Kemana-mana naik sepeda motor (nanasemo) adalah tagline kedua yang saya dan keluarga buat, setelah keluarga bringka (bring kaditu bring kadieu) alias kemana-mana selalu berangkat bersama.
Nanasemo istilah yang kami ciptakan bukan dibikin buat gaya-gayaan sih tapi lebih ke emang kondisinya begitu. Punyanya cuma kendaraan roda dua alias motor. Kalau punya kendaraan roda empat, mungkin ceritanya bakalan lain, bukan nanasemo lagi.
Suka Duka Berkendara Roda Dua
Ada banyak suka duka dan hal tidak terduga yang pernah terjadi saat melakukan perjalanan naik sepeda motor. Mulai dari cuaca yang tiba-tiba berubah hingga insiden kecil seperti ban kempes. Padahal situasi lagi urgent-urgentnya…
Pernah suami diburu waktu jam tujuh pagi harus tiba di KUA Cianjur karena sebagai anak laki-laki satu-satunya di keluarga ia yang berhak menjadi wali untuk saudara perempuannya yang akan melangsungkan akad nikah.
Eh, tanpa diduga di daerah hutan pinus Cibeber tiba-tiba ban kempes. Mau tidak mau saya dan anak jalan kaki mengikuti suami yang mendorong motor sampai ke daerah Cibeber kota yang ada tambal ban.
Akhirnya akad nikah saudara perempuan suami pun terpaksa diundur karena wali nikahnya ini menunggu ban kempesnya diperbaiki dulu supaya bisa melanjutkan perjalanan.
Pernah juga lagi di Cianjur Kota, mau jemput keponakan yang sekolah di SMPN 3, di daerah Ramayana tiba-tiba sepeda motor terasa oleng dan dugaan kami benar saja, kalau penyebabnya ya ban bocor.
Setelah diperiksa, ternyata ada beberapa paku yang menempel di ban depan maupun belakang. Orang yang lewat melihat kondisi ban sepeda motor kami bilang kondisi begitu sepertinya paku itu sengaja disebar.
Entahlah, tapi yang pasti saya segera menelepon kakak untuk menggantikan jemput anaknya karena mau tidak mau saya harus belok ke tambal ban dulu untuk memperbaiki ban yang bocor itu. Hadeuh, benar-benar diluar dugaan…
Dan cerita berikutnya yang mau saya bagi ini terkait pengalaman pribadi yang seru—meski sempat diwarnai drama—saat melakukan perjalanan touring motor dan menghadapi momen yang hampir membuat dompet menangis.
Awal Touring: Penuh Semangat dan Rencana Matang
Perjalanan ke Ciwidey dimulai dengan penuh antusiasme. Dengan rute yang sudah saya dan suami rancang sebelumnya, motor yang baru saja diservis, dan bekal yang cukup, kami yakin semua akan berjalan lancar.
Jalannya pun mulus, karena baru saja selesai dicor. Tahu kan kalau sekarang jalan ke rumah Abah Jajang yang sempat viral itu juga sudah lebih bagus? Ditambah pemandangan indah disertai udara pagi di daerah perkebunan teh terbayang begitu segar.
Namun, semuanya berubah ketika sedang asyik menikmati perjalanan tiba-tiba ban belakang motor kempes. Rasanya seperti mimpi buruk, apalagi saat itu berada di jalan sepi perkebunan teh perbatasan Bandung – Cianjur yang jauh dari pemukiman warga apalagi bengkel resmi.
Pertemuan dengan “Bengkel Pinggir Jalan”
Setelah mendorong motor beberapa kali tanjakan dan turunan perkebunan teh, kami memasuki sebuah desa dan ditunjukkan oleh warga ke bengkel kecil di pinggir jalan.
Awalnya, saya bersyukur karena ada tempat yang bisa membantu. Mekaniknya tampak ramah, dengan senyum lebar yang memberi kesan dapat dipercaya.
Tanpa pikir panjang, suami pun meminta si amang tukang bengkel itu mengganti ban dalam motor. Prosesnya terlihat cepat dan profesional.
