Menulis Buku Anak dan Menjahit

Emak Kudu Bisa: Menulis Buku Anak dan Menjahit

“Belajar baca udah, matematika udah, sekarang boleh main robot kan, Bu?” Rayu Fahmi. Matanya mendongak berkedip-kedip. Aku tersenyum mengangguk.

“Hore!…” teriaknya kegirangan.

“Sudah Ami belajar, sekarang ibu yang sekolah, ya?”

“Iya…”

“Ibu mah udah tinggi juga masih sekolah.”

“Kan ibu biar pintar. Ibu ingin pintar juga seperti Ami.”

“Ibunya A sekolah lagi gak? Ning mamahnya B mah tidak sekolah. Di sawah we keliatan sama Ami juga.”

Duh, aku ga bisa jawab kalau soal itu.

“Mereka belajarnya malam hari ya? Jadi Ami gak tahu ya, Bu?”

Ga ada pilihan. Aku cuma mengangguk sambil melanjutkan bacaan tentang outlen.

Gara-gara suka menulis (ngeblog) banyak hal yang sudah saya dapat. Bukan sekadar ilmu dan pengetahuan. Tapi juga pengalaman, barang, uang sampai fasilitas dan jejaring pertemanan.

Melalui ngeblog, saya jadi nambah wawasan tentang dunia luar. Raga saya ada di pedesaan tapi jiwa saya melayang-layang. Loncat-loncat dari satu bahasan ke bahasan lain. Menyenangkan!

Mana kepikiran gimana ngajarin anak homeschooling kalau bukan dapat ilmunya dari Blog teman? Mana tahu gimana cara mendidik anak kekinian kalau mengandalkan emak yang kuuleun cuma ngider di dapur dan sumur?

Setiap hari setelah ayahnya berangkat kerja dan urusan rumah sudah selesai saya selalu mengajak anak belajar. Lumayan dari pada nonton tv. Biar masuk sekolah nanti anak tidak banyak tertinggal. Biar anak kampung tapi kemampuan jangan kalah sama anak kota.

Setelah selesai belajar (sambil bermainnya) saya memperbolehkan anak main mainannya. Sementara itu gantian saya yang membaca dan apa saja yang harus saya kerjakan terkait pelajaran yang saya pelajari. Kadang masih ngutrek di hape, kadang pindah ke bahan praktek. Apa saja menyesuaikan dengan apa yang saya pelajari. Yang penting tidak lepas sambil mengawasi anak.

Selama ini yang saya pelajari mayoritas beberapa cara buat kuliner praktis. Belajar, langsung praktek dan langsung dinikmati hasilnya. Anak juga suka. Kadang emaknya da bosen. Eh anaknya yang minta terus.

Sebentar lagi tahun ajaran baru seolah, anak mau saya daftarkan masuk TK. Sudah terbayang selama anak sekolah, saya mau ngapain saja? Tidak mungkin cuma bengong atau bermimpi eh ngerumpi. Karena itu saya sudah mempersiapkan semuanya. Adalah belajar membuat buku anak dan belajar menjahit menjadi dua hal yang sudah saya persiapkan. Bahkan menulis buku anak saya masukan ke dalam resolusi 2018 saya supaya makin kencang semangat mengerjakannya.

“Memasuki usia 40 mah tinggal leyeh-leyehnya. Buat apa susah-susahin diri?”

Oya? Buat orang lain belajar buat buku anak dan menjahit itu sesuatu yang menyusahkan kali ya? Da buat saya mah tidak. Suka pisan malah.

Emang bisa? Ye, kan namanya juga mau belajar. Selagi ada kesempatan kenapa tidak? Toh buat saya melakukan apa yang saya mau itulah kesenangan saya. Asal tidak mengganggu kewajiban saya sendiri dan tidak merepotkan atau membebani yang lain bukankah itu sesuatu yang patut disyukuri?

Niat ini bukan sekadar talk only. Sejak trimester akhir 2017 saya mulai mempersilakan semuanya. Ikut kelas online berbayar menulis buku dan buku anak, juga memperbaiki mesin jahit jadul warisan para leluhur.

Saya ingin Fahmi gemar baca selain jago megang gadget. Susah memang… Tapi diusahakan. Buku anak sendiri moga makin lebih diminati

Saat anak sekolah nanti diharap waktu yang biasanya dipakai untuk bermain dan belajar bersama anak bisa diisi dengan belajar menulis buku sekaligus belajar menjahit. Sesuatu yang selama ini susah saya lakukan karena selalu dirongrong anak. Meski sebenarnya bukan anak alasan utamanya. Sayanya aja yang masih belum serius. Tutup muka. 

Ini mesin jahit jadul milik almarhum mertua yang diturunkan kepada pak suami. Selama ini baru bisa pegang saja. Hahaha…

Meski masih teramat sederhana, namun keinginan ini memang ada. Belum kesampaian modal yang cetar, yah modal apa adanya dulu juga tak apalah. Kalau sudah bisa beneran jahitnya moga saja modal bisa mengikuti. Saya ceritakan ini bukan jumawa yah. Tapi siapa tahu yang baca bisa ikut mengaminkan. Dan saya juga tidak tahu doa siapa yang dikabulkan Nya.

Usia 40 bukan halangan buat saya. Bukankah diperintahkan menuntut ilmu itu tidak ada batasnya? Usia boleh maksi tapi ilmu tetap harus merasa mini. Semakin banyak tahu justru semakin apa yang kita tahu itu belum lah ada apa-apanya.

Bukan untuk menambah nilai atau kualifikasi, tapi semata-mata untuk mempermudah pertanggungjawaban waktu yang dimiliki kelak dihadapan Nya.

Mau jawab apa kalau ditanya kau pergunakan untuk apa waktumu selama di dunia?

 

12 thoughts on “Menulis Buku Anak dan Menjahit”

  1. Wah keren tuh mbak menulis buku anak. Secara sekarang literasi di anak-anak masih rendah karena kebanyakan main gadget hehehe. Harus bersaing juga gadget agar mereka senang baca dengan adanya buku buku anak yang bagus dan berkualitas. Semoga berhasil!

    Reply
  2. Bener teh..gak ada alasan untuk gak belajar meski umur kita gak muda lagi..justru dngan banyak kegiatan kita jadi gak mudah pikun. Semoga kita tetap jadi manusia2 pembelajar dan menelurkan karya

    Reply
  3. Temen-temenku dulu suka pada iri ngeliat aku pake seragam yang dijahit sama Ibu sendiri tapi sekarang mah boro-boro jahit seragam, jahit lurus juga masih mletat-mletot.. Ajarin ya Teh ntar kalo Teh Okti sudah ngejahit lagi.

    Reply
  4. Belajar nggak mengenal usia ya mba. Aku juga usia sudah tuwir gini baru belajar nyetir. Semangaaat belajar jahitnya mba, seneng kalo liat teman2 pada pinter jahit2 sendiri. Aku mah nyerah deh kalo soal jahit menjahit hehehe

    Reply
  5. Tingkat baca di Indonesia itu sangt rendah. Jadi pr bagi semua kalangan untuk menambah mint baca kita. Buku anak bisa jadi salah satu cara untuk membuat anak-anak lebih tertarik untuk baca buku dibandingkan main gadget.

    Reply

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics