Say No to Hoax! Kalau gosip, bagaimana?
Apa bedanya hoax sama gosip? Yang pasti keduanya berkonotasi tidak baik, dan kita dihimbau untuk menjauhinya. Baik secara norma agama, maupun aparat pemerintah.
Gosip atau ghibah ialah menggunjingkan orang lain ini sudah jelas dilarang dalam Al-Quran.
“Wahai orang-orang yang beriman! Jauhilah kebanyakan prasangka karena sesungguhnya sebagian prasangka adalah dosa. Janganlah kamu sekalian mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah kamu sekalian berghibah( menggunjing) satu sama lain. Adakah seseorang di antara kamu sekalian yang suka makan daging saudaranya yang sudah mati? Tentu kamu merasa jijik kepadanya. Bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah maha penerima taubat lagi maha penyayang.”
[QS: 49 (al Hujurat) ayat 12.]
Smentara hoax yang sedang marak-maraknya saat ini (meski ajang pilkada sudah lewat) juga tidak jarang menimbulkan perselisihan, pertengkaran bahkan bisa memicu adanya pecah belah kesatuan bangsa. Karena itu pemerintah melalui instansi-instansi terkait selalu mengkampanyekan untuk tidak ikut menyebarkan berita-berita yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Seperti sepele namun tidak demikian kenyataannya. Contoh nyata saja suasana di jejaring media sosial terasa memanas dan menjurus pada aksi blokir memblokir. Tidak sedikit teman-teman saya yang awalnya sepaham, lalu menjadi berseberangan karena terpicu oleh berita-berita yang tidak bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.
Saya sendiri biasa-biasa saja menghadapi teman-teman yang suka gosip, nyinyir, atau suka nyebar berita hoax sekalipun. Bukan tidak peduli, tetapi saya lebih cenderung kepada intropeksi diri, dan memilih memperbaiki diri sendiri saja dulu dibanding sibuk ngomentarin orang lain yang juga tidak saya ketahui pasti permasalahannya.
Menghindari gossip cukup menyibukkan diri dengan kegiatan yang lebih positif saja. Daripada nongkrong di warung tetangga, lebih baik membaca buku di rumah, atau jalan-jalan ke sawah ke kebun bareng anak sambil explorasi alam. Insya Allah lebih banyak manfaatnya daripada ngomongin orang lain sambil belanja sayur.
Begitu juga saat bermunculan status nyinyir atau saling serang di media sosial, baca atau tidak, saya tidak ikut terpancing untuk mengomentari, atau memojokkan pihak manapun. Cukup lewati saja dan cari bacaan atau informasi lain yang sekiranya lebih bermanfaat.
Jika ada berita hoax, masuk ke email, inbox atau group group yang kita ikuti, sekali lagi cukup diam saja jangan terpancing untuk ikut meramaikan. Kalau memang bermanfaat, coba terapkan saja lebih dulu pada diri sendiri. Sekiranya banyak mudaratnya, cukup sampai kita saja berita atau gosip itu sampai, jangan kita sebar lagi. Jangan berburu jadi yang pertama atau tercepat untuk bilang “Pertamax” dalam menyebarkan hoax atau gosip. Tapi alangkah lebih baik jika kita telusuri dulu baik benarnya kabar yang disampaikan itu.
Bayangkan jika kita yang jadi bahan perbincangan, lalu orang-orang dengan mudahnya menyebarkan berita tidak benar tentang kita itu. Pasti tidak enak dan marah kan? Begitu juga bila kita berbuat sama terhadap berita yang sampai kepada kita tentang orang lain. Jadi, pikirkan dan pertimbangkan matang-matang sebelum ambil keputusan ya! 🙂
Samaa, aku jg berusaha biasa aja menanggapi yg suka nyinyir di socmed, yg suka share berita entah hoax atau benar sekali pun, toh kupikir tujuannya sama, menebar kebencian dan memecah belah. Tp klonudh keterlaluan aku unfriend aja. Haha