Nasib Blog Ketika Pemilik Tiada
Obrolan antara murid dengan guru ngeblognya, bikin saya harus menahan derasnya air mata yang tidak terasa bercucuran. Kalau saja saya tiba-tiba dipanggil Tuhan, pulang ke dunia lain, maka lepaslah semua yang ada di sekitar saya sebelumnya. Termasuk hutang, anak dan blog…
Sang guru menyarankan untuk menjalankan sendiri, karena meski ia gurunya, tidak mungkin mengakses mengingat harus membuka menggunakan email.
“Itu pakai akun google pribadi soalnya, jadi aku ngga bisa akses. Nanti kebaca semua isi emailnya, hehehe…” kata sang guru.
“Ga apa email boleh guru akses kok. Sungguh. Saya mah ga ada email rahasia rahasiaan hehehe..” jawab si murid.
Si murid lalu bercerita kalau ia tidak bisa mengotak-atik blog. Karena itu diserahkan semuanya kepada gurunya. Termasuk kalau si muridnya meninggal, katanya terserah gurunya, mau diapakan blognya itu.
Saya jadi keinget masalah yang saya alami saat ini. Sudah beberapa bulan ini, saya pun kebetulan kepikiran terus kalau saya meninggal, nanti blognya gimana…
Ini bukan tanpa alasan. Hanya melihat kondisi dan fakta. Udah beberapa bulan, saya udah ada delapan kali sakit di dada, sakit banget. Ke dokter sebelum pandemi sih ga ada bilang apa apa selain mungkin asam lambung. Harus dirontgen kali ya biar ketahuan kenapa. Tapi saya justru ga berani periksa, apalagi saat pandemi begini protokol berobat jadi ribet buat saya …
Selain itu saya sering sakit kepala. Sakit ga sembuh meski udah minum obat. Lama baru hilang kalau saya udah pasrah. Sering saya ga bisa tidur. Baru tidur malah setelah siang hari kalau udah terasa pusing.
Nah karena itu, saya jadi kepikiran. Pikiran jauhnya kalau saya mati, yang saya pikir gimana dengan utang, anak dan blog saya? Serius. Itu yang jadi pikiran saya …. Mirip dengan kisah di awal yang saya ceritakan mengenai obrolan antara si murid dengan guru ngeblognya.
Namun betapa bijak gurunya menjawab, “Mau blog, mau utang, mau apapun pasti memang harus ditinggalin, kalau sudah saatnya. Walo pake blogspot juga ngga jamin blog selamanya ada…”
Si murid semakin tertunduk. Merasa berat, seandainya blog yang ia rawat dan update sekian lama harus terlantar, pada akhirnya.
“Yang penting nulisnya bermanfaat untuk orang…” lanjut guru ngeblognya.
Ya benar. Saya merasa tersentil dan mengakui kebenaran atas perkataan sang guru. Sejak kecil saya sudah diajarkan oleh orang tua dan guru mengaji. Kalau kita mati, kita tidak bisa membawa apapun. Kecuali tiga perkara.
Dari Abu Hurairah RA berkata: Rasulullah bersabda: “Apabila manusia itu meninggal dunia maka terputuslah segala amalnya kecuali tiga: yaitu sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat atau anak sholeh yang mendoakan kepadanya.” (HR Muslim).
Saya, mungkin akan mati tanpa tanda. Entah besok atau lusa. Tapi tulisan dalam blog mungkin ada jejaknya. Bisa dilihat atau dibaca. Satu-satunya yang bisa menyelamatkan adalah ketika tulisannya bermanfaat, dan menjadi bagian dari tiga perkara yang disebutkan Rasulullah tadi.
Saya harus bisa melupakan blog. Kecuali tulisannya bermanfaat. Blog saya akan hangus karena tidak ada yang memperpanjang domainnya. Tapi siapapun yang pernah baca tulisannya, yang merasa mendapatkan manfaat darinya, akan jadi teman baik dalam kehidupan baru kelak di alam sana.
Sekarang saya sudah lega. Ketika usia saya habis, saya tidak akan memberatkan apapun. Karena mulai sekarang, saya berusaha untuk memperbaiki tiga hal yang saya khawatirkan di awal.
Hutang, saya usahakan segera melunasinya. Termasuk hutang uang, hutang blogwalking, dan hutang sosial media walking. Selagi ada waktunya segera mungkin saya melunasi. Tidak lagi menundanya.
Anak, setelah sekian tahun bersama dan mengenal jiwa serta karakter nya saya harap anak akan bisa menjadi pribadi yang bisa menebar manfaat pula untuk yang lain. Insyaallah aamiin.
Blog, sudahlah. Ada hal lain yang lebih penting daripada blog dalam hidup saya. Hanya memang dalam blog dan sosial media, saya selalu menuliskan semua kisah perjalanan hidup. Suka duka, sedih, bahagia, masalah hidup, semua saya tuliskan. Mungkin hanya saya sendiri dan orang tertentu yang baca karena tulisan pribadi selalu saya private. Tidak apa, yang lalu biarlah berlalu. Sekarang saya berusaha supaya tulisan bisa bermanfaat dan jadi ladang pahala untuk pemiliknya, kelak.
Teh Okti sayang…. lama sudah saya tidak berkunjung ke blog siapa pun, termasuk blog yang penuh dengan manfaat ini. Terus terang, tulisan-tulisan Teh Okti, selalu saya kagumi. Polos, jujur dan inspiratif!
Saya jadi sedih, juga semacam jadi reminder untuk diri saya sendiri juga. Iya, ya, jika kita nanti sudah tiada di dunia ini, blog kita akan terhampar dan akhirnya hilang tanpa bisa diakses lagi karena domainnya expired, atau syukur2 kembali ke blogspot? Ah, bener kata sang guru, anak dan harta lain yang melekat saja, kudu kita ikhlaskan, apalagi blog…. semoga manfaat dari tulisan kita ini bisa menjadi sumbangsih pahala bagi kita nanti, ya, Teh…
Btw, semoga Allah SWT segera mengangkat segala rasa sakit yang teteh derita, dan mengembalikan kesehatan teteh seperti sedia kala ya, Teh. Aamiin ya Allah, aamiin. Semangat dan tetap dalam koridor positive thinking ya, Teh.
With Love,
Alaika
Itulah mengapa kita harus menulis yang baikbaik yaa di blog. Reminder buat saya sendiri. Karena sebagaimana tulisan yang baik, yang mengantarkan para pembaca kepada kebaikan. Akan dicatat sebagai amal jariyah. Demikian pula tulisan yang… Ah sudahlah…
Oh yaa, saya sesekali berkunjung ke blog temanteman blogger yang sudah tiada. Kangen juga sama mereka 🙁 Alhamdulillah blognya masih bisa diakses, mungkin memang sebelumnya sudah dititip pada teman/kerabatnya yaa
Mbaa… makasih udah diingetin.
Semoga kita bisa terus menuliskan kebaikan ya. Benar, semua akan ditinggalkan bila sudah tiba waktunya, termasuk blog.
Saya juga kadang ada mikir gitu. Nanti facebook, IG, Twitter saya gimana kalau udah meninggal, nanti blog saya gimana kalau udah ngga ada lagi pemiliknya…. ah, sudahlah, jika isinya bermanfaat insya Alloh akan jadi ladang pahala.
Lagi kepikir hal yang sama juga, Teh, karena kondisi kesehatan. Tapi lalu teringat juga beberapa teman blogger yang sudah tiada, yang saking berkesannya sampai teman-teman lain mengupayakan agar apa yang ia tulis bisa jadi sebuah buku sehingga jadi kenang-kenangan sekaligus agar manfaatnya bisa menjangkau masyarakat yang lebih luas lagi, jadi semoga bisa untuk tabungan amal jariyah bagi almarhumah. Jadi pengingat juga, sih, untuk hanya berbagi yang baik-baik, karena sebetulnya tulisan kita pun akan dihisab kan, ya.
Aku baru kaya ketampar juga setelah baca ini mba. Kenapa baru kepikiran ya.
Mulai sekarang jadi harus lebih menata ya bagaimana pola tulisan dan esensinya. Bermanfaat atau malah membuat negatif dipikoran orang.
Terimakasih sekali sudah mengingatkan mba.
maasyaallah Teh Okti, remindernya bener-bener bikin aku merinding dan introspeksi diri selama ini aku nulis apa aja ya di blog sama di sosmed.
Duh reminder banget sii ini, baca nya jadi melow hhu. Iyaasii kadang aku jg suka mikir gtu loh, klo tiba” terjadi apa” sm diri aku trs blm beresin kerjaan di blog/sosmed lainnya gtu nnti bakalan gmn ya
Teh, baca ini malam-malam gini jadi ingat mati juga. Ingat blog juga yang tidak seberapa itu.
Blog Teteh ini bermanfaat tuk orang banyak kok, di setiap postingan pasti ada pesan-pesan kehidupan, dikaitkan pula dengan agama juga, jelas pasti bermanfaat.
semoga Teteh sehat selalu ya 🙂
Betul banget Mbak, say juga sering kepikiran hal ini.
Saya kepikiran ngasih semua password buat suami kalau tau-tau saya meninggal hehe.
Kalau utang harta, meski kita mati syahid katanya tidak akan terhapus. Tanggungannya sampai akhirat. meninggal tetap harus dilunasi oleh orang lain atau diikhlaskan sama yang memberi utang. Semoga kita tidak ada utang harta ketika mati nanti aamiin.
Teh Okti tetap positif, semoga sakit yang diderita saat ini segera sembuh. Mungkin ada masalah yang menyebabkan kepala sering sakit dsb. Jangan stress.
InsyaaAllah Teh Okti selalu bermanfaat tulisannya, bisa jadi amal jariyah kelak, aamiin
Sekitar setahun lalu ini juga jad pertanyaanku teh kalo bloggernya udah ngga ada Katanga blognya bisa auto hilang terutama yg udah TLD :’) Pengennya sih tetep ada hehe mungkin aku bakal bikin pesan wasiat atau catatan email dan passnya meskipun suami juga tau, maksudnya ke anggota keluarga lainnya.
Btw syafakillah ya teh Okti
Kok saya jadi ikut kepikiran soal ini ya?
Tapi betul juga sih, yang penting tulisan kita bisa bermanfaat bagi orang lain. Siapa tahu pas mereka baca, malah jadi ladang pahala.