Melihat Puluhan Ribu Bendera Merah Putih di Museum Linggarjati, Gedung Bersejarah Perjuangan Diplomatik Indonesia

Melihat Puluhan Ribu Bendera Merah Putih di Museum Linggarjati, Gedung Bersejarah Perjuangan Diplomatik Indonesia

Tidak sengaja mau ke Museum Linggarjati, Gedung Bersejarah Perjuangan Diplomatik Indonesia, karena sebelumnya kami niatnya mau mendaki Gunung Ciremai melalui jalur Linggasana, Cilimus, Kuningan.

Tapi ketika kami sampai di basecamp Linggasana, yang kebetulan jalan menuju ke sana melewati Museum Linggarjati, Gedung Bersejarah Perjuangan Diplomatik Indonesia, kami melihat buannnyaaak sekali bendera merah putih dikibarkan. Kalau cuma puluhan sampai ratusan tiang, mungkin itu biasa. Apalagi saat kami mau mendaki itu waktunya bertepatan dengan Hari Kemerdekaan alias Hari Proklamasi, 17 Agustus.

Puluhan ribu bendera di halaman museum linggarjati. Latar Ciremai yang baru saja kami daki bertepatan dengan hari Proklamasi

Pak Suparta sang ranger sekaligus panitia pendakian yang juga warga asli Linggasana menginformasikan kalau tahun ini di Museum Linggarjati, Gedung Bersejarah Perjuangan Diplomatik Indonesia memang sedang ada perayaan Gebyar 10001 Merah Putih III.

Dikibarkannya tidak tanggung-tanggung sebanyak puluhan ribu buah bendera merah putih! Wow! Pantas saja banyak sekali bendera. Mulai dari pagar besi di pinggir jalan, sampai di halaman dan sisi gedung yang luasnya berkali-kali lapangan sepak bola.

Keesokan harinya ketika mau mendaki Gunung Ciremai kami kembali melewati Museum Linggarjati, Gedung Bersejarah Perjuangan Diplomatik Indonesia. Fahmi senang melihatnya karena banyak banget bendera. Akhirnya kami berencana lusa sepulangnya dari Ciremai sebelum kembali ke Cianjur akan mampir dulu ke Museum Linggarjati, Gedung Bersejarah Perjuangan Diplomatik Indonesia ini.

Tanggal 18 Agustus 2018 akhirnya kami kesampaian juga masuk Museum Linggarjati, Gedung Bersejarah Perjuangan Diplomatik Indonesia. Tidak hanya saya dan anak serta suami, tapi juga beberapa teman pendaki lain yang sudah turun bareng (sebagian banyak masih dalam perjalanan turun Ciremai).

Tiket masuk Museum Linggarjati, Gedung Bersejarah Perjuangan Diplomatik Indonesia cukup murah, hanya Rp. 3000 per orang. Kami disambut oleh para petugas yang mengenakan seragam putih, seragam ala jaman penjajahan dulu gitu lah.

Petugas sekaligus guide Museum Linggarjati, Gedung Bersejarah Perjuangan Diplomatik Indonesia ini dengan ramah menjelaskan sejarah berdiri nya Museum Linggarjati, termasuk sejarah perjuangan diplomatik Indonesia saat itu yang terkenal dengan Perundingan Linggarjati.

Gedung Museum Linggarjati, Gedung Bersejarah Perjuangan Diplomatik Indonesia dulunya hanya gubuk yang dibangun tahun 1918 oleh seorang ibu bernama Jasitem. Bangunan ini kemudian menjadi saksi sejarah perundingan yang menentukan nasib bangsa Indonesia. Museum Linggarjati dulu dijadikan tempat perundingan wakil Indonesia dan Belanda.

Museum Linggarjati, Gedung Bersejarah Perjuangan Diplomatik Indonesia berada di Desa Linggarjati, Kecamatan Cilimus bagian timur Kota Kuningan. Pada masa kolonial, gedung ini sempat menjadi markas tentara. Kemudian diubah fungsi lagi menjadi Sekolah Dasar dan pernah juga menjadi hotel.

Setelah Indonesia merdeka, tepatnya November tahun 1946 gedung ini digunakan sebagai tempat Perundingan Linggarjati. Perundingan yang berperan penting dalam usaha menciptakan kemerdekaan Indonesia sepenuhnya. Museum Linggarjati, Gedung Bersejarah Perjuangan Diplomatik Indonesia diresmikan sebagai museum pada tahun 1976.

