Film Dokumenter

Film Dokumenter, Enggak Sekeren Drakor?

Rizal mengatakan ia gak bisa menemani kami ke Kaffee Kolong yang sangat hits di Kota Jember karena masih harus mengambil syuting beberapa adegan lagi.

Ia mengirim foto yang saya sendiri tidak tahu maksud atau artinya. Dan foto itu yang akhirnya jadi bahan diskusi keesokan paginya, ketika semalam kami pulang dan menginap di rumah Rizal selama di berada di kota padhalungan ini.

Foto yang dikirim Rizal

Rizal adalah anggota Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Jember. Saya dan keluarga dipertemukan karena Sama-sama ikut acara Waton Parade 2019 yang diselenggarakan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Jember.

Rizal lulusan sebuah universitas di kotanya dengan jurusan multimedia. Kini sudah bekerja di stasiun televisi. Di samping itu ia hobi membuat film dokumenter. Nah dari sini saya banyak informasi terkait film dokumenter. Apalagi sejak awal saya ada niat mau memperdalam ilmu membuat video. Ngevlog. Hihihi. Jadi pengen mengorek banyak, menyerap ilmunya…

Jadi seperti bisa kita lihat definisi film dokumenter yang ada di internet, kalau film dokumenter adalah film yang mendokumentasikan cerita dari sebuah kisah nyata. Jadi syuting kejadian apa adanya.

Di Perancis istilah dokumenter ini disematkan pada semua film non fiksi, seperti film yang menceritakan perjalanan, mengenai pendidikan, biografi dan sejenisnya.

Rizal yang suka bikin video bilang ia menyenangi membuat film dokumenter karena anggaran biasanya jauh lebih terjangkau dibanding syuting video lain yang aneh-aneh. Jadi kalau film dokumenter masuk bioskop bisa jadi untungnya lebih besar.

Meski jarang masuk bioskop, penggemar film dokumenter tidak usah khawatir karena saat ini banyak film dokumenter yang bisa kita lihat melalui DVD. Selain Rizal, mungkin ada banyak sineas dokumenter lain yang karena itu mempertahankan gaya dan hobinya.

Acara talk show di televisi termasuk film dokumenter. Meski pada kenyataannya saat ini banyak acara talk show yang dibuat-buat alias fiktif. Ada juga film dokumenter yang dibuat sebagai ajang promosi. Cocoknya disebut film iklan kali ya daripada disebut film dokumenter klasik, hehehe.

Susah gak sih membuat film dokumenter? Bisa iya bagi yang idealis, bisa enggak kalau menjalaninya mengalir bagaikan air. Ciee…

Maksudnya, kamana sekarang kan apa-apa bisa kita rekam. Bisa kita buat videonya. Gadget digital perekam modern pun banyak bermunculan. Modal smartphone saja, kita sudah bisa bikin video. Editing pun tidak harus pakai sistem editing terkomputerisasi karena dengan aplikasi saja, yang gratisan pula, kita sudah bisa mempelajarinya. Ini yang sudah memberi peran besar bagi para pembuat film atau para sineas dokumenter untuk terus berkarya dan berlatih.

Selain film dokumenter, lebih kesini muncul lagi istilah Dokudrama. Mengutip dari Wikipedia sih Dokudrama adalah genre dokumenter di mana pada beberapa bagian film disutradarai atau diatur terlebih dahulu dengan perencanaan yang detail. Jadi Dokudrama ini hadir sebagai solusi dari permasalahan mendasar film dokumenter, yakni untuk memfilmkan peristiwa yang sudah ataupun belum pernah terjadi.

Ada yang bilang karena saking “apa adanya” banyak film dokumenter yang tidak lolos pada Lembaga Sensor Film. Jika demikian tentu saja filmnya ga bisa naik ke bioskop. Tapi jaman internet serba canggih seperti sekarang, apa sih yang tidak bisa? Segala sesuatu jadi mudah kita cari termasuk video film.

Film dokumenter saat ini banyak digunakan sebagai alat kritik sosial. Kondisi lingkungan sekitar yang diabadikan dalam rekaman video bisa jadi sebuah film dokumenter yang menarik. Kasus korupsi, kesenjangan dunia pendidikan di kota dan desa, ataupun terhadap cara kerja lembaga negara seperti DPR, MPR, KPK, MA, dan sebagainya.

 

Film dokumenter sangat erat kaitannya dengan kehidupan keseharian. Kita mungkin mengklaim penyuka drakor, penyuka telenovela, atau penyuka film jenis lain. Tapi jangan lupa, blogger yang saat ini merangkap jadi vlogger itu sebenarnya banyak membuat dan ikut terjun dalam pembuatan film dokumenter, lho!

Rekaman perjalanan atau yang biasa kita kenal dengan sebutan traveling, para travel blogger nih biasanya yang suka mengabadikan perjalanan dalam video itu adalah termasuk membuat film dokumenter. Saya beserta peserta Pawai Waton Parade semua bikin vlog tentang kemeriahan festival pegon, mengangkat tentang apa saja keunikan serta budaya yang ada di balik kemewahan parade itu. Termasuk mengulik sisi keindahan tempat wisata pantai Watu Ulo, pantai Pasir Putih Manikam (Papuma), semua itu yang dibuat adalah termasuk film dokumenter. Oalah…

Orang boleh mengklaim lebih suka drakor daripada film dokumenter. Tapi jangan lupa, merekam kegiatan anak yang suka dilakukan para orangtua jaman now, itu juga adalah film dokumenter.

Masih banyak yang harus saya gali terkait ilmu dan wawasan tentang film dokumenter. Saya harus ketemu Rizal lagi, nih. Ahayyy… Modus biar bisa ikut acara di Jember lagi nih, Agustus besok.

20 thoughts on “Film Dokumenter”

  1. Kalau mendengar kata film dokumenter langsung deh kebayang film yang kesannya “kaku” dan nggak asyik kecuali bagi orang-orang yang memang suka dengan jenis film ini. Tapi sebaliknya menyimpan informasi yang luar biasa termasuk kegiatan harian bersama keluarga

    Reply
  2. Film dokumenter sekarang banyak yang bagus. Tapi, dari dulu juga saya suka film dokumenter karena berkaitan dengan kisah nyata. Salah satunya di Nat Geo banyak film dokumenter yang keren

    Reply
  3. Wah film dokumenter itu favorit suami. Selain suka buku autobiografi, beliau juga suka film dokumenter. Katanya sih asik, bikin gampang belajar sejarah juga biasanya yaaa

    Reply
  4. Jadi lebih ngeh tentang film dokumenter setelah baca postingan Mbak ini. Jadi video yang merekan jejak keseharian kita itu atau biasa yang ditayangkan di chanel youtube itu termasuk film dokumenter ya Mbak

    Reply
  5. Hehehe, kalo dibilang gak sekeren drakor ya enggak juga. Banyak kok yang digarap dengan serius. Kayak yang dilombakan di piala apa gitu. Aku pernah nonton. Dan keren-keren. Salut deh dengan kreativitas sineasnya. Dengan budget terbatas tapi bisa ngasilin film bagus. Kalo drakor sih emang pasti budget besar, da buat kepentingan komersil.

    Reply
  6. Kalo film film eagle award masuk kategori film dokumenter juga kan yak.. film dokumenter tuh bukan cuma menghbur tapi juga menambah pengetahuan

    Reply
  7. Wah penasaran aku dokudrama yg kyk apa? Dokumenter tapi pakai percakapan2 gtu ya mbak?
    Aku suka dokumenter yg biasanya di Nat Geo gtu memberi banyak info

    Reply
  8. Aku makin paham maksud film dokumenter deh, tapi aku ternyata belum pernah nonton loh. Nah kalau yang rekaman sendiri bisa dibilang dokumenter gak?

    Reply
  9. Film Dokumenter saat ini sudah menunjukan kualitas dan tidak sedikit yang mengukir prestasi hingga akhirnya dilirik pH dan jadi film layar lebar. Keren di negeri ini sebenernya banyak banget talent yang memadai

    Reply
  10. Pingback: Riverdale

Leave a Reply to Yanti Cancel reply

Verified by ExactMetrics