Namun, setelah selesai, si amang menyebutkan harga yang jauh lebih mahal dari perkiraan kami. Bayangkan, harga ban dalam yang biasanya kurang Rp 50 ribu, saat itu ditawarkan Rp 150 ribu!
Curiga dan Mulai Memastikan Harga
Saya merasa ini ada yang tidak beres. Menemani suami ganti ban dalam maupun ban luar ini bukan yang pertama kali. Jadi tahu betul kisaran harga untuk ban sepeda motor kami itu berapa. Biasanya dengan jasa pemasangan saja kalau ganti ban dalam tidak sampai 50 ribu.
Untuk memastikan, saya membuka ponsel dan memeriksa harga ban dalam di e-commerce serta forum otomotif. Dugaan saya benar, harga yang ditarikan si amang itu emang mencekik karena tidak masuk akal.
Padahal ban yang ditawarkan si amang bengkel itu ban yang cocok untuk penggunaan sehari-hari. Ban berteknologi yang dirancang untuk meminimalisir risiko dengan harga terjangkau, sehingga memang jadi pilihan favorit di kalangan banyak pengendara.
Saya mulai berargumen, tetapi si amang keukeuh meyakinkan dengan berbagai alasan, katanya “ini ban dalam kualitas premium” atau “harganya memang naik.”
Saya perlihatkan harga pasaran ban yang resmi. Mulai harga ban dalam sampai ban irc ring 14. Ya kalaupun mau ambil keuntungan ya jangan sampai mencekik disertai aksi menipu gitu loh… Karena bagaimana pun kualitas dan harga perlu keseimbangan karena kalau tidak bisa merugikan banyak pihak.
Meski suami diam saja, karena orangnya emang gak banyak bicara, saya coba tetap tenang dan menegaskan bahwa saya tahu harga pasaran.
Akhirnya, setelah lama berdebat, dan saya tipu si amang dengan sedikit berbohong kalau saya sedang live di sosial media terkait menemukan harga ban dalam sepeda motor yang spesial si amang setuju untuk menurunkan harga menjadi Rp 60 ribu, harga yang jauh lebih wajar apalagi lokasinya emang jauh kemana-mana.
Pelajaran Berharga Aksi Tipu-Menipu
Kejadian ini membawa hikmah buat saya dan suami, dan mungkin jadi hal penting yang bisa menjadi tips untuk teman-teman semua jika akan melakukan perjalanan jauh (touring) dengan kendaraan roda dua
Persiapkan Perjalanan dengan Matang
Selain memastikan motor dalam kondisi prima, selalu bawa alat-alat darurat, seperti pompa ban portabel atau kit tambal ban.
Kenali Harga Pasaran
Jangan malas untuk mencari tahu harga komponen motor, seperti ban dalam, oli, atau suku cadang lainnya. Ini penting untuk menghindari penipuan.
Tetap Tenang dalam Situasi Genting
Saat menghadapi mekanik yang mencoba menaikkan harga, jangan langsung panik atau menyerah. Bersikaplah tegas dan tetap sopan.
Jika Memungkinkan Pilih Bengkel Resmi
Jika masih bisa melanjutkan perjalanan, prioritaskan mencari bengkel resmi seperti Planet Ban yang biasanya memiliki harga transparan.
—
Melakukan perjalanan jauh menggunakan sepeda motor memang penuh tantangan, tetapi di situlah letak keseruan dan keasyikannya.
Setiap pengalaman, termasuk insiden seperti aksi tipu menipu antara saya dan si amang bengkel di atas, memberikan pelajaran berharga. Meski sempat nyaris tertipu, dan ujungnya saya yang berhasil menipu, hehe…
Saya dan suami sangat bersyukur tetap bisa melanjutkan perjalanan dengan hati lebih waspada.
Jadi, kalau manteman merencanakan perjalanan dengan mengendarai sepeda motor, pastikan untuk mempersiapkan segala sesuatu dengan matang, ya. Dan yang terpenting, jangan lupa untuk selalu berdoa dan berhati-hati, baik di jalan maupun saat berurusan dengan mekanik!
Selamat touring!
