Perjuangan Blogger Kampung Mengenal ASEAN Connectivity Menuju Komunitas Ekonomi ASEAN 2015

Perjuangan Raih Flashdisk

Demi bisa tepat waktu sampai di acara seminar Sosialisasi Komunitas ASEAN 2015 di Gedung Carakaloka Kantor Pusdiklat Kemenlu aku dan suami berangkat dari rumah pukul 02.00 dini hari. Hah? Niat banget ya?

Ya, jika acara dimulai jam 09 pagi, dan Panitia menginformasikan registrasi bagi seratus peserta pertama yang akan dapat flashdisk bisa dilakukan mulai jam delapan, sementara waktu perjalan dari kampungku ke Jakarta memakan waktu sekitar 5 jam, maka memang jam dua dini hari diperkirakan waktu yang pas buat kami berangkat. Itu jika perjalanan lancar, di puncak tidak macet atau diberlakukan sistem tutup buka. Jika kena, maka akan lebih melar lagi waktu tempuhnya.

Jam 2 dinihari itu aku dan suami naik sepeda motor dari Sukanagara. Karena memang tidak (belum) ada kendaraan umum, maka mau tak mau kami berdua menahan dingin supaya tiba di Cianjur sekitar jam 4 pagi.

Jam 4 sampai Cianjur, kami langsung naik bus favorit jurusan Cianjur-Jakarta. Bus P*rung Indah yang terkenal tidak suka ngetem, busnya bersih dan leluasa. Beda dengan bis lainnya dengan jurusan yang sama. Saking takutnya terlambat dan gak bakalan dapat flashdisk kami milih sholat dalam perjalanan di mobil.

Jam 7 sampai di Terminal Kampung Rambutan. Seperti informasi dari Pak Dian Kelana, kami menunggu bus patas jurusan Blok M. Tapi sekian lama nunggu, sampai jam menunjukkan pukul delapan itu bus gak lewat-lewat. Saya mulai gelisah, jujur saja saya pasti kesiangan di lokasi acara dan pasti gak bakal kebagian flashdisknya. Bayangan flashdisk melayang sudah tampak di pelupuk mata.

Jam 8 belum juga beranjak dari Kampung Rambutan, akhirnya suami tanya ke petugas dinas perhubungan. Kami diinformasikan kalau mau ke alamat Pusdiklat Kemenlu bisa naik kopaja 57. Nanti dari Mlok M naik lagi kopaja.

Ya sudah, meski sudah pasti kesiangan aku dan suami naik kopaja seperti yang disarankannya. Sempat tanya lagi lewat SMS ke Pak Dian, tapi penjelasannya lewat telepon sedikitpun tak bisa aku dengar. Bising.

Sampai blok M, nanya sana sini ga ada yang tahu kantor Kemenlu. Aih, rasanya sedih jadi warga negara Indonesia kalo gini-gini amat. Tanya ke petugas Dishub, menjawabnya juga asal-asalan, malah lebih sibuk ngambilin duit pungutan dari para sopir dan kondektur yg lewat. Terbukti saat naik kendaraan yang dia sarankan, saat aku iseng tanya ke kondekturnya apakah lewat Kemenlu, kata kondekturnya tidak! Weuh… Gimana sih tuh Dishub?

Aku tanya lagi Pak Dian, dan setelah dapat informasi katanya nanti turun di Patung Pemuda. Kami pun naik sebuah kopaja yang lewat di bundaran Patung Pemuda. Ke kondekturnya aku sudah wanti-wanti minta diturunkan di Patung Pemuda.

“Siap, Bu.” Katanya.

Lewat bundaran dengan sebuah patung besar berdiri di tengahnya, aku sudah mengira kalau itulah patung pemuda. Tapi karena si kondektur gak kasih isyarat turun di situ ya kami diam aja. Baru saat lewat FX Plaza aku nanya ke kondektur, Patung Pemuda kelewat belum?

“Patung Pemuda tadi dah kelewat, Bu.” Katanya seolah tanpa dosa. “Turun sini aja terus naik lagi balik arah ke sana…” katanya menggampangkan. Aku lihat jam sudah jam sembilan lewat sepuluh! Wah, bener-bener bablas sudah deh flashdisknya…

Setelah ngomelin kondektur kami turun dan nyebrang lewat jembatan jalan busway. Tadinya mau naik Busway tapi aku pikir bakal lama lagi jalannya muter-muter. Kami pilih naik kopaja lagi sampai di bundaran patung pemuda.

Nasib. Masih harus keliling-keliling, kami malah jalan ke arah gedung kementrian lain. Saat tanya ke satpamnya dimana kantor Pusdiklat Kemenlu, dia menunjukkan arah yang berlawanan. Alamak! Kami harus jalan lagi muter arah…

Keringat sudah membasahi sekujur tubuh. Lelah mulai terasa dan lapar mulai menyerang. Sedikit lega saat tanya satpam depan pagar dia menunjukkan arah ke lokasi seminar di bagian dalam. Kali ini kami gak nyasar lagi, batinku.

Setelah registrasi dan mendapat instruksi kalau kaos harus dipakai saat itu juga, kami segera menuju toilet di bagian dalam gedung. Terdengar sambutan sedang berlangsung walau tidak tahu siapa yang tengah berbicara saat itu.

Saat buru-buru ke toilet kami bertemu Teh Ani Berta. Aku langsung curhat ke dia nyeritain garis besar suka duka perjalananku dari kampung jam dua dini hari dan sampai lokasi nyatanya masih tetep kesiangan juga.

“Tapi flashdisknya kebagian kan? Coba lihat dulu…” Kata Teh Ani menggoda.

Aku lihat ternyata memang ada flashdisk di dalam goodybag selain kaos, alat tulis, pin dan name tag di tas. Alhamdulillah, aku bersyukur saat mengetahui suami juga kebagian flashdisknya. Tak terlalu sia-sia kalau gitu nyasar-nyasar juga, toh flashdisknya dapat juga, haahaahaa!

ASEAN Connectivity Menuju Komunitas Ekonomi ASEAN 2015

Kami duduk di barisan ketiga dari belakang. Bukan tak ingin di depan, tapi apa daya sudah tak kebagian tempat duduk. Beruntung acara baru dimulai jadi kami gak kesiangan banget…

Para peserta seminar begitu khidmat mendengarkan pembicara. Tapi aku amati ternyata mereka terdiam itu karena asyik dengan gadget masing-masing di tangan. Peserta sibuk dengan smartphone dan komputer sendiri-sendirinya ngetwit jalannya acara.

Setelah pembukaan, yang menjadi sorotan para hadirin adalah sambutan dari Menteri Komunikasi dan Informatika Ir. H. Tifatul Sembiring. Pantun-pantun yang disampaikan Pak Menteri ini membuat hadirin yang awalnya sunyi sepi menjadi gaduh riuh berseling tawa. Sesaat setelah diwawancarai awak media, saya dan suami nekat nyelonong minta foto bareng Sang Menteri. Berhasil!

Menurut Menkominfo konektifitas Inonesia berbeda dengan negara Asean Lainnya, kenapa? Takarannya untuk melintas dari Indonesia bagian timur ke bagian barat itu menghabiskan waktu 9 jam dengan pesawat udara. Sementara Singapura, cukup hanya dengan naik sepeda mencapai waktu mungkin 9 jam saja. Jadi perlu dikembangkan konektifitas terlebih dahulu. Penduduk Singapura sekitar 3,5 juta jiwa dengan pendatang sebanyak 2,5 juta jiwa tentu lebih cepat terkoneksi dibanding Indonesia dengan penduduknya sekitar 257 juta jiwa.

Membayangkan diskusi masalah pembangunan jembatan Selat Sunda yang belum ada hasilnya, membuat rencana jalur kereta api dari Aceh ke Banyuwangi terhambat, padahal itu salah satu jalan terbentuknya konektifitas.

Membangun Indonesia paling cepat dilakukan dengan ICT Connectivity. Menurut BPS tahun 2015 Pertumbuhan mencapai 6.5%. Sementara tahun 2011, Singapura dan Jepang justru minus. Dari 6.5% tersebut 11,5% nya didapat dari komuniksi dan transportasi.

Singapura negara yang bergantung pada ekspor dan impor. Sayur saja mereka impor, air mereka beli dengan harga mahal, tapi mereka unggul dari segi pemasaran.

Sementara Indonesia begitu kaya, tapi saat ada pameran di Shanghai Expo justru dari Indonesia kebingungan mau menyajikan apa. Yang ada nasi goreng. Padahal menurut CNN menu rendang Padang adalah salah satu makanan terlezat di dunia.

