Kenapa Masih Ngaku Blogger?

Waktu ada acara pertemuan buruh migran di Yogyakarta beberapa tahun lalu, pas sesi minat bakat dan kemampuan, ada seorang Mbak yang mengaku sebagai blogger. Saya yang tidak sengaja mendengar langsung ikut menyimak. Saya pikir siapa nih si Mbak ini? Kok saya tidak pernah tahu ya? Blognya apa ya?

Pada kesempatan lain saya langsung mendekatinya. Berkenalan dan bertanya blognya apa? Ternyata sebenarnya dia hanya semacam admin dari website atau sosial media sebuah komunitas yang di negara penempatan buruh migran tersebut memang banyak peminatnya.

Entah kenapa saya merasa kurang sreg dengan pengakuannya di awal yang ngaku sebagai blogger karena kenyataannya ia memang tidak punya blog. Meski yang tidak berbayar sekalipun!

Entah tahu darimana, beberapa hari kemudian sebelum seluruh peserta acara kembali ke tempat masing-masing, si Mbak itu datang dan minta diajarkan ngeblog. Lho? Blogger kok malah minta belajar ngeblog?

Ramadan kali ini tantangan menulis di blog yang diselenggarakan Blogger Perempuan Network kembali dibuka. Teringat peristiwa di Yogyakarta yang saya ceritakan di atas itu, apakah dia masih mengaku sebagai blogger? Kami memang berteman di sosial media. Tapi jarang melihat aktivitasnya. Mungkin sudah pulang kampung?

Tapi saya harap, ia selalu melihat apa yang saya posting di sosial media dan blog saya ini. Besar harapan saya jika ia berminat untuk sekali dua kali (kalau bisa seterusnya) ikutan challenge ngeblog. Biar apa? Biar jadi blogger yang sesungguhnya lah…

Sebelum ikut BPN Ramadan 2022 saya sedang ikut One Day One Post yang diselenggarakan komunitas lain. Belum rampung malah karena baru saja selesai beberapa hari lalu. Alhamdulillah semua bisa dikerjakan meski saya tahu tidak maksimal dan lebih banyak ke tulisan curhat.

Kenapa ikut Blog Challenge?

Salah besar kalau ada yang masih berpikiran jadi blogger itu gampang, Cuma tinggal ngeblog aja, udah gitu doang. Hello, apakah dengan begitu saja bisa menghasilkan uang?

Main jujur saja, meski ngeblog atau dunia kepenulisan dilahirkan karena hobi, atau dijalankan karena dibarengi ada kepuasan tersendiri, kalau ujungnya mendapatkan bayaran, apakah tetap akan ditolak? Saya sih tidak. Karena sekarang ini ngeblog buat saya bukan hanya sebagai hobi, tapi juga sudah jadi profesi. Dalam arti, inilah pekerjaan saya. Dari ngeblog inilah saya mendapat uang untuk biaya kehidupan saya.

Untuk sampai ke titik itu, dimana blog kita bisa menjadi ladang cuan, tentu saja tidak mudah. Ibarat dunia periklanan, orang mau bayar diiklankan jika sudah jelas target pasar yang dituju. Begitu juga dengan dunia blogging. Orang atau brand mau membayar jika blog yang dihirenya sesuai dengan prosedur yang mereka minta. Entah itu pembacanya banyak, update blognya berkala, dan sebagainya.

Sebagai manusia yang juga punya kekurangan (Halah…) Saya tidak bisa selamanya seteguh batu karang (wkwkwkwkkk…) Maksudnya saya pun kadang lengah, sesekali semangat ngeblog menurun dan itu menjadikan target pembaca di blog saya ikut menyusut. Walah sementara saya sudah kadung mengatakan kalau blog ini sudah jadi pekerjaan saya. Gak malu?

Challenge buat motivasi

Gak lah, ini risiko. Masih bisa diperbaiki dengan banyak cara. Salah satunya dengan mengikuti tantangan menulis. Sebetulnya tidak ikut tantangan pun kita bisa saja kreatif menulis saja gitu setiap hari sesuai target. Tapi yaitu tadi saya bilang, saya juga kan manusia. Perlu bersosialisasi dan nambah ilmu serta wawasan. Bukankah yang membayar kita juga orang lain? Sampai sini paham gak maksud saya?

Jadi ya ikut challenge ini buat memotivasi sendiri sekaligus mengajak pembaca dan blogger lainnya untuk sama-sama yuk kembalikan semangat ngeblog yang sesekali kadang suka turun.

Kita saja yang jelas alamat blognya, jelas mengikuti beberapa komunitas yang jadi sumber pendapatan job, masih suka naik turun kualitasnya, bagaimana dengan yang hanya bercita-cita ingin jadi blogger?