Wah, seru banget ya, perjalanan motor yang penuh tantangan tapi tetap penuh pelajaran! Memang, persiapan dan kewaspadaan itu kunci, apalagi kalau ada insiden yang bikin deg-degan kayak gitu.
Akan jadi kenangan indah pada masa nya semoga makin memupuk kecintaan satu sama lain
memang suka ngadi-ngadi si mamang tukang bengkelnya hadehhhmau cari untung berlipat dalam kedok membantu yang kepalang ini mah
Bahaya sih kerja begini ya kak, soalnya taruhannya rezeki yang tidak halal. Bisa ngaruh ke keluarga juga, terutama jika penghasilan buat menghidupi banyak orang.
masyaallah teh keren ih touring bareng anak ya, aku pernah mba sama anak dan suamik ke bandung tapinya, hehhehe banyak pengalaman suka dukanya juga
Emang kalau naik motor luar kota tuh perlu persiapan lebih ya ka. Seru sih kalau nggak diburu-buru kegiatan bisa dinikmati
Saya juga pernah merasakan nanasemo dan bringka, dinikmati dan disyukuri aja. Seru naik sepeda motor itu dan bondingnya lebih terbangun wkwkwk kan duduknya berdempetan terus selama perjalanan
Sepertinya kami.juga pernah merasakan nanasemo. Soalnya dulu sekeluarga anak ayah kami 7 orang. Ada motor sudah Alhamdulillah. Uang kalau ada lebih, ditabung buat biaya sekolah anak.
wah pastinya kesel ya mbak kalau pas kita lagi kesusahan gitu malah digetok harganya sama orang bengkel. untung sekarang juga zamannya sudah maju jadi bisa cek harga dulu ya sebelum setuju sama harga yang ditentukan orang tersebut
Saya pikir Bringka itu apa, ternyata singkatan Bring ka dieu, Bring ka ditu, btw saya juga penyuka naik motor Teh Okti soalnya kalau naik mobil malah suka pusing hehe … Perjalanan memang selalu penuh cerita ya, meski ada insiden ganti ban motor.
Akupun keluarga bringka bringki teh kalau ke sumedang, depan belakang pokoknya pinuh . Soalnya kalau di sumedang tuh kemana-mana jauh jd dr bandung harus bawa motor biar bisa kunjung ke saudara lain juga
Saya pikir Bringka itu apa ternyata bring kaditu bring kadieu yang nanasemo..ya ampun unik bikin istilahnya Teh Okti
Senangnya bertiga kemana-mana, malah bikin kehangatan keluarga tercipta. Apalagi pas anak masih bisa ditaruh tengah…kalau dah gede an dia ga bisa lagi…punya teman dah jalan sendiri.,..hiks
Btw, memang ya kadang bengkel tuh getok harga, mentang-mentang kita yang butuh ya.
Mesti cek dulu berapa harga sebenarnya di pasaran
Saya juga senang ngebolang naik motor, Mbak. Dan memang kekhawatiran terbesar saya memang ban bocor. Kalau pas di daerah sepi jauh bengkel. Tapi memang kalau ban dalam 150 ribu itu menipu, Mbak. 60 ribu juga masih mahal. Kayaknya antisipasi pakai ban tubeless, Mbak. Jadi pas bocor, anginnya tidak langsung habis dan masih bisa mencari bengkel motor.
Aku pun pernah mengalami hal serupa terkait ban, teh Okti.
Memang pernah jadi bikers tuh ada manfaatnya juga. Karena ketika jadi penumpang, suka sensing, alias bisa merasakan kalo ada hal-hal yang gak nyaman saat perjalanan.
Alhamdulillah, adanya Planet Ban bisa membantu sekali ketika membutuhkan bengkel terpercaya dan ter-gercep saat motor ada masalah.
Teh Okti keren banget nih bikin istilah Keluarga Bringka dan Nanasemo, saya baru ngeh artinya. Kita pertama ketemu waktu di Jember ya, Teh. Senang lihat Teteh sekeluarga kompak selalu kemana2 bersama.
Saya udah lama enggak motoran jarak jauh. Gampang encok sekarang saya, hehehee…
Saya juga masih naik motor ke mana-mana bersama anak istri dan banyak banget memori indah maupun pahit. Seru banget sih, tapi seiring berjalannya waktu, anak-anak udah mulai gede, dan udah nggak memungkinkan boncengan naik motor.
Emang kadang suka ada bengkel motor yang nakal nipu konsumennya. Kita juga mesti pinter-pinter ngadepin bengkel motor macam tu.
Tertipu itu sangat mengecewakan buat saya. Bukan hanya karena kehilangan harapan terhadap hal yan kita ingin, tapi kecewa dengan sikap orang yang bersangkutan.
Kalau beli ban, mending ke tempat terpercaya aja kaya teh okti.
Unik sekali Teh Okti dengan tagline Bringka-nya, lebih salfok lagi pas tau artinya Bring kaditu bring kadieu.. keren pisan lah.
dan yang luar biasa sikap tenang Teh Okti pas dipatok harga ban dalam mencekik hampir 3 kali lipat oleh oknum bengkel sampai akhirnya bisa nego kembali ke harga normal. Asli sih ini komunikasinya keren
Klo saya yang mengalami, belum tentu bisa diplomatis kayak Teh Okti. Udah jiper duluan sama tukang tambal bannya deh.
Kalau lagi touring pakai kendaraan roda dua suka ada ceritanya ya Teh. Dan memang kudu persiapan yang matang dalam mengantisipasinya, dengan ceki² bengkel terdekat dan buka 24 jam di mana aja
Naik motor kemana-mana praktis, bisa sat set, anak2 sy pas usia remaja ini kemana2 lebih suka dibonceng motor kalau sekitaran dalam kota, pernah sampai bawa dua motor, sy bonceng adiknya, bapaknya bonceng kakanya, saking males bawa mobil krn klo malming di Pamulang macet padahal mau makan di kaki lima doank. Paling ga mau dianter ke sekolah naik roda 4 , macet .
Btw Teh ..saya baca ikut deg-degan waktu cerita tentang akad nikah saudara perempuan suami Teh Okti yang terpaksa diundur karena wali nikahnya menunggu ban kempesnya diperbaiki..huhuhu
Oh ya memang ya opsi pilih bengkel resmi penting karena harganya pasti yang sesuai
Seru banget baca pengalaman touring keluarga Bringka! Ternyata ada aja ya kejadian-kejadian lucu dan menegangkan selama perjalanan. Untung bisa cek cek dan konfirmasi masalah harga diplanet ban. uuuhhhh hampir aja Tapi yang penting, keluarga tetap kompak dan bisa melewati semuanya bersama.
Ekonomi makin sulit, ada aja orang nipu yaa, padahal secara gak langsung matiin rezeki sendiri karena bikin org kapok datang lagi ke dia.
Setuju banget mending ke bengkel resmi, kalau gak terpaksa banget, dan emang kudu paham harga onderdil printilan motor supaya gk ketipu.
Kalau bisa sebelum pakai jasanya nanya dulu perkiraan harganya juga biar gk diketok.
Bener kak, mereka belum menyadari yang diperbuat. Ngerasanya, dengan menipu akan banyak mendatangkan duit, padahal malah sebaliknya
motor kalau di pakai touring akan lebih baik pakai ban tubeless mbak, jadi kalau bocor gak langsung kempes dan bisa “sedikit bertahan” buat nyari tambal ban terdekat.
dan biasanya tukang tambal ban gitu kalo liat ada “orang jauh” pasti patok ongkosnya bisa2 2x lipat dari harga biasanya. hehe
Alhamdulillah suami teh Okti memang bukan orang yang suka protes yaa..
Sebenernya kalau menipu tuh.. balik lagi ke diri mereka sendiri yaa.. Tapi kadang aku juga jadi mikir.. Apakah memang sedang butuh banget sama uang tersebut, sehingga tega menipu?
Planet Ban memang bisa diandalkan.
Aku di Bandung jadi seneng banget karena kini ada di mana-mana bengkel planet ban.