Kisah perjuangan diplomatik para pendiri bangsa diketuai oleh Sutan Syahrir, Soesanto, Tirtoprodjo, Mr. Mohammad Roem, dan Dr. A. K Gani sebagai delegasi Indonesia. Berunding dengan Prof. Mr. Schrmerhorn, Dr. F. De Boer, Mr. Van Poll, Dr. Van Mook, sebagai delegasi Belanda dan sebagai penengah atau mediator adalah diplomat dari Inggris bernama Lord Killearn.

Masuk ke dalam museum, Fahmi senang sekali melihat banyak maket perundingan. Fahmi kira maket itu mainan seperti lego yang bisa dibongkar pasang. Sementara Fahmi asyik melihat maket yang berjejer dalam lemari kaca, saya dan suami juga pengunjung lain terus memperhatikan sekitar. Kami seolah dibawa ke dalam dunia saat itu. Napak tilas diplomatik para pendiri bangsa untuk mencapai kemerdekaan.

Di dalam ruangan masih ada meja dan kursi perundingan, berbagai dokumentasi, diorama, benda-benda peninggalan seperti tempat tidur dan perabot lain. Naskah perjanjian Linggarjati juga masih ada.

Mengutip keterangan di Museum Linggarjati, Gedung Bersejarah Perjuangan Diplomatik Indonesia, perundingan Linggarjati diadakan pada 10-12 November 1946. Sebagai cara pemerintah mengusir Belanda dengan jalur hukum. Dimana dalam perundingan tersebut menghasilkan tiga isi pokok perundingan.

Isi pertama, Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan yang meliputi Sumatera, Jawa, dan Madura, paling lambat Belanda harus meninggalkan daerah de facto 1 Januari 1949.

Kedua, Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk negara Indonesia Serikat dengan nama Republik Indonesia Serikat yang salah satu negara bagiannya adalah Republik Indonesia.

Ketiga, Republik Indonesia Serikat dan Belanda akan membentuk Indonesia Belanda dengan Ratu Belanda sebagai ketuanya.

Hasil perundingan ini lalu menghasilkan naskah pesetujuan Linggarjati atau lebih dikenal dengan Perjajian Linggarjati yang disepakati di Jakarta pada 15 November 1946.

Perlu penelusuran lebih jauh kalau mau dihubungkan dengan kondisi negara kita sampai saat ini. Terlebih gelagat Fahmi yang seperti mulai bosan merengek mengajak mengitari ruangan lain konsentrasi saya pun buyar.

Main di halaman museum yang luas, banyak pohon besar membuat halaman terasa rindang. Di bagian bawah dekat tangga terdapat monumen yang bertuliskan isi pokok hasil perundingan.

Gebyar 10001 Merah Putih III

Ada juga batu hitam dengan ukiran lima pilar masyarakat Indonesia dibangun di atas monumen. Kelima pilar tersebut antara lain, petani, pemuka agama, wanita, tentara, dan pemuda yang saling berangkulan. Katanya itu wujud kekuatan utama bangsa Indonesia yang teguh membela kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi.

Hari semakin siang, banyak berdatangan rombongan anak sekolah yang tidak hanya pelajar SD atau lanjutan, tetapi anka TK/PAUD pun banyak yang datang. Mereka dikawal gurunya masing-maaing belajar dan bermain di halaman museum.

Selama ini seingat saya Fahmi baru tiga kali melihat museum besar. Museum Linggarjati, Gedung Bersejarah Perjuangan Diplomatik Indonesia, Museum Geologi di dekat Gasibu Bandung dan Museum Tani Macakal di Pokland, Haurwangi Cianjur.

12 thoughts on “Melihat Puluhan Ribu Bendera Merah Putih di Museum Linggarjati, Gedung Bersejarah Perjuangan Diplomatik Indonesia”

  1. Saya suka jalan-jalan ke museum, apalagi yang bergaya bangunan Eropa, bisa seharian ^^ belum pernah berkunjung ke museum di Bandung nih teh

    Reply
  2. Aku suka banget sama foto bangunan museum dari kejauhan, rumahnya vintage banget. Btw, Teteh sekeluarga ikut pendakian kah ? Fahmi beruntung sekali punya orang tua yang banyak mengenalkan cerita, informasi dan bangunan sejarah sedari dia kecil.

    Reply
  3. Wah, aku 2x mendaki CEremai tapi belum mampir ke sini. Ternyata dalamnya oke banget ya.

    Terus aku tertarik dengan lima pilar: petani, pemuka agama, wanita, tentara, dan pemuda yang saling berangkulan. Ko aku baru dengar ini ya? Mungkin aku kurang banyak baca buku 🙂

    Reply

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics