Keseruan Wong Ndeso Piknik Tipis-tipis Sambil Antar Jemaah Umrah

Keseruan Wong Ndeso Piknik Tipis-tipis Sambil Antar Jemaah Umrah

Di daerah tempat tinggal saya, melepas orang yang mau berangkat ke tanah suci, baik umrah biasa atau musim ibadah haji, ibarat melepas orang yang akan meninggal dunia.

Bukan hanya mengadakan pengajian atau silaturahmi antar saudara dan tetangga, tetapi juga memberikan ucapan serta pesan, seolah yang akan umrah itu akan pergi untuk selama-lamanya. Kalau yang berangkat umrah atau hajian orang tua maka sampai ada penyampaian wasiat segala buat anak-anak, menantu, cucu dan saudara yang ditinggalkannya.

Begitu juga ketika ibu berkesempatan menjalankan umrah, berangkat tanggal 18 November kemarin. Semua yang dialami saya dan adik tidak akan terlupakan. Ketika ibu akan berangkat umrah kemarin Minggu itu, ritual yang biasa dilakukan saat pengajian kata ustadzah yang jadi pembawa acara katanya emang seperti itu. Ibu ditodong pembawa acara untuk menyampaikan wasiatnya. Mau tidak mau kami semua menangis deh… Seolah kematian itu dekaaat sekali.

Foto bersama dilakukan dimana-mana bersama ibu sebelum ke tanah suci

 

Baca Ini :

Perjuangan berangkat umrah dari hasil ngeblog

 

Saat sanak saudara datang dan berkumpul. Tetangga dekat maupun jauh silih berganti menemui. Masih terasa kental rasa persaudaraannya. Disitu saya sebagai anak yang sudah ditinggalkan bapak untuk selama-lamanya sejak usia 13 tahun merasa beruntung masih memiliki banyak sanak dan saudara.

Termasuk ketika hari keberangkatan ibu yang bertepatan dengan hari Minggu, banyak saudara dan tetangga yang ingin mengantar ke bandara di Jakarta. Maklum dari kampung, bepergian ke ibukota  kan sangat langka. Mumpung ibukota negara belum pindah ke Kalimantan. Kalau sudah kan jadi lebih jauh mainnya. Lebih gede pula biayanya gitu… Jadilah mengantar ibu ke bandara, bisa jadi sekaligus perjalanan piknik tipis-tipis ala mereka. Hahaha…

Dari hari minus dua tetangga dan saudara yang mau ikut ke bandara sudah siap di rumah ibu. Perbekalan pun sudah disiapkan. Bekal makanan, bekal minuman, buah-buahan, camilan anak-anak, pakaian, obat-obatan dan masih banyak lagi. Aduh saya sampai pengen ketawa sendiri melihatnya. Satu bagasi mobil tidak cukup untuk membawa bekal itu saja. Antar ibu seorang, persiapannya bagai mau pindahan. Bagi sebagian saudara dan tetangga di kampung saya memang ke bandara kali ini adalah untuk pertama kalinya.

Buat saya dan adik, banyak saudara dan tetangga mau mengantarkan ibu sampai bandara tentu saja tidak jadi masalah. Yang ada senang dan bahagia malah. Tetapi yang jadi pikiran kami masalah transportasinya.

Iringan kendaraan di desa, mengantar keberangkatan ibu ke bandara

Demi kenyamanan perjalanan pastinya harus menggunakan kendaraan yang aman dan tidak melanggar aturan berkendara. Secara dari Sukanagara tempat ibu tinggal di Cianjur bagian selatan ini ke Jakarta bisa menghabiskan waktu sampai 6 jam kalau lancar di jalan. Pada akhir pekan seperti hari Minggu kemarin nganterin ibu itu bisa lebih.

Ya, tahu sendiri kan secara Sabtu Minggu di Puncak itu ada sistem tutup buka. Berangkat pagi buta sekalian supaya di Puncak lolos penutupan kendaraan, atau memilih kesiangan yang artinya sudah diam di tempat (kecuali jalan kaki atau ngojek). Meskipun ketinggalan pesawat sudah jelas jadi agenda di depan mata. Oh itu tidak pastinya…

Tapi bukan orang Indonesia juga kalau tidak bisa mencari jalan keluar. Hehehe… Orang Indonesia selalu saja ada akalnya, kan? Dan diam-diam kenekatan seperti itu justru bisa jadi hal yang seru ketika dikenang di lain waktu, lho.