Karena itu menghadapi KEA 2015, himbauannya adalah kembalilah kepada jati diri. Masyarakat jangan terkecoh dengan tulisan di blog yang memprovokasi negara ASEAN. Bisa saja misalkan ditulis dalam bahasa Melayu, padahal belum tentu orangnya berkewarganegaraan Malaysia. Bangsa Indonesia sejatinya mengembalikan semua kepada platform kita yaitu Undang-undag, Pancasila, Bhineka Tunggal Ika dan NKRI.

Konektifiti tebentuk bukan hanya dari segi fisik saja (infrastruktur/transportasi) tapi juga dari segi hati yang harus terkoneksi satu sama lain.

Indonesia adalah negara yang “seksi”, seksi dari segi market. karena itu sebisa mungkin kurangi infestasi yang berbelit. Kita tidak bisa secara langsung membentuk KEA 2015 begitu saja, ada blue print yang harus dikerjakan oleh setiap negara. Point yang harus didahulukan ialah pasar tunggal berbasis produksi regional, kawasan berdaya saing tingggi, kawasan dengan pembangunan ekonomi merata dan integrasi dalam perekonomian dunia. Itulah blue print yang harus diperhatikan oleh semua negara anggota ASEAN.

Selain menang dalam jumlah penduduk, Bangsa Indonesia juga memiliki Sumber Daya Alam (SDA) yang sangat kaya, tinggal bagaimana Sumber Daya Manusia (SDM) mengelolanya. Hal yang harus kita siapkan adalah kemampuan yaitu bagaimana kita bisa bangga menjadi diri kita sendiri di dalam negeri.

