Baju Lebaran Impian yang Tidak Dipakai

Jauh sebelum bulan Ramadan, saya dan suami sudah membeli kain untuk bahan baju. Awalnya hanya akan membeli bahan seragam untuk anak mengaji Al Hidayah, kebetulan donatur memberikan kepercayaan kepada kami untuk bebas menentukan digunakan untuk apa donasi tersebut. Dan kami berencana akan membuat seragam muslim khusus anak santri laki-laki supaya bisa dipakai untuk solat Jumat. Berharap pahalanya akan terus mengalir kepada mereka yang sudah ikhlas menyisihkan sebagian rezekinya kepada pondok mengaji yang saya dan suami kelola.

Kalau untuk santri putrinya, biar menyusul toh seragam biru sebelumnya masih layak. Kami prioritaskan untuk jumatan karena sunnah mengenakan pakaian berwarna putih untuk jumatan. Jadi kain putih ini kami beli lebih dahulu.

Selesai mengukur dan membayar kain, Fahmi putra kami bilang, kalau ia baju lengan panjang putih untuk jumatan nya masih muat. Beli warna lain boleh gak?

Ayahnya memperbolehkan. Bahkan minta saran kepada saya bagaimana kalau sekalian membeli bahan kain untuk kami. Biar sekali jalan kan lumayan hemat ongkos. Saya setuju dan jadilah kami beli kain untuk bahan baju tersebut.

Berbelanja baju baru atau menjahitkan nya kepada penjahit langganan menjelang lebaran di kota ini sudah menjadi semacam tradisi, ya. Konon saya pernah baca kalau fenomena berbaju baru ini telah dicatat dalam buku lawas Sejarah Nasional Indonesia karya Nugroho Notosusanto yang terbit pada 1975.

Dalam buku itu, dijelaskan bahwa memakai baju baru saat lebaran sudah dilakukan sejak zaman kesultanan Banten. Orang Indonesia rela berbondong-bondong membeli kain dan menjahitkan berbagai model baju lebaran untuk diseragamkan bersama rombongan satu keluarga. Pakaian sarimbit kali ya kalau jaman sekarang mah istilahnya …

Diceritakan dalam sejarah, banyak orang yang rela antre dan berdesak-desakkan demi membeli baju baru untuk lebaran. Padahal, sebenarnya tidak ada aturan atau hukum tertulis dalam Alquran yang menyatakan terkait hal ini.

Umat Muslim hanya dianjurkan untuk menyambut dan merayakan lebaran dengan pakaian terbaiknya. Pakaian terbaik yang dimaksud di sini bukan berarti harus baru, melainkan juga bisa baju lama yang bersih, nyaman, sopan dan yang terutama suci dari nazis untuk digunakan saat solat Ied, pada  hari raya Idulfitri.

Tapi karena sudah tradisi, ya sudahlah. Kita ikuti saja selagi ada dananya. Yang penting tidak sampai mengutang hanya demi gengsi atau memenuhi gaya hidup.

Karena kami biasa menjahit pakaian kepada penjahit di dekat rumah, maka saya sudah memikirkan inspirasi model baju lebarannya. Tapi bagaimanapun jamannya, model baju saya tetap saja kalau gak gamis ya kulot dan tunik.

Gamis sepertinya menjadi model baju lebaran yang sudah tidak asing lagi bagi banyak orang. Gamis bisa jadi pilihan baju yang anggun dan bisa dikreasikan lewat berbagai macam model, termasuk model ikat pinggang yang bisa menampilkan kesan ramping.

Saya sendiri gak masalah bagaimana warna dan model yang penting bisa menutup aurat dan nyaman saya kenakan.

Warna yang saya pilih rata-rata warna bumi nan lembut. Kali ini pun warnanya lebih mendekati abu-abu. Sementara suami dan Fahmi, warna cokelat muda, dan untuk bawahannya kami memilih warna gelap.

Untuk bersilaturahmi, model baju lebaran yang saya pilih kali ini tidak hanya menawarkan kenyamanan, tetapi juga penampilan yang santai pada hari raya Idulfitri. Longgar merujuk pada potongannya yang lebar, jadi bisa beraktivitas dengan lebih leluasa.

Semua pakaian saya, suami dan anak motifnya polos. Buat saya selain menampilkan kesan yang sederhana, juga jadi bebas memadukannya dengan berbagai pilihan motif hijab. Misalkan adanya jilbab yang bermotif tetap bisa masuk, hingga warna yang senada dengan pakaian kalau warna polos bisa dipadupadankan.

Jarang sekali saya sengaja menjahit pakaian berupa rok. Entah kenapa buat saya tampil dengan rok itu rasanya sering membuat tidak nyaman. Pakai kulot lebih leluasa.

Empat hari menuju hari kemenangan Idul Fitri, saya suami dan anak silaturahmi ke kota Cianjur, menemui kakak kandung suami sekaligus menjenguk teman kerja suami yang menjalankan pemeriksaan terkait organ ginjal. Tidak kami sangka, pulangnya kami mengalami kecelakaan. Sepeda motor yang dikendarai melintas cairan oli tumpah di sebuah belokan di kecamatan Cibeber. Alhasil kami bertiga jatuh.

Suami luka di siku dan lutut. Celana dan jaketnya bergesekan dengan aspal panas sampai bolong. Saya sedikit luka di telapak tangan kiri. Menahan berat dan keseimbangan di tangan kiri karena yang kanan memegang Fahmi. Alhamdulillah Fahmi tidak luka hanya kaca helmnya saja pecah.

Sampai di rumah, langsung mengobati luka dan kami menjalankan solat tarawih berjamaah di rumah saja mengingat luka suami di lutut mulai mengering, justru kakinya tidak bisa dibawa bengkok untuk ruku’ dan sujud. Malu kalau di masjid dengan kondisi kaki begitu. Suami bilang sampai kakinya tidak sakit ia akan solat di rumah saja dulu.

Hingga hari lebaran tiba, saat tulisan ini saya update lagi, suami masih belum bisa melakukan solat dengan ruku dan sujud yang sempurna. Jangankan bepergian jauh solat di rumah saja masih duduk di kursi supaya kakinya bisa dikondisikan.

Lebaran pun kami lakukan di rumah saja. Baju baru yang sudah kami siapkan jauh hari tetap bersih tergantung di lemari. Ya karena hari lebaran kami tidak kemana-mana, baju lebaran impian yang sudah direncanakan pun tidak kami pakai.

19 thoughts on “Baju Lebaran Impian yang Tidak Dipakai”

  1. Tahun ini aku juga ga beli baju baru. Soalnya bajuku masih baru semua di lemari. Ya bkn baru banget sih karena emg sejak beli ya kemungkinan hanya dipake 1-2x sebulan. Plus masih bagus lagi. Jadi ga perlu baju baru setiap jelang Lebaran. Duitnya ya bs dikasih ke orang membutuhkan.

    Reply
  2. semakin ke sini, kayanya baju baru pas lebaran itu udah biasa ya hihi.. jadi gak ada baju baru pun gak masalah karena masih banyak yang layak dipakai. Aku juga pengen ngajarin anak biar gak harus baru kalau di hari Raya, meski misal ada rejeki lebih, beli juga gpp ya, cuma kalau ada yang lebih membutuhkan memang rasanya lebih nikmat diberikan ke mereka

    Reply
  3. Alhamdulillah masih dikasih kesempatan beribadah di hari yang fitri ya. Memang kalau lebaran pakai baju seragam udah tradisi yang nempel ya.

    Btw kak, semoga lekas pulih kembali ya

    Reply
  4. Alhamdulillah masih dikasih kesempatan beribadah di hari yang fitri ya. Memang kalau lebaran pakai baju seragam udah tradisi yang nempel ya.

    Btw kak, semoga lekas pulih kembali ya kak

    Reply
  5. Karena aq dah menduga pas lebaran gak bakal kemana aja, jd yah gak beli baju lebaran kecuali ntuk anak aja sih hehe, btw mohon mf lahir dan batin yah teh

    Reply
  6. Wah semoga segera membaik ya teh
    Sama teh, aku dulu juga pernah jatuh dari motor karena kena oli yang tumpah di jalan
    Semoga bajunya bisa segera dipakai ya

    Reply
  7. Baju lama yang dimodifikasi misalnya tadinya dengan hijab warna A, terus lebaran tahun ini dengan hijab warna B juga gak masalah. Sebab memang yang penting diri kitanya ya, sudah jadi pribadi baru atau nggak nya. Siip Teh

    Reply
  8. Teh baru tau kalo mengelola taman pendidikan.
    Teh turut sedih mendengar ceritanya. Tapi saya do’akan agar mendapat ganti dengan yang lebih baik lagi. Sehat terus ya teh merawat fahmi dan ayahnya.

    Reply
  9. Ya ampun teh, sekarang gmn kondisi suami sudah sehatan kah? semoga lukanya sudah sembuh ya, baju Lebarannya gpp bisa buat stok tahun depan or buat Lebaran Haji nanti teh

    Reply
  10. wah aku baru tau mba, klo tren baju baru lebaran tuh mulai ada saat kerajaan banten loh. Jadi kondisinya sekarang gimana mba? Sudah pulihkah? Semoga suaminya juga lekas pulih dan sehat

    Reply
  11. Pakaian polos tanpa motif banyak peminat ya, secara bisa dipadupadankan dengan warna lain maupun motif hijab lainnya.

    InsyaAllah baju seragamnya masih dipakai saat Idul Adha. Semoga Teteh sekeluarga cepat pulih ya. Maaf lahir batin 🙂

    Reply
  12. Subhanallah….
    Qodarullah ya mba. Pasti ada hikmah di balik semua kejadian. Semoga suaminya lekas sehat kembali. Dapat sholat dengan posisi sempurna lagi.
    Tenang aja mba, baju lebarannya bisa dipakai untuk hari raya idul adha aja

    Reply
  13. Gpp kalo baju lebarannya nggak jadi dipake teh, kan nantinya bisa dipakai di acara yang lain. Dan semoga suaminya teh Okti lekas sembuh ya

    Reply

Leave a Reply to Fionaz Isza Cancel reply

Verified by ExactMetrics