Ikutlah kegiatan bagus semacam blog challenge ini buat motivasi kita selama kita mampu. Kalau diluar kuasa ya apa boleh buat. Jangan memaksakan kalau nantinya malah tidak nyaman.

Challenge menghidupkan blog

Jaman sebelum pandemi dan saat pandemi saya mengamati dunia blogging seperti jungkir balik. Dulu blogger ibukota dan sekitarnya selalu memiliki tempat basah. Hampir semua acara blogger gathering dan launching produk bisa diikuti oleh blogger yang berminat. Saat pandemi blogger ibukota dan sekitarnya banyak yang pulang kampung. Entah bagaimana kabar blognya masih diisi atau sementara ini dibiarkan jamuran.

Sebaliknya blogger daerah banyak bermunculan dan berkesempatan mengikuti berbagai acara yang diselenggarakan secara daring, selama yang bersangkutan memiliki koneksi internet.

Selama pandemi juga saya bisa melihat mana teman blogger yang tetap menulis, dan mana yang tenggelam sibuk memilih pekerjaan di dunia nyata.

Blog challenge saya pikir bisa jadi cara untuk memulai menghidupkan blog kita yang hampir dua tahun ini sepi tak berpenghuni. Menulis ringan dengan tema yang banyak dicari karena menyesuaikan dengan momen kekinian ibarat cara kita untuk berbenah menata kembali rumah maya kita.

Challenge menyeimbangkan artikel organik dan pesan sponsor

Ikutan blog challenge tidak dibayar. Beda dengan sponsored post yang tentunya sudah ada nominal yang disiapkan. Kamu ikhlas menulis tidak dibayar?

Silahkan tentukan sendiri.

Hanya untuk saya ini yang menempatkan diri sebagai penulis juga pembaca, kadang jenuh main ke blog orang, isinya iklan melulu. Apalagi kalau member sebuah komunitas menulis dengan topik yang sama apa yang saya baca nanti seolah mengulang kata dan malah jadi ilfil. Udah tahu kok, dan saya butuh informasi atau hiburan di luar dengan hal yang baru. Nah, pernah merasa kepikiran begitu gak sih?

Jika memiliki perasaan yang sama segera utarakan ntar keburu dinikahi orang baru nyesel eh apa sih. Maka segera seimbangkan artikel di blog. Jika selama ini tulisan berisi pesan berbayar, yuk coba tulis topik lain di luar itu. Siapa tahu dari tema ringan dan tulisan sederhana itu ada banyak info yang bisa digali dan bermanfaat bagi yang lain.

 

Challenge berdisiplin

Ini yang memang tidak mudah. Namanya juga challenge. Ada sesuatu yang harus kita pertahankan atau korbankan. Apalagi saat bulan puasa, bawaannya mager lemas dan pengen rebahan aja, kan?

Dengan ikut blog challenge semoga tingkat kedisiplinan kita mulai meningkat. Bisa belajar  memprioritaskan mana yang harus kita dahulukan. Secara tidak langsung kita juga dituntut untuk bisa membagi waktu.

 

Challenge menambah ilmu dan wawasan

Meski temanya ringan, ada hal yang harus kita ketahui benar sebelum merangkainya jadi sebuah artikel. Mau tidak mau kita harus mencari informasi resmi terlebih dahulu, dong. Kan tidak mau juga nulis asal nanti malah salah. Bisa dibuly habis-habisan hehehe!

Challenge meningkatkan insight dan pageview

Dengan banyaknya artikel baru, apalagi diikutsertakan dalam program blogwalking kemungkinan besar pembaca berdatangan ke blog kita akan naik semakin signifikan.

Hal ini tentu saja akan berpengaruh pada statistik nilai pageview dan perintilannya pada blog kita. Sudah jadi rahasia umum untuk mendapatkan job menulis artikel tertentu, jumlah pageview blog jadi salah satu ukurannya. Semakin besar jumlah pageview, semakin besar kesempatan emas mendapatkan job. Masa gak minat, sih?

Bonus dari challenge mendapatkan jejaring dan job selanjutnya

Saya selalu menganggap kalau mendapatkan job atas nama blog tehokti.com ini adalah sebuah bonus atas apa yang sudah saya lakukan selama ini. Jadi perjuangan selama ini untuk bisa konsisten menulis, konsisten merawat dan menaikkan performa terbaiknya salah satunya melalui blog challenge, akan kontan terbayarkan saat mendapatkan tawaran kerjasama kepenulisan.

Namun perjuangan belum selesai. Seperti saya tekankan di awal, kalau semangat ngeblog itu ada pasang surutnya. Jika saat ini saya mendapatkan tawaran kerjasama, belum tentu besok. Satu hal yang harus dipertahankan adalah konsistensi menulisnya.

Semoga dengan mengikuti blog challenge  kita bisa semakin terbiasa menulis ya, ada atau tiada rewardnya.

 

 

19 thoughts on “Kenapa Masih Ngaku Blogger?”

  1. Semangat ngeblognya mbak emang terjal dan penuh perjuangan ya jadi seorang blogger ituu..belum lagi saya kadang masih jengkel sampai sejauh ini ada aja blogger yg main copas artikel saya ,..hehehe ,,tapi ya udah sih emang perjuangan jadi seorang blogger tuh

    Reply
  2. Keren nih tulisan teh Okti. Dalam hal menulis di blog memang lebih banyak ya blog itu sponsor ya alias beriklan. Aku sejak punya blog baru yang umurnya baru 4 bulan-an, dari tulisan 90 artikel, hanya 5 deh yang sponsor.Karena memang blog ku diperuntukan ke organik ya

    Reply
  3. Sejujurnya, dunia blogger sekarang udah mulai ditinggalkan, berganti dengan konten kreator, jadilah beberapa orang yang memang kurang doyan nulis, lebih memilih konten kreator.
    Tapi nggak berani meninggalkan profesi blogger, hehehe.

    Saya juga ikutan nih blog challenge nya, buat semangat bisa ODOP lagi 😀

    Reply
  4. setuju pisan Teh Okti

    dengan ikut ODOP, blog kita jadi kaya akan tulisan organik

    kita juga jadi belajar disiplin, dan yang paling challenging: membuat tulisan berdasarkan tema yang ditentukan.

    Buat saya susah, karena harus riset dan mencari sudut pandang yang menarik

    Reply
  5. Membaca tulisan Teh Okti saya jadi tersentil, karena merasa jika sekarang mengumpulkan semangat untuk menulis rutin itu perlu perjuangan banget. Padahal kalau sudah dimulai, ODOP itu bakal lancar2 aja, malah jadi disiplin, mencairkan kepala dan jari2 yg kaku 🙂 .

    Reply
  6. Kenapaa aku jadi tertulari semangat dikauuu setelah baca artikel iniiii 🙂
    Memang challenge blogging tuh ga gampiill, tapi begitu sudah menaklukannya, rasanyaaaa… uwuuuu lega bangett dah!

    Reply
  7. sepertinya memang pengalaman pribadi, ngeblog butuh bimbingan yang memiliki pengalaman dan sertifikasi nasional BNSP. Lambat laun bisa menikmati menulis menjadi semakin tertata, disipilin biar g jamuran blognya. Semangat berbagi kebaikan melalui blog.

    Reply
  8. Motivasi untuk bisa konsisten memang jadi tantangan berat juga sih untuk menjadikan blog tetap hidup. Tapi disitulah seninya dan bikin semangat

    Reply
  9. Challenge tuh seru menurut saya. Yah namanya juga challenge = tantangan. Kita diajak untuk mencabar diri agar skill kita terus terlatih, digunakan dan dikembangkan. Selama Ramadan tahun ini, saya mengikuti challenge dari komunitas WRITERPRENEUR CLUB selama 20 hari. Menulis apa saja yang menarik hati dan membagikannya di media sosial. Seru sih. Dan supaya gak lupa, posting biasanya saya lakukan sesudah subuh.

    Reply
  10. Aku merasa telat banget jadi blogger karena baru mulai serius tahun 2021 kemaren. Ini juga karena kerja jadi content writer di start-up. Semoga potensi menjadi blogger semakin membaik dan bisa jadi investasi menjanjikan

    Reply
  11. Aq pernah ikutan challenge 30 hari menulis di awal tahun 2021, emang butuh effort yang besar karena kadang ide buntu dari siang, tapi Alhamdulillah tengah malam selalu bisa menyelesaikan 1 tulisan

    Reply
  12. Kalau blog challenge, saya mau ikut. Kalau lomba blog… wait, nunggu siap dulu.
    Tapi saya memang suka sih kalau ada tantangan gini. Jadi lebih semangat menulis.

    Reply
  13. Baca ini jadi ingat sebuah forum diskusi yang saya hadiri beberapa waktu lalu. Ada yang curhat ke pembicara karena pembaca blognya sedikit dan belum bisa dapat cuan dari blog. Terus pembicaranya nanya, blognya udah berapa tahun? Rajin update tulisan atau nggak?

    Dia jawab udah 3 bulan ngeblog dan update tulisan seminggu sekali. Pembicaranya langsung senyum, begitu pun saya.

    Reply

Leave a Reply to Ririn Wandes Melalak Cantik Cancel reply

Verified by ExactMetrics