Konektifitas menjadi hal yang utama bagi bangsa Indonesia dalam memasuki KEA 2015. Dari pertumbuhan ekonomi 2011 Indonesia menempati ranking 16 dunia. Pada tahun 2011 pula Presiden SBY mencanangkan bahwa pada tahun 2045 Indonesia berada di ranking 8 besar dunia. Itu merupakah sebuah target besar. Untuk mencapai target tersebut perlu usaha kerja keras yang ekstrim.

~~~

Kembali ke acara seminar, sempat menangkap pembicaraan Bapak I Gusti Agung Wesaka Puja dalam sambutannya. Menurutnya masyarakat Indonesia yang berjumlah sekitar 250 juta jiwa ini belum tahu benar tentang adanya Komunitas Ekonomi ASEAN 2015 (KEA2015). Karenanya para blogger bisa berkontribusi mensosialisasikan KEA2015 melalui tulisan yang dipublish di berbagai sosial media.

Siap tidak siap Indonesia harus siap dengan KEA2015. Jadikan sosialisasi Asean Community ini untuk mempersiapkan diri sebaik-baiknya supaya mampu meningkatkan daya saing dengan negara lain.

KEA 2015 dijadikan tonggak untuk meningkatkan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi. Meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi proses produksi, mendorong pembentukan AFTA sebagai upaya menembus pasar bebas. Dengan KEA 2015 diharapkan Indonesia menjadi kawasan yg memiliki stabilitas, kesejahteraan dan daya saing yang tinggi.

Dengan UKM Indonesia sebanyak 55 juta, diharapkan dapat merubah mindset para pelaku ekonomi Indonesia menuju KEA 2015. Bangsa Indonesia jangan dulu puas pada pasar Indonesia yang memang luas, karena di luar Indonesia ada pasar lebih luas lagi.

Persiapan apa yang sudah dilakukan warga Indonesia? Sudahkah seperti yang dilakukan negara Thailand dalam mempersiapkan adanya Komunitas Ekonomi Asean 2015 yaitu mendukung sepenuhnya UKM. Termasuk mempelajari bahasa Indonesia untuk bisa memasuki pasar Indonesia tahun 2015 nanti?

Sebagai negara penggagas berdirinya ASEAN, seharusnya menjadikan KEA sebagai agenda prioritas nasional dalam meningkatkan SDM, mebangun infrastrukur, sampai tercapai sebuah tujuan, dimana Indonesia bisa menjadi macan Asia.

Pembicara selanjutnya Bapak Rizal Affandi Lukman, Deputi VII Bidang Koordinasi Kerja Sama Ekonomi Internasional Kementrian Koordinator Bidang Perekonomian ini memaparkan Strategi Nasional Menghadapi KEA 2015.

Tiga pilar menuju Masyarakat Ekonomi ASEAN 2015 ialah Komunitas Politik dan Keamanan ASEAN, Komunitas Ekonomi ASEAN, dan Komunitas Sosial Budaya ASEAN. Menyongsong Masyarakat Ekonomi ASEAN, yang mana memasuki AFTA (ASEAN Free Trade Area) intergarsi Bangsa Indonesia adalah meningkatkan pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, meningkatkan skala ekonomi dan efisiensi proses produksi, mendorong pembentukan FTA sebagai upaya menembus pasar, menumbuhkan daya saing dan meningkatkan daya tarik investasi.

Tujuan dari KEA 2015 adalah menjadikan kawasan ASEAN menjadi wilayah yang memiliki stabilitas, kesejahteraan dan daya saing tinggi.

Adapun rancangan pemerintah menghadapi KEA 2015 diantaranya melakukan pengembangan industri nasional, sektor pertanian, kelautan, perikanan, pengembangan energi, infrastruktur, logistik, perbankan, investasi UKM, tenaga kerja, dan pedagangan dikembangkan.

Tahun 2015 Kawasan ASEAN akan menjadi pasar terbuka yang berbasis produksi, dimana aliran barang, jasa dan investasi akan bergerak bebas, sesuai dengan kesepakatn ASEAN. Tingkat keunggulan komparatif dan kompetitif yang berbeda antar negara anggota ASEAN akan berpengaruh dalam menentukan manfaat KEA 2015 di antara negara-negara ASEAN.

Indonesia harus meningkatkan daya saing guna menghadapi integrasi perekonomian dan meningkatkan potensi pasar domestik (konektivitas dan infrastruktur). Peran inter-konektivitas mutlak dalam mendorong daya saing produk nasional di pasar domestik maupun pasar luar negeri.

Pembicara selanjutnya yang tampil ke depan adalah Mr. David Carden, dengan topik US Perspective on the ASEAN Economic Community and US Experience on Public Diplomacy through Social Media. Beliau duta besar dari Amerika untuk ASEAN. Secara garis besar, apa yang disampaikannya mengenai ekonomi dan identitas sebuah bangsa.

“Kita bicara soal identitas. Apabila kita tidak memiliki infrastruktur, tidak adanya pendidikan itulah permasalahan yang tidak diharapkan. Pada kenyataannya bagaimana kita menghadapi permasalahan tersebut? Menciptakan sistem pendidikan, tapi tidak mendapat apa yang seharusnya kita terima tanpa mengerti menuju KEA 2015.”

“Berbicara soal konektivitas berarti membicarakan semua hal. Kita buat ruang lingkup misalnya di Asia. Ekonomi bukan sebuah ide, tapi bagaimana membangun perekonomian adalah sebuah kreativitas. Bagaimana menjadikan kemakmuran serta kesejahteraan. Kita memerlukan pemimpin untuk bisa melakukan semuanya secara kerjasama.” Ucapnya mengakhiri pembicaraannya.

Dilanjutkan dengan sesi tanya jawab, ada sebuah pertanyaan menarik yang menanyakan jika anak-anak Indonesia mengenal jejaring sosial, internet, dan lainnya dari dunia barat, lalu apa yang diketahui anak-anak di negara barat tentang Indonesia?

Dijawabnya kalau anak-anak di Amerika (negara barat) mengetahui Asia. Mereka belajar mengenai kebudayaan Asia. Mempelajari keanekaragaman dari berbagai belahan dunia untuk membuat koneksi.

~~~

Sesi selanjutnya berbicara soal “Indonesia startup facing the world” Oleh Mbak Shinta Dhanuwardoyo. KEA 2015 akan mudahkan bisnis di negara anggota ASEAN. Kesempatan startup pun kian besar. KEA 2015 akan menjadi peluang besar bagi startup dan dunia IT, kemungkinan besar startup asing akan banyak masuk Indonesia.

Kita bisa pelajari kebudayaan negara lain untuk mengetahui kebutuhan seperti apa yang bisa kita produksi. Ada startup berciri khas Indonesia tapi justru dilirik oleh negara lain. Kita adaptasi terhadap jati diri tapi juga harus mampu berpikir secara global.

