tidak apa-apa. Yang kami pikirkan bagaimana dengan kandungan saya? Meski akhirnya kami merasa lega karena setelah periksa dokter, posisi bayi tetap sungsang tapi kandungan saya baik-baik saja.
Keajaiban terjadi manakala melahirkan tinggal menunggu jam. Setelah terjadi pembukaan, saya langsung dibawa ke RSUD Cianjur dengan perencanaan akan melahirkan melalui operasi. Saya, suami dan orang tua sudah siap dengan pilihan itu mengingat posisi bayi masih sungsang. Tapi setelah melewati pemeriksaan, dokter menginformasikan jika saya tidak perlu melahirkan melalui operasi. Saya dinyatakan siap melahirkan secara normal. Alhamdulillah Fahmi terlahir dengan selamat, sehat dan normal.
Masalah datang manakala air susu tidak juga kunjung ada. Akhirnya Fahmi yang harus berada di inkubator kami ikhlaskan harus lebih dahulu minum susu formula. Kami pikir mungkin hari pertama masih wajar ASI tidak keluar. Tapi sehari, dua hari sampai kami pulang ke rumah, ASI tidak ada juga. Berbagai upaya kami lakukan. Mulai cara tradisional sampai mengkonsumi beberapa suplemen penambah ASI. Tapi hasilnya tidak maksimal. Ya Allah sedih rasanya, sebagai ibu kandung saya juga ingin memberikan ASI seperti ibu-ibu lain kepada anak-anaknya.
Saat itu saya belum mengenal ASI Booster Tea. Padahal ASI Booster Tea itu teh pelancar ASI yang alami dan pertama ada di Indonesia. Saya baru tahu kalau teh ini bisa meningkatkan jumlah ASI hingga ratusan % hanya dalam waktu sehari setelah meminumnya. Seandainya saat itu saya sudah mengenal ASI Booster Tea, mungkin saya bisa kasih ASI ekslusif ke buah hati. Karena testimoni dari sekian banyak ibu-ibu, mereka menyatakan ASI yang tidak lancar menjadi melimpah setelah meminum teh yang terbuat dari bahan-bahan alami yang berkualitas.
Oya, meski disebut teh, tapi perlu diketahui jika suplemen penambah ASI ini bukan terbuat dari daun teh, lho! Komposisi Asi Booster Tea terbuat –tanpa kandungan daun teh– dari bahan alami terdiri Fenugreek seed, fenugreek powder, FENNEL SEEDS,Fennel powder, ANISE, cinnam venum, alpinia powder, dan habbatussauda.
Tidak heran jika ASI Booster Tea mempunyai keunggulan bisa melancarkan ASI, terbuat dari bahan-bahan herbal yang aman untuk ibu dan bayi, lebih ekonomis karena jika ASI melimpah kita tidak harus membeli susu formula. Selain itu harga ASI Booster Tea terjangkau, dibawah RP. 150 ribu untuk konsumsi sekitar satu bulan. Karena khasiatnya sudah terbukti maka ASI Booster Tea ini sudah dikonsumsi jutaan ibu menyusui.
Sampai usia 2 tahun Fahmi terus-terusan pakai susu formula. Fahmi tidak bisa minum ASI dengan maksimal karena memang ASI-nya tidak lancar. Sedih rasanya. Andai saja saya sudah mengenal ASI Booster Tea ini pasti saya bisa jadi ibu “sempurna” bisa kasih ASI ke buah hati.
Yang bikin sedih juga daya tahan tubuh Fahmi sangat rentan. Baru tiga hari lahir, sudah terkena flu dan batuk. Nangis saja belum “nyaring” eh batuk dan bersin malah mendahului. Nasibmu Nak, bikin bunda nelangsa. Seandainya saya bisa kasih ASI, pasti daya tahan serta kekebalanmu akan lebih maksimal.
Kini saat usia Fahmi lewat 4 tahun dan ia dengan jelas menyatakan sikap kerinduannya terhadap Dek Icha (kode keras kalau ia berharap punya adik sendiri) saya harus mulai mempersiapkan diri. Bukan mempersiapkan untuk hamil lagi, karena sejak Fahmi lahir saya dan suami memang sudah ingin punya anak beberapa sebelum usia beranjak tua. Yang saya persiapkan adalah aura positif dan informasi akurat terkait seputar ASI. Supaya apa yang dialami Fahmi tidak sampai terulang kepada adiknya kelak. Amin.
Semoga adiknya Fahmi nanti bisa full ng-ASI yaaa
Amin 🙂
Semangat mbak! 🙂 Memang perjuangan ya memberi ASI itu
iya. Nanti2 semoga perjuangannya menghasilkan. Melalui ASI Booster Tea ini pastinya 🙂
Jadi kapan ajak aku ke Dek Icha *kode keras ngomporin Fahmi hahaha
Iihh linu sendiri baca kehamilan Teh Okti, luar biasa ya perjuangan hamilnya, alhamdulillah Fahmi juga kuat sampe sekarang ya dibawa sana sini.
Sehat selalu ya Teh Okti dan Keluarga, kemaren ngebolang ke kota baru ya, ga sampe ke bdg deh, udah lama ga kopdar iih
Iya Teh… itu juga gak bisa kemana2 da hujan. Hanya di tenda, danau saguling dan seputar venu ski saja hehehe sambil nunggu suami latihan di papan PT
Hamil dan menyusui itu surganya para ibu ya mbak, alhamdulillah kita sudah melaluinya, skrng tinggal nambah pahala dengan ngedidiknya 😀
Btw aku dulu jg pas maish menyusui minum ASI booster dari bahan fenugreek 😀
wah senangnya. Iya saya terlambat tahu nih tentang ASI Booster Tea ini…
Perjuanganmu Teh, mengingatkan saya pada Ibu, pasti beliau juga mengalami hal yang sama, kesulitan yang mungkin sama. Saya jadi kangen sama ibu huhuhu
Setiap ibu pasti punya kisah tersendiri ya dalam perjuangannya terkait hamil dan menyusui ini 🙂
Sama teh, pas anak pertama juga belum tau ada ASI booster tea. Walhasil pake sufor deh
wah sama ya pengalamannya. Semoga kedepannya kita bisa kasih ASI sendiri, amin 🙂 ASI Booster Tea ini bisa membantu kita…
Wah hamil 3 bulan malah naik gunung ya, teteh 🙂
Asi booster memang oke ya
Terbukti oke banget itu 🙂
Teeeh… Meni hebat daki gunung euy.
Keren pisaan teh okti mah.
Semoga nanti Fahmi punya dedek n bisa nge-asi yaaa. Aamin