Eleuh akad nikahnya akhirnya nungguin Paksu ya teh, tapi emang seseru itu dulu sblm ada anak, aku dan suami ge sok touring naik motor sampe paling jauh ke Situ Patengang dan Ciater. Blm jg sampe ealah ditilang Isilop karena ga tau kalau searah jalannya wkwkwk…pulang touring urus2 sim yang ditahan 😀
Wah kereen banget, banyak sekali kenangan pas touring gitu ya mbak. Aih aku lambai bendera putih rasanya kalau jarak lumayan jauh pakai motor gini.
Aku juga lebih senang bepergian naik motor sih. Karena memang punyanya ya motor. Penting banget memastikan kondisi motor yang prima saat akan bepergian jauh.
Cuma kadang ada saja hal yang tidak terduga yang terjadi saat di jalanan. Misalnya, ban ketusuk paku misalnya.
Tapi, Kak. Kalau emang daerahnya jauh dari mana-mana. Bisa jadi ongkir buat pengiriman ban dalamnya ke sana sih yang mahal. Makanya, si bapak memberikan tarif yang pricey. Hehehe….
bener banget ini, kemana2 harus checking emang,. aku pernah soalnya udah di jalan eh ternyata motor tibatiba mati wkwkwkw ngeri banget, sejak itu kalo mau kemana-mana jadi checking motor dlu deh
Jadi semakin aware kalau uda pernah ngalamin kejadian yang kurang mengenakkan saat perjalanan yaa.. Kalau sendiri mah, gapapa yaa.. ((ya meski apa-apa juga sii.. namanya bikers cewe)). Tapi kalo uda sama anak, huhuhu.. dobel dobel kekhawatirannya.
Kudu cek scara berkala mengenai kondisi kendaraan.
Cek mesin kendaraan ini udah kudu bin wajib dah ya Teh. Karena kaitannya dengan keselamatan diri juga, apalagi kalo misalnya berboncengan, maka keselamatan yg di boncengin juga perlu dipikirkan
Iyaa Teh, biasanya kalo ganti ban dalam plus jasanya gak sampe 100.000. ini kok 150.000. berasa diprank ama orang bengkel.
Emang lebih baik ke planet ban ya
Harga dijamin standar dan pelayanan juga bagus.
Seru banget baca pengalaman keluarganya, jadi kayak ikut touring bareng kalian! Salut sih, kalian bisa tetap cool dan pinter negosiasi sama si amang bengkel, tips pura-pura live itu beneran jenius! Ban kempes di tengah jalan sepi emang horor, tapi kalian bikin semuanya jadi cerita yang seru buat dikenang. Nanasemo bener-bener filosofi keluarga banget ya, nggak cuma soal naik motor, tapi juga soal kebersamaan dan semangat pantang menyerah. Ditunggu cerita-cerita epic lainnya.
Asik banget kemana-mana bersama keluarga. Perjalan makin indah, makin banyak kenangan, makinbanyak pengalaman, dan makin banyak kegiatan. Pastinyamakin banyak wawasannya juga
Waktu kejadian menegangkan rasanya, setelah terlewati bukan main leganyaa..
Aku punya cerita yang hampir mirip Teh, untung ketemu sama orang baik, mana tengah makam lagi…
Pentingnya bersiap menghadapi tantangan yang tidak terduga dan tetap waspada terhadap penipuan ya kak
Ternyata Teh Okti jago menipu ya. Hehehe…. Btw, tarifnya digetok mahal gitu sepertinya karena si mamang nggak ada pesaing, orang datang nambal ban karena bener-bener butuh urgent, dan karena Teh Okti nggak nanya harga di awal kali ya.
Hihihi saya pun nanasemo teh. Kadang kita sengaja ke bengkel kecil untuk menolong. Tapi ya gitu teh kadang gak sesuai sama yang di pikiran kita. Kita pikir dia senang ditolong, gak taunya bengkel sepi karena kelakuan suka naikin harga seenaknya.
Memang akhirnya mau gak mau ke bengkel resmi biar gak ngerasa ditipu.
waduh nger banget itu pas ban kempes di hutan pinus. Nggak bayangin kalau bengkelnya jauh dan sendirian. Btw dulu motor tuaku mbak, harus siap duit mbak, entah tiba-tiba bocor entah tiba-tiba meleduk. Dan itu klo kebengkel ya kena banyak, ganti ini itu. Di Batam belum nemu planet ban mbak. Moga aja epet buka ya di Batam.
Ya begitulah, Mba, suka duka touting naik motor. Kami juga sering mengalaminya seperti itu. Beberapa kali kami mengalami ban motor bocor, pernah mau ke Tegal, tiba-tiba oleng, rupanya ban bocor. Ada paku nancap.
Mau ke kota beli sesuatu tiba-tiba nggleyor-nggleyor, ada paku nancap lagi. Apesnya gak ada tambal ban yg Deket, akhirnya kami jalan dulu beberapa ratus meter.
Dan ya, kalau kita gak tahu harga pasaran suka kena tipu sama yg jual ban di pinggir jalan gitu. Kasih harganya asal buka suara aja.
Harus check sebelum berangkat ya jangan sampai mengalami ini lagi teh, saya pun pernah mengalami ban bocor gini teh huhuhuh
Wadidaw. Negselin juga ya kalau gini mba. Rasanya gak rela aja bayar dengan nominal tinggi tp kualitas produk & jasanya ya sama kayak yang lain. keren nih mba Okti, selalu kritis dlm hal apapun 🙂
Memang kadang perjalanan itu penuh cerita, ada suka dukanya. Memang kalau pengen aman pilih bengkel resmi aja, kadang ada pihak bengkel yang naikin harga nggak kira-kira. Penting juga sih cari tahu harga pemasangan ban dan jenis ban yang akan digunakan
seru banget turing itu, masa muda sempat ngalamin juga pas awal lulus kuliah, sekarang udah ga pernah, wah untungnya ada bengkel terpercaya ya mba saat kempes dan ada dimana-mana bengkel ini
Ah seru banget sebenarnya turing itu ya
Tapi memang akan banyak suka dan duka yang bisa didapatkan
Jadi tahu istilah nanasemo dan bringka ala Teteh hehehe. Tapi memang sih, ban bocor itu menurut saya salah satu masalah yang bakalan menyita pikiran, tenaga, dan tentu isi dompet Teh. Apalagi kalau kejadiannya di pelosok. Duh, semoga ke depannya kita semua dijauhkan ya dari insiden ban bocor di daerah yang minim bengkel gitu.
Urang Sunda memang terkenal jago bikin singkatan.
Hehehe, awalnya kaget kalo ada singkatan. Sekarang aku gak malu lagi, kalo gak ngerti, mending tanya deh..
Soalnya memang bukan urang Sunda asli, jadi kadang butuh loading kalo dikasi tau.
Bener, teh..
Kudu ke bengkel yang terpercaya. Cuma kalo kondisinya mendadak ada musibah gitu, kudu segera diatasi di bengkel terdekat.
Aku juga pernah mengalami saat jalan berempat ((bonceng empat, hehehe))
Dan karena motor tua, yauda wassalaaam.. bannya gak kuat.
Alhamdulillahnya, agenda hari itu makan.
Jadi, perut uda terisi penuh, tus kudu cari bengkel tengah malem ((karena lagi pingin nikmati suasana Bandung malam hari)). Jadi bengkel manapun, bismillah.. semoga membantu kami untuk bisa segera sampai rumah lagi.
Aduh suka ngeri ngeri sedap kalo asa yang touring keluarga pake motor.. apalagi bawa banyak barang. Tapi yang penting savety ya teh..
Nah salah satunyacek kondisi motor jangan sampe ban kempes di jalan trus dimanfaatin oknum buat dimahalin
Pernah dalam kota, ban bocor dan diganti. eh belum 2 kilo udah bocor lagi.
kesel banget. dan minta pihak bengkel benar2 cek kondisinya ban luarnya mana tahu ada paku atau kawat yg nyangkut. ternyata mmg ada.
jadi yg bengkel pertama asal ganti aja.
Belum pernah touring sama keluarga naik motor, pengen sih, tapi masih ada bayi yang baru 2 tahun.
Tetapi memang pernah mudik naik motor, agar tetap aman diperjalanan aku ganti ban motor, dan kebetulan gantinya di Planet Ban.