Jadi karena keluarga kami tidak semua memiliki kendaraan roda empat, maka solusinya pinjam kendaraan orang lain. Mau pinjam kendaraan online ke Cianjur ini belum ada yang sampai. Beda banget pastinya sama di kota lain kalau rental mobil online sudah bisa dijangkau kapan saja diperlukan. Apalagi di ibukota, sewa mobil Jakarta sudah tidak diragukan lagi kualitas dan kenyamanannya.

Kita bisa bepergian sendiri atau bawa keluarga dengan menyewa mobil yang sangat mudah. Bisa milih pula mau dengan cara melihat website atau mendatangi tempat rentalnya langsung. Bahkan sudah bisa pesan pula lewat aplikasi.

Sewa mobil Jakarta

Sewa mobil di Jakarta banyak pilihan mau lepas kunci atau dengan pengemudi. Cara peminjaman pun ada banyak macam, paket, perjam atau per hari. Komplit deh.

Lah kami pinjam mobil tetangga dan saudara berdasarkan sukarela. Hehehe. Mereka kompak mau pun karena ibu mau berangkat ke tanah suci. Silaturahmi dan kebersamaan sebelum ibu berangkat, itu yang jadi tujuan.

Sepanjang jalan di kampung, banyak berhenti karena ada saja yang mencegat, minta salaman lebih dahulu sama ibu. Baru saat lewat kota kecamatan kendaraan bisa jalan dengan lancar.

Berhenti-berhenti di sebuah rest area setelah lewat Puncak. Kami merasa lebih aman kalau sudah lewat jalur sistem tutup buka. Menuju bandara pun terasa lebih leluasa, tidak lagi diburu waktu.

Melihat pesawat di bandara, bagi sebagian anak desa, ini pengalaman luar biasa…

Yang lebih seru ketika rombongan kami sudah sampai bandara. Anak-anak ribut sampai teriak dan histeris ketika melihat pesawat silih berganti datang dan pergi.

“Kapaaal, menta ciciiiisss…!”

Teriak beberapa anak seusia Fahmi –putra saya– bikin saya pengen ketawa sendiri. Ingat masa kecil. Dulu saya juga pernah mengalami dan melakukan hal seperti itu. Kalau ada pesawat terbang lewat di angkasa, saya berteriak sambil melambai tangan, pesawat (aku) minta uang. Hahaha…

Aih begitulah keseruan piknik tipis-tipis sebagian anak desa yang baru menginjakkan kaki di bandara.

80 thoughts on “Keseruan Wong Ndeso Piknik Tipis-tipis Sambil Antar Jemaah Umrah”

  1. Mbaaaaa aku kok merindiiingg banget baca pengalaman ini
    Indaah sekali kebersamaan yg ada di keluarga Teh Okti.
    Karena jujur aja, terkadang ibadah umroh/haji yg dilakukan org kota tuh “kadang hilang nyawa/ruh”nya
    Baca artikel ini, bikin aku pengin tinggal di desaaaaa

    Reply
  2. Sama, Teh. Di Sulawesi pun .. melepas orang yang mau berangkat ke tanah suci, baik umrah biasa atau musim ibadah haji, ibarat melepas orang yang akan meninggal dunia.

    Seru juga kalo sekeluarga besar pada ngumpul di momen seperti ini ya 🙂

    Reply
  3. Waktu orang tua saya mau naik haji juga seluruh keluarga besar berkumpul dan dibacakan wasiat. Memang rasanya sedih banget. Kemudian kami semua mengantar ke Bandara. Itu aja udah seneng banget. Apalagi bisa jalan-jalan sekampung begini, ya

    Reply
  4. Kalau sesuatu yang baru pertama kali lihat pastinya terlihat beda dan baru termasuk lihat pesawat.

    Yang penting piknik bikin happy, masalah Wong deso dan Wong Kota sama aja. Sama sama mau jalan-jalan.

    Reply
  5. Masya allah senangnya bisa quality time bersama keluarga apalagi di tanah suci.. sungguh pengalaman yang gak terlupakan ya teh okti.. bener kalo di kota besar seperti jakarta bisa penyewaan mobil di sewa mobil jakarta

    Reply
  6. Sukanya di desa itu ya seperti diceritain teh okti, guyub, rukun, bareng-bareng. Banyak yg doain, banyak yg salim2, dan juga banyak yg mau nganterin. Ah, senang sekali. Semoga aku juga punya kesempatan berumrah seperti ibu teh Okti, aamiin.

    Reply
  7. Seruuu banget Teh. Guyub yaaa lihatnya jadi adem. Dulu pas bapak haji paling cuman ngundang tetangga ama kerabat dekat. Tapi gak seheboh yg sampe nganter ke bandara hehee.

    Reply
  8. Alhamdulillah ya mbak jalinan silaturahmi dg kerabat dan tetangga begitu akrab, sehingga ketika Ibu berangkat umrah banyak yang mendoakan dan mengantar ke bandara. Saya suka sekali hidup di perkampungan dimana penduduknya masih saling peduli dan tidak acuh satu sama lain. Mereka gugup rukun saling bantu dan support.

    Reply
  9. Hehehehe sama teh. Aku dulu juga aps kecil kalok ada pesawar suka norak tereak-tereak minta cicis hahahah, padahal gimana caranya daoet duit? Dasar ya anak-anak segitu aja udah hepiii. Btw selamat ya buat ibunya teteh. Semoga ibadahnya lancar dan kembali dengan sehat yaa

    Reply
  10. Wah, bangga sekali ya bisa pergi ibadah ke Tanah Suci dari hasil bmenulis di blog 🙂 Terharu deh baca cerita Teh Okti ini. Memang benar, mengantar siapapun yang akan umroh maupun naik haji itu bikin sedih seakan2 ga akan bertemu lagi 🙁

    Reply
  11. Wah baru tahu nih tradisinya. Seru banget ya Mbak karena banyak yang antar gitu. Bukan cuma dari keluarga, sanak saudara tapi sampai tetangga juga ikutan mengantar ke Bandara. Bener deh ini yang dinamakan piknik tipis-tipis, antar jamaah umrah sekaligus jalan-jalan.

    Reply
  12. Wah jadi ke bandaranya ya ke Jakarta ya mabk, kukira awalnya yang terdekat di Bandung hehe. Taklihat peta lagi 😀
    Senengnya banyak yang mengantar dan mendoakan gtu, ibunya pasti terkenal di lingkungannya ya, makanya banyak yang ikut gembira pas berangkat ke tanah suci.

    Reply
    • Seru yah, pasti heboh dan menyenangkan. Bersyukur Masih bisa tinggal didesa, lebih tenang, dekat dengan lahan bercocok tanam, Saya malah suka

      Reply
  13. MasyaaAllah tehhhh, barakallahu ya buat ibu tercinta. Seru banget ya piknik tipis2nya, bayangin Fahmi kumpul2 ma sodaranya, pasti ruamee bgt yak. Tradisi menyampaikan wasiat itu bagus jg ya teh, bener mengingatkan pd kematian yg sering dihindari utk dibahas. Padahal, org yg paling cerdas kata Rasulullah adl yg selalu mengingat kematian

    Reply
    • Berharap suatu saat bisa juga menunaikan ibadah ke tanah suci. Dari cerita ini jadi harus yakin dan bersemangat. Menabung dan penuhi panggilan Allah ke baitullah

      Reply
  14. Masya Allah tabarakallah untuk ibunda teh Okti. Bahagianya yaa Teh melihat ibunda bisa umroh. Btw beneran piknik tipis tipis yaa tapi pengalaman Baru banget apalagi buat anak-anak dan betul, mumpung ibukota masih di Jakarta 😀

    Reply
  15. Masya Allah mbak, aku kok langsung berkaca-kaca bacanya. Denger kata ‘tanah suci” aja langsung berdesir hati ini, ingin sekali melangkah kesana. Tapi memang seseru itu ya berbagi kebahagiaan dengan keluarga dan tetangga ketika mau pergi ke tanah suci

    Reply
  16. masya Allah seru bgt ya nganter ibu rame2 sama sodara2.. bener2 berasa piknik.. alhamdulillah pasti bahagia sudah menginjakkan kaki di tanah suci.. alhamdulillah ya teh sekarang masalah transportasi gak perlu dikhawatirkan lagi karena sudah banyak tempat rental mobil online..

    Reply
  17. Saya pun pernah ada di posisi ini
    Bahagia anter nenek dan kakek ke bandara saat akan berhaji
    Teriak histeris waktu lihat ekor pesawat hahaha
    Semoga amal ibadah keluarga yang ke tanah suci diterima Allah…

    Reply
  18. Ma sya Allah, kekompakan di sana, Teh…. Erat sekali ya rasa kekeluargaannya. Saya selama ini cuma nyimak ceritanya aja karena di kampung halaman saya pun tradisi mengantar berombongan sepertinya tidak terlalu kuat, kecuali yang benar-benar ada hubungan keluarga.

    Reply
  19. Jadi kangen suasana kampung, bila ada yang mau dan telah pulang haji pasti banyak tetangga yang nyamperin.
    Pernah diceritakan sama saudara juga, dia nangis sedih waktu mau melepas kepergian orang tua buat berhaji. Alhamdulillah pulang dengan sehat wal afiat meski seminggu setelahnya pakde meninggal.

    Reply
  20. kebersamaannya kental banget, ini asyik. di kota mah berangkat umroh dah kayak berangkat kerja. nggak ada yang peduli. aku lebih senang dengan cara seperti di desa ini, rasa kekeluargaannya kental banget

    Reply
  21. Aku sama anak-anak juga sering mbak piknik tipis-tipis ke bandara. Biasanya kalo mulaim suntuk di rumah, kami akan ikut ayahnya mengantar rombongan jamaah umroh ke bandara karena kebetulan suami adalah seorang pengurus travel umroh. Jadi sementara suami ngurusin jamaah, aku sama anak-anak main di taman, foto-foto di spot foto yg bagus2, atau naik turun lift or eskalator… hehehe

    Reply
  22. sama kak. kami pun kalau ada yg berangkat umroh, mengantarkan jadi senang sekali karena akhirnya ke bandara walau belum pernah naik pesawat sendiri. hihi

    Reply
  23. Momen mengantar Umroh memang momen indah bagi keluarga besar ya.. apalagi bagi yang tinggal jauh dari kota besar dan bandara.. rasa capek dan lelah rasanya semua terbayar karena kita dengan ikhlas mengantar kepergian orangtua tercinta untuk melaksanakan ibadah umroh.. semoga sehat dan lancar umrohnya dan kembali ketengah keluarga dengan selamat ya teh.. ditunggu cerita selanjutnya

    Reply
  24. Masyarakat desa itu belum kena virus individualisme mbak. Jadi masih guyub. Aku biasa kalo ada peringatan hari besar islam, pasti ngungsi ke rumah si mbah. Karena kalo di kota, apalagi perumahan, sepi cuy. Gak ada apa-apa

    Kayak melepas jamah unroh atau haji gini, kalo didesa, pengiirngnya bisa sampek ber-mobil-mobil dan -ber-bus-bus. Kalo di kota mah buru-buru mbak

    Reply
  25. Wah, berarti prosesinya sama kayak disini mbak. Pasti lama banget dan macem-macem acaranya. Tapi pas udah berangkat tuh rasanya seneng banget, apalagi dulu kalo habis ngantar orang berangkat Umrah/Haji selalu mampir ke tempat makan yang enak-enak.

    Reply
  26. Aku kebayang nih. Pasti seru banget ya mbak. Di daerahku juga gitu, kalau ada yang naik haji udah kayak pesta satu kampung heboh pengen ngantar ke bandara.

    Reply
  27. Hihihi seru ya teh kalau rame-rame gitu mah berasa piknik kemana pun juga. Waktu nganter mama unroh pun saya heran, kok ada ya 1 jamaah yang dianternya bahkan sampe bermobil-mobil. Hihihi

    Reply
  28. HAHAHHAA enak, lho! Anak-anak jadi punya cerita sendiri.
    Kalau baca cerita gini, kompak banget emang ya orang indonesia. Jangankan orang daerah, mbak. Orang Jakarta aja kalau ada yang mau pergi haji atau umroh, pada ngerubung. Apalagi aku keluarga besar. Suka direm “heh, kayak mau besan aja!” kalau tetiba harus segerombolan yang anter atau jemput. Hiihihihii..

    Reply
  29. Jadi inget waktu nganterin dan jemput Kakek dan Nenek ku haji. MasyaAllah emang ramenyaa rame banget kayak ada mantenan yaa hihihi

    Reply
  30. Tiap musim haji, karena memang kebiasaan orang Indonesia mengantar dan bawa sekompi pasti asrama haji deket rumah jadi maceeeet. Tapi terus pas keluarga pergi haji, aku juga ada di dalam salah satu mobil iringan ituuu, hahaha.

    Reply

Leave a Reply to yola widya Cancel reply

Verified by ExactMetrics