CATFIZ the ultimate android messenger, ini asli buatan orang Indonesia. Pertumbuhan user-nya sangat besar. Dalam kurun wakatu 1 tahun saja sudah mencapai 5 juta user. Kelebihan dari Catfiz adalah bisa membuat group dengan anggota mencapai dua ribu orang. Itu yang tidak ada di messenger lain, dengan kapasitas share 50 MB. The Power of Community memperkuat Catfiz.

Selain itu ada game horror Indonesia (Android) yaitu DREAD OUT. Anak-anak Bandung membentuk Dread Out dan mendapatkan funding sebesar USD 29.071 dalam waktu 40 hari. Mereka dapat pengakuan dari dunia. Selain itu Pew Die Pie ini menunjukkan viedo di youtube, dengan follower sebanyak 12 juta!

Dilanjutkan oleh Mas Aidil Akbar Madjid, si Most wanted Independent Financial Planner sebagai pembicara setelah Mbak Shinta. Menurut Mas Aidil, mesin uang itu salah satu kapital marketnya ada di Indonesia. Indonesia sebagai pasar yang besar sebelum adanya KEA 2015. Negara asing cukup takut dengan Indonesia.

Belanja menggunakan uang pribadi boleh-boleh saja, apalagi membeli barang produksi Indonesia. Kalau belanja belilah barang produktif. Negara-negara ASEAN akan berlomba berjualan ke Indonesia, karena itu kita harus bijak dan hendaknya menggunakan produk dalam negeri.

Kelemahan bangsa Indonesia adalah kurangnya rasa percaya diri, tidak menguasai bahasa (asing), bahasa Inggris terasa sulit dipahami. Padahal, pertemuan dengan banyak orang luar adalah opportunity, harusnya bisa menciptakan percakapan yang lugas, dimana dengan terjalinnya komunikasi yang lancar maka mereka jadi koneksi.

Standarisasi dan sertifikasi sangat penting, termasuk regulasi keuangan. Infrastruktur perlu diperhatikan, biaya tinggi investasi perlu diperhatikan, agar tidak terlalu menyulitkan masyarakat dalam persyaratan.

Disambung oleh pembicara selanjutnya yaitu Raja Sapta Oktohari, Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) yang membawakan tema “Dampak Perdagangan Bebas bagi Pengusaha Indonesia.”

Langkah persiapan yang harus dilakukan dalam menyongsong KEA 2015 menurutnya adalah adanya komunikasi. Bisa dengan mempelajari bahasa Inggris dari sekarang. Pilihannya adalah, apakah kita yang harus belajar bahasa Inggris atau mereka yang kita paksa belajar bahasa Indonesia?

Efektifnya sebenarnya KEA 2015 adalah jatuh pada tahun 2020 tapi Indonesia justru yang meminta tahun 2015, jadi karena itu kitalah yang harus siap. Terkadang Bangsa Indonesia takuti saja agar siap menuju KEA, karena masih ada budaya kita baru bergerak kalau ditakuti. Jadi sebenarnya siap tidak kalau yang jualan di pinggir jalan itu orang Thailand, pekerja di perusahaan semua orang Singapura. Siapkah?

Indonesia memang masih mendominasi dari segi SDA atau SDM, karena itulah harusnya Indonesia paling siap. Masih ada waktu 2 tahun untuk persiapkan semua. Kaget adalah hasil dari ketidaksiapan, karenanya belajar komunikasi karena dengan komunikasi koneksi akan mudah terbentuk.

Diharapkan KEA 2015 nanti , Bangsa Indonesia jangan sekedar konsumtif saja tapi juga menjadi bangsa yang produktif. Cari peluang dimana kita bisa menguasai pasar ASEAN. Untuk menguasai Pasar ASEAN, kita harus lebih dulu menguasai pasar nasional, karena dengan begitu berarti kita sudah kuasai 40%nya.

HIPMI akhir tahun 2012 meminta pada presiden mengeluarkan upaya hukum untuk pengusaha pemula. Dikeluarkannya kepres untuk pengusaha pemula diharapkan tidak perlu khawatir untuk memula bisnis. Resminya, untuk buat perusahaan butuh 46 hari, 4 perijinan dengan modal 16 juta saja. Bagamana kalau dibuat satu pintu saja?

