Kurangi Sampah dan Kembalikan Nutrisi Tanah dengan Mengompos

Sekecil apapun, kebaikan harus kita sampaikan, bukan? Seperti beberapa point penting dari programnya Program Zero Waste Cities berikut yang saya dapat dati highlight-nya di bulan Mei 2022

“Hatur nuhun Teh Anil, informasinya yang selalu rutin dikirim ..”

Jadi masalah pemisahan sampah masih terus ditekankan dan didorong oleh Zero Waste Cities di Kota dan atau Kabupaten dampingan. Hal itu sangat diyakini karena jika pemisahan sampah sejak awal sudah dilakukan, sampah-sampah akan bertambah nilai manfaatnya dan akan lebih mudah lagi untuk diolah kembali, khususnya sampah organik.

Sampah organik yang sudah terpisah dari sampah lainnya itu kemudian dikumpulkan. Di Zero Waste Cities, beberapa kelurahan menyediakan fasilitas pengolahan sampah organik yang dapat dimanfaatkan oleh petugas sampah maupun warga sekitar. Ada berbagai macam jenis pengolahan sampah organik. Satu diantaranya yang paling mudah dilakukan adalah dengan menggunakan lubang pengomposan.

Kelurahan atau lingkungan RW maupun masyarakat terkecil lingkungan RT yang melakukan pengomposan di kawasannya telah banyak berkontribusi dalam upaya-upaya perbaikan lingkungan, diantaranya karena sebagai berikut :

  • Mengurangi sampah yang dibakar dan dibuang ke TPA
  • Mengurangi emisi metana dan meningkatkan kesehatan tanah
  • Kompos akan berfungsi sebagai bank karbon dalam mitigasi perubahan iklim
  • Konservasi air tanah

Semakin banyak kelurahan/RW/RT yang menerapkan sistem pemisahan sampah dan pengumpulan sampah terpilah, serta melakukan pengomposan di wilayahnya, akan semakin banyak lagi jumlah pengurangan sampah, sehingga dampaknya akan dirasakan secara luas.

Penerapan sistem pemisahan sampah sejak dari sumbernya pada kenyataannya memerlukan kerja sama dari berbagai pihak. Seperti yang tertera pada UU Nomor 18 Tahun 2008, setiap orang wajib mengurangi dan menangani sampah dengan cara yang berwawasan lingkungan.

Kompos sampah organik merupakan salah satu cara yang kita ketahui bersama sebagai cara yang paling ramah lingkungan untuk mengurangi sampah. Cukup kita pilah langsung saat menyiangi sayuran atau buah-buahan. Bukankah cara demikian itu sangat sederhana tapi lebih cepat dan praktis?

Jika warga sudah memisah sampahnya dan mengompos, lalu apa yang seharusnya dilakukan pemerintah untuk mendukung hal tersebut?

Kita tidak usah memikirkan peran pemerintah lah, ya. Jika benar kita peduli akan lingkungan atau persampahan, segera lakukan hal terkecil mulai dari diri sendiri dan lingkungan terdekat saja sekarang juga. Artinya, jangan sibuk mikirin orang lalu kita lupa apa yang harus kita lakukan.

Dengan membiasakan mulai dari diri sendiri, keluarga sendiri, lalu tetangga dekat, saudara, hingga akhirnya menyeluruh, rasanya tidak mustahil masalah pemilahan sampah ini akan terorganisir dengan baik, tanpa harus menanti program dari pemerintah. Bukankah kebersihan dan kenyamanan akan sampah digalakkan atau tidak itu memang sudah seharusnya kita lakukan?

Memang ada pepatah kuat dalam ajaran Islam, yang menyatakan kebersihan itu sebagian daripada iman. Anak SD tahun 80-an pasti sering baca tulisan tersebut ditempel di dinding kelas, madrasah dan sebagainya. Tapi saya rasa semua agama juga mengajarkan kalau kebersihan itu sepatutnya kita jaga, bukan?

Yuk, dukung pemilahan sampah mulai dari rumah. Karena dengan memilah sampah sejak awal, secara tidak langsung kita sudah mendukung penghentian kepunahan keanekaragaman hayati, lho!

STOP KEPUNAHAN KEANEKARAGAMAN HAYATI SEKARANG JUGA!

