Jangan (Tidak) Baper, Ikhlas dan Tetap Tersenyum
Saat banyak orang curhat di sosmednya kalau social distancing bikin angka timbangan merangkak bergerak melaju ke arah kanan, saya justru menghadapi kondisi sebaliknya. Meski memang di rumah saja, dengan aktivitas makan, tidur, duduk, makan, tidur dan duduk lagi, tapi saya merasa gelisah dan ketakutan. Bikin gak nafsu makan dan gak nyenyak tidur. Karena itu mungkin timbangan berat badan saya akhirnya menyusut.
Saya bukan sedang diet, saya juga tidak mengalami kepanikan yang luar batas terkait maraknya wabah virus corona yang sedang merajalela di negara kita ini. Semua melainkan karena ada yang menghantam pikiran dan jiwa saya. Itu yang bikin saya serasa jalan melayang, tidur tidak meram, makan jadi malas karena tidak nikmat di lidah.
Berawal ketika ibu saya sakit, sebagai anak perempuan paling besar tentu saja saya ingin berbakti. Merawat dan menjaganya meski semua itu tidak terlaksana karena situasi dan kondisi. Sekarang saya juga punya keluarga dan tinggal cukup jauh terpisah dari tempat ibu.
Kesakitan ibu bisa saya hadapi dengan sabar dan ikhlas. Meski banyak cibiran dari tetangga dan keluarga besar tapi sejauh ini saya bisa melewatinya. Anjing menggonggong kafilah berlalu. Biar orang bilang apa, asal saya dan keluarga tidak menggangu mereka. Itu sudah cukup buat kami.
Masalah justru timbul ketika tidak sengaja saya mendengar langsung omongan yang sangat menyakitkan terhadap diri saya. Ada yang bilang selama ini saya adalah perempuan yang hanya jaga gengsi. βSaat ada mertuanya saja, meni izideun…β (izid bahasa Sunda, artinya sangat membenci).
Saya mengucap istighfar. Tidak terasa air mata rembes di ujung kelopak. Menetes juga meski saya tahan. Hati dan perasaan sudah tidak enak. Kok bisa orang itu bilang saya sangat membenci mertua saya sendiri?
Padahal kalau boleh membalikkan, perasaan kurang apa saya terhadap mertua selagi ada? Sampai jelang meninggalkan kami untuk selamanya pun, saya ada di sisinya. Memenuhi sagala permintaan selayaknya orangtua sakit yang mau ini itu.
Saya tidak ingin berprasangka buruk kepada siapapun. Saya hanya bisa mohon ampun kepada Nya jika saya sudah keliru selama ini. Jika kelakuan saya di mata orang terlihat sangat membenci mertua saat masih ada.
Saya sangat sedih. Saya tidak terima dan tidak merasa. Saya tersadar mungkin semua pengorbanan selama ini sia-sia…? Tapi saya yakin malaikat tidak akan salah mencatat niat dan amalan manusia.
Saya berusaha mengerti kenapa ada orang sampai bilang demikian. Saya kembalikan kepada kondisi ibu saya yang sedang sakit. Ikhlas kalau ibu saya tidak pernah ada yang menengok. Jadi tahu diri kenapa orang berpura-pura baik di depan saya, tapi di belakang ternyata muncul sifat buruknya. Saya tidak akan mempermasalahkan apa perjuangan saya selayaknya menantu kepada mertua. Saya bukan siapa-siapa. Mungkin jika itu alasannya, orang yang mengatai saya tadi hanya balas dendam karena menurutnya saya sangat membenci mertua saya sendiri.
Saya (seharusnya) tidak akan baper karena saya memang tidak merasa. Jangankan ke mertua sendiri, ke orang lain saja jangan sampai saya punya perasangka buruk.
Saya sudah memaafkan orang yang bilang begitu diam-diam. Saya juga memaafkan siapapun karena tahu sifatnya manusia ibarat tokoh dalam sinetron. Saya memaafkan tapi tidak mungkin melupakan…
Mau tidak mau itu semua selalu jadi kepikiran. Bikin makan tidak enak, tidur tidak nyenyak. Setiap ingat perkataan itu, semua masa lalu saat mengurus dan merawat mama mertua satu per satu bermunculan. Sedih. Kenapa semua ini baru terungkap setelah mama mertua tiada? Kalau saya tahu saat mama mertua masih ada, saya pasti akan segera meminta maaf dan memperbaiki kesalahan saya.
Mungkin kejadian ini yang menjadi βsesuatuβ yang tidak pernah terbayangkan bahkan diluar ekspektasi dan tidak akan pernah lupa seumur hidup saya.
wah yang sabar teh
biar saja yang penting teh okti ikhlas
dan yang penting lagi ibu teh okti bisa sehat lagi ya
semoga ada balasan yang baik untuk teh okti dan keluarga
amin..
Kadang orang luar memang gak tau yang sebenarnya apa yang kita rasakan & jalani. Iklash & sabar nanti juga ada balasan kebaikan ya.
Sabar teh, kamu kuat :))
orang itu seringnya hanya melihat dari luar lalu mengomentari semaunya, mereka tidak mau tahu apalagi berusaha mencari tahu bagaimana keadaan didalamnya. So, bener biarkan anjing itu menggonggong sampai bosan sendiri..
Semoga selalu diberikan kesabaran dan kekuatan yah Teh,
apalagi di situasi seperti ini, semuanya lagi serba sensitif
Aku juga turut merasakan karena kemaren papa mertua sempat masuk rumah sakit, kayaknya sih stres karena tekanan darah tinggi banget. Lokasinya jauh jadi kita gak bisa menemani terus. Semoga kita semua diberikan kesehatan yaaah
kadang orang lain itu cuma liat di satu sisi aja yaaa, nggak bener bener tau apa yang terjadi tapi mengomentari, huhuhu, semoga kita dijauhkan dari orang orang yang menyakiti hati
Kita yg jalani hidup, orang lain yg komentar.
Yahh, begitulah hidup, Teh π
Semogaaa ibu sehaaatttt terus yaaa.
Beliau pasti bangga punya anak kayak Teh Okti.
waduh, persoalan mertua-menantu memang kompleks. tapi yang paling tahu ya hanya Alloh dan yang menjalaninya saja.
pelan-pelan, insya Alloh akan terobati luka itu, teh.
ga mudah memaafkan orang. nah, teteh udah bisa ke sana berarti tinggal memaafkan diri sendiri.
Subhanallah yang sabar ya teh ada Allah yang maha tahu dan melihat segalanya kalau orang yang enggak tahu kadang hanya bisa memberikan komentar jangan sampai keikhlasan kita terus karena komentar-komentar mereka di luar sana
Namanya orang luar, mereka hanya melihat dari luar paga kehidupan.
Yang menjalani kan kita. Kalau komentare itu bisa membuat mereka bahagia biar saja, tapi itu tidak akan membuat langkah hidup kita terhenti.
Semangat.
Sabar ya, Teh. Terus berusaha berpikiran positif aja. Apalagi saat ini kan sedang mengurus orang tua yang sakit
Rugi teh kalau menyerap sepenuhnya omongan orang, karena orang cuma tau kulit luar yang tau sepenuhnya bagaimana diri kita ya cuma kita sendiri.. rugi nya ya itu tadi makan jadi nggak enak tidur jadi nggak nyenyak..
Yang sabar ya Teh Okti. Sering kali orang mudah banget menghakimi orang lain tanpa mau tahu kekurangan diri sendiri. Tetap doakan mereka semoga segera mendapatkan hidayah. Amin.. sehat2 ya untuk teh Okti sekeluarga.
Sabar teh.. biarkan saja para haters itu berbicara . Hal terpenting teh Okti tidak ikut-ikutan menyebar kebencian . Semoga ibunda segera pulih.
Sabar ya mbak, setiap anak ingin berbakti pada orang tua apalagi seorang Ibu. Kita doakan agar ibu selalu sehat, kalau orang mah terserah berkata apa yang penting kita tidak seperti itu.
Sabar ya mba…kadang orang berbicara tidak melihat keadaan senyatanya. Dia hanya beranggapan saja. Kadang pula sesuatu yang tampak baik dimuka belum tentu baik pula didalam demikian sebaliknya. Pasrahkan saja semuanya kepada Allah…karena Allah Maha Tahu. Allah adalah sang pemilik kehidupan yang mengatur skenario hidup manusia. Semoga ibu cepat sembuh ya mbak.
Teteh okti sabar yaa. Semuanya akan ada aolusi terbaik. Capek emang kalau dengerin orang orang. Apa pun pilihannya semoga yang terbaik
Ya alloh sbaar terus ya teh. Teteh pasti kuat.. Kadang mikir org kok gampang bgt yaaa ngeluarin statement yang padhal bisa sangat amat nyakitin org lain.. Naudzubillah..
Sabar ya kk. Meski ga kenal scra lgsg aku yakin kaka org baik
MashaAllah teh, baca tulisan ini aku jadi flash back deh, khawatir aku sudah banyak melakukan prasangka buruk dengan orang lain, jangkan orang lain, keluarga sendiri aja sebisa mungkin kita jangan berprasangka buruk ya.. dalam hidup ini agar kita senantiasa happy memang harus think positif untuk semua hal ya
Akan selalu ada orang yang mencibir kita di luar sana Mbak, padahal mereka sendiri nggak tahu persis keadaan kita tapi asal ngomong gitu. Saya juga kalau dengar omongan kayak gitu apalagi menyangkut sikap kita ke ortu pasti merasa sakit hati tapi ya sudahlah biar rasa sakit itu Allah saja yang balas.
Semoga ibunya lekas sehat ya mbak.
Obat supaya gak baper yang terbaik adalah cuek, kalau misal tiap ketemu si A bawaannya gak enak mulu maka hindari saja ketemu si A. Trus juga gak masukin yang diomongin ke hati #imho.
Kadang orang memang ngomong asbun ga inget kalau setiap ucapan itu ada catatannya di sisi Allah… Kalau saya mah teh jangan biarkan sampai ada perkataan orang lain membuat saya sedih, atau malah sampai malas makan…. jangan biarkan rasa sedih gembira karena orang lain…. π
Alhamdulillah, berbahagialah Teh. Karena sejatinya kalau ada yang ngomongin kita sedang panen pahala. Jangan dianggap sampai ke nangis segala. Acuhkeun lihat nanti di akhirat amalan dia berpindah ke Teteh. Fokus untuk berbuat baik terus-menerus karena kalau mengukur standar orang lain apapun yang kita lakukan baik atau buruk akan selalu di ada di mulut mereka.
Betul teh, saat sekarang, waktunya kita menunjukkan bahwa kita bisa bersabar dan ikhlas dengan keadaan. jauh jauh deh baper karena justru akan menurunkan imunitas diri. Semoga semua baik baik saja ya teh.
Sabar dan tetap kuat menghadapi ya Teh
aku juga ini tinggal ama mertua dua, emak yang baru jatuh lagi kasian udah sepuh
omongan orang mah aku abaikan udah kebal teh
i feel you teteh, sakit emang sama komentar orang yang ga tahu bagaimana kita tapi itu dulu sekarang mah sabodo nanan malahan baru aja kejadian minggu lalu orang terdekat nyinyir bin julid krn aku masih kerja belum wfh aku cuman balas “Alhamdulilah nabung pahala dari anda π ” eh dianya mati kutu digituin π semangat teh
Jadi pengen nulis begini juga tapi kok masih takut kalo nanti malah dibilang freak. Aku pernah dikatain begitu soale
Kita memang tidak bisa memuaskan banyak orang dan juga membuat mereka menyukai kita. Klo ada kata negatif atau tuduhan, bisa dijelaskan teh biar clear. Tapi klo sekiranya lebih mudharat diperpanjang..abaikan.
Jika kita ikhlas, kebaikan kita tidak membutuhkan pengakuan oranglain. Insaallah jadi berkah
Wah membaca ini merinding sendiri. Jangan sedih terus ya teh. Semangat. Kita harus tetap berpikiran positif. Sabar ya teh π
Aku pun juga begitu. Padahal cuma di rumah aja tapi berat badan masih sama saja. Kalau kerja pun ya gitu cuma segitu aja berat badanku.