Sejujurnya, untuk bersaing dengan Singapura bukan sesuatu yang gampang, karena itu perlu perijinan, proses yang cepat tidak berbelit. Pengusaha Indonesia sebenarnya paling agresif, disuruh bisnis apa saja mau dan bisa asal diberi “duit”. Itu fakta. Namun yang paling penting perhatikan akses untuk market. Akses untuk ASEAN mudah, gampang, tapi tidak semua orang punya akses. Bagaimana orang bisa dapat akses, listrik saja tidak semua dapat, apalagi internet. Yang realita saja seperti itu bagaimana pemerintah bisa bantu? Karena itu pemerintah perlu permudah akses, permudah birokrasi, dan masyarakat juga diharapkan bisa menguasai pasar domestik dulu.

Bagaimana kita bisa kuasai pasar domestik tanpa adanya koneksi? Karena itu perlu diperhatikan transportasi dan koneksi. Be smart, ciptakan solusi ketika ada masalah, misalnya: banyak yang tidak bisa bahasa Inggris, maka peluang usahanya adalah buka kursus.

Yang penting ketika memulai sebuah usaha adalah buatlah perencanaan usaha. Akses permodalan, modal bukanlah sebuah masalah utama, tetap yang penting buatlah perencanaan usaha.

ASEAN adalah jendela kekuatan ekonomi dunia global, persaingan kita selanjutnya tidak hanya ASEAN tapi juga Uni Eropa. Karena itu, masyarakat Indonesia harus lebih telaten, persiapkan diri, bekali diri dari bahasa maupun skill. HIPMI sudah menjadi jembatan mempermudah pengusaha pemula, yang penting adalah bisnis plan apapun bisnisnya.

~~~

Sesi berikutnya Bedah Buku ‘The DestinASEAN Menjelajah Kisah di 10 Negara’ bersama Eka situmorang, Venus, dan Arif Rahmat. Mereka, Ketiganya menjadi penulis keroyokan buku The DestinASEAN Menjelajah Kisah di 10 Negara yang menceritakan pengalaman mereka selama melakukan traveling di negara ASEAN.

Sebenarnya buku tersebut ditulis oleh 11 orang, yaitu ketiga traveler di atas dan 8 orang lain diantaranya Adam & Susan Poskitt, Adis Takdos, Dendi Riandi, Marischka Prudence, Oryza Irwanto, Puti Kirana dan Roy Saputra.

Menurut Venus, orang Asia cenderung miliki karakter sama, yaitu ramah.Tapi perlu adanya conectivity dalam bahasa. Sementara itu pendapat Eka Situmorang, saat ia melancong ke Pinang, kebanyakan masyarakat pergi ke Kuala Lumpur. Padahal menurutnya di sana ada pulau kecil yang menarik yaitu George Town.

Di George Town, masih menurut penuturan Eka Situmorang, ada bis dimana ada 18 spot yang bisa dilewati dan itu gratis. Di sana juga makan murah dan enak.

Menurut Arif, biasanya orang Indonesia kalau ke Thailand itu ke Phuket, padahal ada Hattai lokasi yang tak kalah menarik. Selain bisa berbelanja di sana juga ada pantai.

Pelajaran paling penting melihat sejarah negara ASEAN yang sama-sama memiliki sejarah yang sama yaitu “perang”.

Pariwisata Vietnam menawarkan tempat wisata air terjun, padahal tingginya cuma 3 meter, Sementara di Indonesia justru banyak air terjun yang lebih tinggi dan lebih bagus.

Tujuan dari menulis buku ini adalah agar penduduk “berani jalan keluar negeri” dan tahu tidak harus “mahal”. Wisata ke luar negeri tidak selalu “mahal” hanya kita harus pintar-pintar cari informasi wisata dan hunting harga. Siapa kira jika ternyata di Chiangmai ada penginapan seharga 36 ribu rupiah. Budget jalan ke Thailand selama 9 hari kira-kira menghabiskan Rp.3 juta sudah oke plus oleh-oleh. Asyik kan? Do not affraid to travel karena bisa dapat banyak pengalaman dan pengayaan hidup

Kesimpulan dari mereka, setelah berkeliling negara ASEAN, ternyata Indonesia jauh lebih indah, alamnya sangat kaya. Contoh kecil dan dekat saja, Kepulauan Seribu yang hanya membayar 35 ribu rupiah untuk nyebrang sudah begitu sangat cantik dan lengkap sekali.

