Ketika (Tidak) Ada TV (Tayangan) Anak Menguasai
Jika ada kelompok buibu yang tidak nonton acara talkshow di televisi mungkin saya salah satunya. Terlebih setelah ada anak, jangankan (memang) tidak ada televisi di rumah kami. Ada televisi pun, layar kaca itu tayangan nya sudah selalu dikuasai oleh anak.
Memang sebenarnya kami tidak punya televisi. Baik saya maupun suami entah kenapa merasa enggan saja untuk membeli. Beda dengan gadget atau printer ada rusak dikit saja langsung kami pontang panting perbaiki. Ya televisi kami rasa bukan barang yang wajib punya. Apalagi saat ini banyaknya pemberitaan yang aneh-aneh makin malas deh memilikinya. Soal mendapat informasi terkini, saat ini bisa kita dapat dari media lain, tidak hanya dari televisi saja.
Di rumah kami ada televisi milik mama mertua. Setelah beliau tiada semua harta benda yang di rumah menjadi kami yang menggunakannya mengingat saudara suami semua tinggal jauh di kota dan tidak peduli dengan barang-barang jadul.
Termasuk televisi. Tapi maklum karena kami tinggal di desa, tidak banyak stasiun televisi yang dapat tertangkap siarannya dengan baik. Setelah oprek sana oprek sini hanya ada dua stasiun televisi yang bisa kami pantau yaitu RTV dan TransTV. Baru setelah memasang parabola layanan televisi yang bisa kami tangkap semakin banyak. Meski tetap bagus tidaknya tergantung cuaca.
Saat ada di rumah, saya sendiri lebih tertarik megang gadget dari pada nonton tv. Begitu juga suami. Kecuali ada tayangan pertandingan sepak bola. Baru membutuhkan televisi dengan alasan layar lebih besar sehingga pandangan mata lebih luas dan jelas. Jadi jangan heran kalau saya bisa dibilang buta sama sekali terkait acara atau tayangan tv apalagi sejenis talkshow. Orang di kampung saya bilang semacam talkshow itu acara gosip, lho! Meski belum tentu benar dan mungkin ada benarnya.
Dan saya tidak pernah memantau talkshow manapun, memang karena tidak suka nonton saja. Berasa gak perlu tahu kabar dari para selebriti dan sejenisnya. Saya merasa waktu yang ada lebih baik saya pakai buat belajar dan praktek usaha. Apalah yang lebih baik pastinya. Aih segitu perhitungannya…ya!
Televisi di rumah mama mertua sesekali disetel anak kalau ada saudara ke rumah atau ada teman anak main ke rumah. Itu pun pasti yang dipilih adalah tayangan film atau acara yang disukai anak, seperti film kartun, acara tari dan nyanyi anak, dan tontonan seputar hewan serta tumbuhan.
Jadinya mau tidak mau saya dan orang dewasa lain di rumah harus ikut nonton dan memperhatikannya karena anak akan bertanya jika apa yang dilihatnya di televisi tidak dimengertinya. Karena itu kalaulah nonton televisi maka yang saya tonton adalah acara tayangan televisi untuk anak-anak.
Lain lagi kalau rumah di Cianjur yang baru kami tempati. Di rumah kavling ini memang tidak ada televisi. Jadi baik anak maupun saya dan suami sama sekali tidak pernah nonton tv.
Gantinya? Kami memilih sering mendengarkan acara radio! Ya, kami memilih mendengarkan siaran radio yang menyiarkan wayang golek, dongeng sunda dan cianjuran. Itu pun sering dikomplain anak karena buat anak katanya acara itu bikin bosan saja.
Jadi kalau ditanya talkshow favorit saya, saya tidak bisa menjawab karena memang tidak tahu ada talkshow apa saja di televisi. Tapi kalau ditanya radio mana saja yang sering menyiarkan wayang golek nah itu baru bisa saya jawab. Siaran wayang golek, dongeng sunda Mang Barna dan cianjuran atau lagu berbahasa sunda jadi hiburan kami yang sarat gizi untuk terapi jiwa. Dari pada acara talkshow yang (konon katanya) mempertontonkan aib kehidupan kaum sosialita. Disamping ada informasi pastinya.
Saat ini pilihan tontonan sudah semakin banyak. Orang-orang bisa menikmati tontonan melalui televisi, layanan over the top (OTT), seperti Youtube, atau platform streaming seperti Netflix dan masih banyak lagi. Berharap saja semakin banyak tayangan televisi yang memberikan edukasi, nilai manfaat dan kebaikan.
Meski dirumah ada Tv, namun saya juga jarang nonton. Tvnya dikuasai keponakan yang nonton kartun dari pagi hingga malam. Kalau ada selingan, acara pasti Bola
Saya ada tv tp betuk dikuasai anak heheheh. Memang banyak madharatbya, tp belum biaa move on untuk tidak menggubakan layar kaca itu. Hikz.
Di rumah kami, tivi barang pelengkap pasangan, hahaha
Anak-anak saya suka muter flasdisk upin dan ipin.
Saya juga sudah gak nonton tipi, teh…
Karena males benerin kabel tipi yang digigit tikus.
Hihii…alhamdulillah,
anak-anak gak komplen.
Palingan agak norak ajaa…kalo bertamu ke rumah orang yang ada tipinya.
Heuu~~
Kalo di rumah saya memang jarang nonton TV, TV nyala paling chanelnya cuma Disney Junior dan dijam-jam tertentu aja nyalannya. Kalo udah nyala pasti ga boleh pindah channel lagi heheheh
Kami punya sebuah televisi di rumah, Teh. Penonton setia si televisi itu adalah Ayah dan Ibu saya. Yg lainnya, pada di komputer atau gadget masing-masing. Itu pun, Ayah dan Ibu hanya nonton pada acara tertentu saja. Selebihnya, rumah hening, karena keduanya pun telah tertular budaya pegang gadget dan baca berita atau nonton youtube via gadget, lengkap dengan headset agar tak mengganggu yang lainnya.
Saya rasa, banyak rumah yang kini tak lagi terlalu mengutamakan televisi saat ini,ya? Karena sering juga ngobrol di grup, yang kebanyakan mereka juga udah jarang banget nonton TV, apalagi acara televisi skrg ini byk yang ga mendidik kan?
Saya juga jarang banget nonton acara TV. Paling-paling lihat upin ipin atau adit jarwo, kesukaan si kecil. Lebih sering nonton film kartun menemani anak. Dan tidak jadi suatu masalah buat saya. Life still go on without watching television, right 😀
Dirumah ada TV tpi lebih sering nonton berita, karena dri dulu bapak dan ibu selalu membiasakan kami anak”nya untuk nonton berita. Jdi sampe sekarang klo nonton TV yg ditonton ya berita hehe..