Tahukah kalau miliaran spesies sebagai makhluk yang hidup, hadir mewarnai keanekaragaman hayati di dunia ini? Baik yang ada di daratan maupun di lautan, semua memiliki hak untuk hidup berdampingan.

Namun, hal itu kini terganggu dengan hadirnya sampah-sampah yang mencemari lingkungan kita. Sampah-sampah yang terabaikan di lingkungan mengganggu kehidupan dan ekosistem makhluk yang hidup di dalamnya. Makhluk hidup seperti hewan harus ikut menderita akibat sampah-sampah yang dihasilkan oleh manusia yang kurang bertanggungjawab. Akibatnya, banyak hewan dan tumbuhan yang mati dan di ambang kepunahan karenanya.

Nah, kepunahan tersebut bisa kita hentikan dari sekarang. Caranya dapat dimulai dari pemisahan sampah sejak dari rumah dan pengelolaan sampah yang berkelanjutan. Cara ini dapat mencegah kerusakan lingkungan oleh sampah.

Jadi, mari kita pisahkan sampah sejak dari rumah dan kelola sampah kita secara bertanggungjawab!

Buat teman-teman yang mau terus mengikuti perkembangan terbaru Zero Waste Cities bisa akses melalui :

  • Instagram YPBB: @ypbbbandung
  • Fanpage YPBB: YPBB Bandung
  • Twitter YPBB: @ypbbbdg
  • Website : ypbb.web.id

Baca juga dong kisah seru terkait lingkungan ini:

23 thoughts on “Kurangi Sampah dan Kembalikan Nutrisi Tanah dengan Mengompos”

  1. Semua dimulai dari diri sendiri, keluarga lalu masyarakat luas soal meminimalisasi sampah. Pisahkan sampah dari sumbernya, jenisnya dan manfaatnya agar sampah2 yang menggunung bisa dikurangi dan dikendalikan. Bagus sekali kalau kita bisa membuat pupuk kompos sendiri. Semoga jumlah Zero Waste Cities meningkat ya dan tidak ada lagi persoalan sampah aamiin.

    Reply
  2. Bandung bisa jadi icon untuk daerah lain dalam kegiatan mengompos sampah. Kegiatan mengompos sudah banyak juga nih ya dilakukan di Kampus-Kampus besar di Indonesia, jadi gak cuma di tingkat desa/kelurahan.

    Contohnya di kampus saya Universitas Lampung, kegiatan mengompos dilakukan oleh mahasiswa dari unit kegiatan mahasiswa yang berbasis lingkungan hidup dengan bekerjasama dengan pihak rektorat. Hasilnya keren banget, sampah dedaunan yang sudah dipisahkan dari sampah anorganik bisa jadi kompos dengan cara difermentasi pake alat pengompos. Keren sih memang ini mah.

    Reply
  3. Aku sudah lama mbak memilah sampah organik dan organik. Sampah sayuran dan sampah daun kering aku buat kompos. Bahkan sampah pempers (Gel diapers) setelah dibersihkan dan difermentasi dengan mikroorganisme lokal selama 14 hari baru bisa dijadikan campuran media tanam bersama tanah dan sekam.

    Reply
  4. Penting banget ya memilah-milah sampah… Terutama sampah organik agar bisa diolah menjadi kompos. Tidak semua orang bisa melakukan pemilahan sampah ini. Dibutuhkan kesadaran akan pentingnya menyayangi bumi. Salah satu upaya meningkatkan kesadaran masyarakat yaitu dengan edukasi semacam ini. TFS ya kak…

    Reply
  5. Dimulai dari rumah sendiri untuk memilah sampah, sehingga dapat mempermudah pengambilan sampah untuk bisa dijadikan compos tanaman, dulu aku juga pernah belajar ngompos kak, di daerah tanjung priok namanya kampung warna-warni

    Reply
  6. Sampah harus mulai di atur jangan sampai bumi kita nanti seperti film wall e . Lebih ke kesadaran diri sendiri .. Yuk buat dunia lebih baik untuk anak cucu kita

    Reply
  7. Benar banget Teh, dimulai dari sendiri dan ditularkan pada lingkungan terdekat.
    Sampah organik dari rumah tangga seharusnya memang bisa dimanfaatkan lagi menjadi kompos dan digunakan sebagai media tanam dan pupuk. Sampah berkurang, lingkungan pun hijau.