~~~

Sesi diskusi terkahir –sebelum acara pengumuman pemenang lomba diumumkan– ialah bertemakan “Peran Kontribusi Blogger bagi KEA 2015.” Menampilkan Bapak Iman Brotoseno selaku President ASEAN Blogger Community dan Bapak Amril Taufik Gobel, Vice President ASEAN Blogger Community Chapter Indonesia.

Menurut Pak Iman, hendaknya jangan pernah melupakan generasi muda dan warga negara karena mereka sangat berperan dalam mensosialisasikan KEA 2015. Peran sosial media sebagai penguat Indonesia dalam persaingan di ASEAN dan Dunia.

Menjelaskan tentang fakta ASEAN di media sosial tidaklah gampang. Perlu daya kreatif dan tulisan dibuat semenarik mungkin misalnya dengan menambahkan gambar kartun, untuk menjadikan ASEAN menjadi perbincangan hendaknya pancing dengan kalimat yang bisa membuat penasaran.

Sosialisasi bukan sebuah kesulitan layaknya pilkada atau pilpres, bisa dilakukan lewat berbagai media, tapi belum ada yang menanamkan pemahaman bahwa ASEAN bisa jadi ancaman kalau dianggap sekedar persahabaan. Buat ASEAN jadi pembicaraan di media sosial dalam bentuk percakapan, dan atau diskusi. Itu cara yang paling tepat daripada sosialisasi.

Sedangkan menurut Pak Amril, blogger adalah identitas/sosok yang bisa diharapkan menjadi upaya menggarap mutiara karena ada unsur interaksi. Blog sebagai sumber yang sangat dipercaya masyarakat dalam informasi setelah surat kabar. Blog menjadi media sharing yang baik bagi masyarakat Indonesia, menghimpun solidaritas sosial. Misalnya kasus Prita. Itu contoh solidaritas sosial yang tinggi. Peran blogger adalah mampu menjadi influencer terpercaya untuk sharing hal bermanfaat dalam menghadapi KEA 2015.

Blogger bisa membantu bagaimana suatu informasi sampai kepada masyarakat. Rekan blogger harus kerja keras mempersiapkan diri dan masyarakat. ASEAN beri kontribusi besar, Blogger harus kerja keras mempersiapkan diri dan masyarakat.

Selanjutnya dibahas Asean Community Page oleh Muhammad Halim Noor Listyanto, ketua fan page Facebook ASEAN Community, yaitu fan page di Facebook sebagai komunitas yang memiliki visi mendukung kemajuan Asean dan memposting informasi segala sesuatu berkaitan dengan ASEAN.

Komunitas ini terdiri dari 1 page, 40 admin, 5 admin per negara, dan ketika 1 post diunggah langsung dibaca oleh sekitar 81 ribu orang. Cara komunikasi para admin lewat skypes, google plus, cell phone, online sitses. Komunitas ASEAN Page ini tidak membahas masalah politik dikarenakan hal itu bersifat sensitif. ASEAN community Page sangat mendukung pembentukan KEA 2015 dengan berbagai event internasional, melibatkan anak sekolah.

Contoh AC 2013 Photo Contest merupakan slah satu event internasional yg dilakukan untuk memperkenalkan Asean. Komunitas ASEAN Community page medapatkan award sebagai komunitas yang sangat konsisten mengabarkan tentang ASEAN.

~~~

Saat pengumuman pemenang lomba, saya tidak menyaksikan karena khawatir waktu magrib hampir berakhir. Saat kembali, peserta sudah banyak yang bubar. Saya dan suami pun langsung keluar dari gedung hendak pulang.

Kaos Peran dan Kontribusi Blogger dan Social Media dalam Menghadapi Integrasi Ekonomi ASEAN Dipakai ke Car Free day Cianjur!

Tanggung malam, kami berniat sebelum pulang sholat magrib dulu di mesjid belakang gedung Pusdiklat Kemenlu. Beberapa orang peserta seminar lainnya juga ada yang sholat bareng, tapi tidak ada yang kami kenal.

Aku baru sadar kalau Bapak penunjuk jalanku alias Kompasianer Pak Dian Kelana sudah tidak ada di lokasi saat aku selesai sholat. Masih ragu dengan kendaraan umum menuju terminal Kampung Rambutan, dari bundaran Patung Pemuda saya bertanya kepada polisi yang sedang bertugas.

“Kalau mau ke Blok M naik kendaraan apa dan dari mana, Pak?” Pikirku mau naik angkutan seperti saat tadi datang saja. Tapi parahnya aku bingung tak bisa menentukan arah.

Polisi menunjukkan arah. Aku dan suami ikuti. Benar saja, sebuah kopaja tak lama datang dan membawa kami menuju Blok M. Sialnya, sekian lama menanti kopaja 57 di Blok M tidak ada yang menuju ke terminal Kampung Rambutan.

Merasa tidak punya pilihan lain, akhirnya aku dan suami dari Blok M naik Busway Transjakarta menuju Kampung Rambutan. Yah, tahu kalau ujungnya mau naik busway, kenapa ga sedari tadi saja naiknya dari halte Ratu Plaza di sekitar lokasi Kemenlu. Dasar… mungkin harus sudah nasib sedari pagi tadi bawaannya hanya “dikerjain” moda transportasi ibu kota. Mentang-mentang kami dari pelosok…

Sampai Cianjur, tepat pukul satu dini hari. Setelah mengambil sepeda motor, suami menawarkan ide bagaimana kalau tidak pulang langsung, melainkan istirahat sebentar di sebuah warung kaki lima sambil makan. Aku setuju saja. Apalagi dini hari melakukan perjalanan ke wilayah selatan rasanya enggan. Dalam kondisi tubuh lelah dan letih, khawatir ngantuk datang dan perjalanan malah berbuah celaka.

Tak terasa, kami diam di warung tenda sekitar Jalan Jebrod hampir tiga jam. Saat pedagang mau tutup karena subuh sebentar lagi datang, aku dan suami beranjak menuju mesjid. Sekalian membersihkan diri, langsung ikut sholat subuh berjamaah.

Selepas subuh, lagi-lagi suami memberikan ide, bagaimana kalau ke Car Free Day dulu, di Jalan KH. Abdulah Bin Nuh, tidak langsung pulang ke rumah di Pagelaran. Aku setuju dan kami pun masih dengan baju “kebesaran” peserta seminar sosialisasi KEA 2015 melenggang berjalan bersama warga Cianjur lainnya.

Ada yang lucu, saat mahasiswa Universitas Suryakencana mengadakan lomba jalan santai, saat mereka mengajak warga untuk ikut jadi peserta, kami dipanggilnya dengan sebutan: Akang dan Teteh ASEAN! Haha, rupanya mereka melihat dan membaca tulisan yang tertera pada kaos ASEAN yang masih kami pakai.

Tak apalah, anggap saja kami duta KEA 2015 untuk warga Cianjur di CFD itu sekaligus mensosialisasikan ASEAN kepada warga Cianjur. Hehe!
Jalan di CFD Cianjur dengan kaos kebesaran KEA 2015

13 thoughts on “Perjuangan Blogger Kampung Mengenal ASEAN Connectivity Menuju Komunitas Ekonomi ASEAN 2015”

    • Terimakasih, Pak…
      Walau kami dari pelosok, justru itu kami berusaha untuk bisa hadir, supaya tidak tertinggall informasi dan wacana seputar Komunitas ASEAN 2015.

      Yah, meski bukan blogger kawakan, tapi paling tidak kami ada sedikit melek tentang Komunitas ASEAN 2015 yang sedang digalakan.

      Minimal untuk diri saya dan suami pribadi, umumnya untuk blogger Cianjur 🙂 anggap saja kami perwakilannya, hehe! Jadi Kabupaten Cianjur gak tertinggal banget gitu loh! 🙂

      Reply
  1. Pingback: Pemenang Lomba Reportase Komunitas ASEAN | ASEAN Blogger Festival 2013
  2. reportase yang lengkap banget bu…
    perjuangannya juga hebat, tidak mau kalah dengan yang muda-muda 😀
    patut di tiru

    salam

    Reply
  3. Semoga Bahasa Indonesia jadi primadona di Komunitas Ekonomi ASEAN. Saya rasa Indonesia (khususnya generasi muda), sudah siap bertempur tuk berhadapan dgn seluruh negri di ASEAN – termasuk China. Lapangan kerja yang lebih luas dan peluang bisnis yang bermacam ragam benar-benar mainan baru nantinya. Ayo lakukan yang terbaik tuk Bangsa Indonesia….

    MERDEKA!!!!!!!!!!!

    Reply

Leave a Reply to Ahmad Faza Cancel reply

Verified by ExactMetrics