    Reply
  8. Bener banget Teh Okti. Program keberlanjutan seperti ini tuh harus dimulai dari lingkungan kecil. Lingkungan keluarga. Mulai rutin dan konsisten memisahkan jenis sampah inshaAllah akan jadi salah satu titik bermanfaat untuk kesejahteraan lingkungan. Di kompleks saya alhamdulillah sosialisasi program ini sudah mulai dan terus didengungkan. Pengumpulan sampah pun sudah diorganisir sedemikian rupa agar program yang dicanangkan bisa berjalan sesuai rencana.

    Reply
    • Hayuuk semangat menerapkannya.
      Walau memang mungkin sulit, tapi tekad untuk kontinu melakukannya harus dikuatkan

      Reply
  9. betul Teh Okti, setiap agama mengajarkan kebersihan

    Alhamdulilah sekarang banyak ustaz yang peduli pengelolaan sampah

    jadi gak sekadar buang sampah pada tempatnya

    Reply
  10. Ah iya, kalau semu orang mengolah sampah organiknya sendiri untuk jadi kompos, pasti TPA jadi lebih sepi ya teh
    Bagus juga buat kelanjutan keanekaragaman hayati

    Reply
  11. Peduli lingkungan bisa di mulaj dari lingkup rumah tangga yakni dengan pemilahan sampah baik organik maupun non organik. edukasi ini belum merata di masyarakat dan perlu di giatkan agar masyarakat semakin memahami betapa pentingnya menyelamatkan hayati dari kepunahan

    Reply
  12. Di Indonesia ini edukasi ttg sampah masih kurang sih. Ketimbang negara sebelah yg udah wajib banget memilah sampah. Malah kadang di rumah dah dipilah, ke TPAnya disatukan. Program ini butuh bgt kerjasama banyak pihak sih baik pemerintah hingga masyarakat 🙂 terutama ngompos, ga semua paham dan mau krena kadang jijik juga hihihi . Tp harus diusahakan demi bumi di masa depan.

    Reply
  13. Di Indonesia ini edukasi ttg sampah masih kurang sih. Ketimbang negara sebelah yg udah wajib banget memilah sampah. Malah kadang di rumah dah dipilah, ke TPAnya disatukan. Program ini butuh bgt kerjasama banyak pihak sih baik pemerintah hingga masyarakat 🙂 terutama ngompos, ga semua paham dan mau krena kadang jijik juga hihihi . Tp harus diusahakan demi bumi di masa depan ank cucu

    Reply
  14. Tidak banyak yang peduli akan lingkungan termasuk sampah. Terlebih kagi pemilihan sampah seperti ini. Kadang kita udah mulai dari diri sendiri, namun jika lingkungan tidak menyadari rasanya lelah sendiri. Yang seperti ini memang perlu adanya gerakan dari masyarakat, pemerintah atau suatu komunitas biar sama – sama pandai untuk memilah sampah.

    Reply
  15. Wah hebat mbak, udah mulai mengompos. Daku baru tahap milah sampah, mengolah sisa makanan, mengurangi pemakaian plastik sekali pakai, mengurangi energi listrik. Untung di tempat saya tukang sampahnya sudah diedukasi milah sampah

    Reply
  16. wah hebat ada program pengomposan. edukasi kayak gini juga bisa membantu rumah tangga supaya lebih aware sama sampah. di daerahku juga sudah mulai ada bank sampah digital, jadi sampah-sampah dipilah dan diberikan ke bank sampah terdekat untuk ditukar gitu, jadi bayar pajak rumah pakai sampah.

    Reply
  17. Pingback: tudavam.ru
  18. Setujuuu…lakukan hal terkecil mulai dari diri sendiri dan lingkungan terdekat sekarang juga, termasuk mengurangi sampah dan memilahnya. Alhamdulilah saya selalu bawa tas belanja pakai ulang, bawa wadah makanan sendiri kalau beli dari penjual di depan/dekat rumah, memiliah sampah, setor minyak jelantah ke PKK kelurahan…dan kegiatan lain yang sederhana dan rumahan sifatnya tapi percaya kalau semua orang melakukan akan besar dampaknya

    Reply

Leave a Reply to Ismayanti Afrina Putri Cancel reply

Verified by ExactMetrics