Menanam Warisan

Masih mikir, Yuni yang mana ya? Ketika Sifa, anak tetangga yang sekarang kuliah semester dua di Bandung pulang kampung dan menyampaikan salam, katanya dari Yuni yang sekarang tinggal di Cilawu Garut.

Sifa menjelaskan, dulu Yuni dan keluarganya ngontrak rumah di belakang rumah saya. Sejak kepindahannya ke Pagelaran waktu ia kelas dua SD hingga lulus dan melanjutkan ke SMP ia mengaji di rumah.

Oh, ya. Saya baru ingat, Yuni yang neneknya meninggal dan adiknya bernama Hasbi?

Sifa tersenyum memperlihatkan binar matanya. “Betul Bu. Yuni itu. Yang masih saudara jauhnya Muiz kakaknya si Kembar.” Ucapnya bahagia ketika akhirnya saya ingat akan Yuni mana yang dimaksud…

Senang aja ketika Sifa bercerita kalau ia sempat hilang kontak juga dengan Yuni setelah kepindahannya ke Garut. Namun ketika lulus sekolah menengah atas, tanpa sengaja ternyata mereka bertemu dan mengalirkan cerita-cerita itu…

Katanya Yuni titip salam buat Pak Iwan dan Ibu, juga Dedek Fahmi. Yuni juga mengucap terima kasih, berkat ajaran di pondok mengaji ketika di Pagelaran, saat SMP di Garut, ia ikut lomba yang bertemakan keagamaan, khususnya terkait ilmu fiqih dan tauhid dan Alhamdulillah katanya beberapa kali Yuni menang, keluar sebagai juara. Ilmu yang diajarkan di pondok mengaji yang banyak keluar sebagai soal-soal yang ditanyakan dalam perlombaan yang diikuti Yuni.

Menanam Warisan

Kabar itu tentu saja sangat membahagiakan kami. Setidaknya apa yang sudah kami ajarkan, ada manfaat dan bisa diamalkan oleh anak-anak. Meski kami akui, sebenarnya memang pribadi Yuni nya aja yang di atas rata-rata. Yuni memang terlihat lebih cepat menerima pelajaran, lebih cepat hafal dengan daya ingat yang di atas teman-teman satu angkatannya.

Yuni dalam foto yang sempat saya upload di Instagram berjilbab putih, di samping saya, bersama anak mengaji lainnya

Secara kalau diingat lagi, materi di pondok mengaji sebenarnya itu-itu saja. Semua berdasarkan kitab kuning yang sebelumnya kami pelajari dari para guru-guru kami.

Tapi bisa dilihat, mana santri yang benar-benar mampu menerima dan menyerap ilmunya, dan mana yang hanya masuk telinga kiri lanjut keluar lagi melalui telinga kanan.

Bukan mau membandingkan, karena semua santri juga istimewa. Setiap anak itu pasti memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing, bukan? Toh selama ini dalam memberikan materi juga kami sudah berusaha semaksimal mungkin agar setiap anak bisa mengerti dan terutama bisa mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai guru ngaji, jujur yang kami inginkan adalah kemanfaatan dari apa yang bisa kami sampaikan. Ingin kelak anak-anak memiliki kemampuan untuk melakukan semua amal ibadah disertai dengan syarat dan rukunnya sehingga bisa diterima hukumnya menurut agama (syara’).

Menanam Warisan

Secara kasarnya, kami ini tak punya harta dan kekayaan, apalah yang bisa kami wariskan kepada generasi kami kelak dengan kondisi kehidupan serba pas-pasan ini?

Namun mungkin Tuhan punya cara lain. Secara turun temurun, suami dan orang tuanya dulu dipercaya masyarakat kampung menjadi tempat anak-anak belajar mengaji.

Kami menerima bukan berarti merasa kami bisa dan mumpuni dengan ilmunya. Tapi kami niatkan justru supaya bisa sama-sama belajar. Bisa mengamalkan apa yang sudah kami pelajari sehingga bisa lebih bermanfaat dan menjadikan kebaikan kelak

Taruhlah anak yang awalnya belum bisa baca ta’awudz,  A’uudzubillaahi minasy syaithaanir rajiim (Saya berlindung diri kepada Allah dari godaan setan yang terkutuk). Karena di sini dibaca terus-menerus secara bersama-sama maka lama kelamaan anak menjadi hafal dan paham baik cara pengucapan, panjang pondoknya harkat, maupun artinya dan kapan waktu yang tepat untuk membaca nya.

Bukankah itu adalah sebuah kebaikan yang pahalanya akan terus mengalir jika sampai kelak anak itu dewasa, tua hingga meninggal dunia masih mengucap kalimat yang dipelajarinya dari sini?

Belum lagi jika anak tersebut bisa mengamalkan ilmu ilmu lainnya yang lebih banyak manfaatnya, betapa bahagianya siapa pun yang menjadi sumber ilmunya itu berasal, bukan?

Menanam Warisan

Tak mau muluk-muluk jika ditanya legacy apa yang ingin kami bangun sebagai proses menjadikan hidup lebih bermanfaat. Tapi setidaknya, jika kita mengajarkan (walau sedikit saja) kebaikan, insyaallah kelak kebaikan juga yang akan kita dapatkan.

Bukankah nanam padi hasilnya juga pasti padi? Belum pernah kan ada yang nanam padi panennya mentimun?

71 thoughts on “Menanam Warisan”

  1. Masya Allah , salut buat Teh Okti dan suami juga si soleh Fahmi. Setuju jika kita mengajarkan walau sedikit saja kebaikan, Insya Allah kelak kebaikan juga yang akan kita dapatkan. Semoga Allah selalu melancarkan urusan dan memberkahi pondok mengaji yang dijalankan saat ini.

    Reply
  2. Masya Allah, apa yang Mbak Okti tanamkan pada Yuni, Insya Allah terus akan menjadi kebaikan. karena pastinya, Yuni akan membagikan ilmu itu kepada orang lain. Pahala pu terus berjalan. seperti pepatah, tanam padi tumbuh padi, tanam jagung tumbuh jagung. Kalau menanam kebaikan, akan menjadi kebaikan juga.

    Reply
  3. keren bangeeet kak. setuju, memang sekecil apapun itu kalau yang kita ajarkan kebaikan pasti balasannya juga kebaikan. dan Allah sendiri sudah janjikan membalas kebaikan berkali lipat. semoga sehat selalu kak

    Reply
  4. Masya Allah. Justru ini warisan yang sangat bermanfaat dan pahala mengalir terus hingga hari kiamat. Kebaikan sekecil apapun itu, jangan sungkan untuk berbagi ya teh. The best!!

    Reply
  5. Keren sekali Teh Okti, menanam warisan yang sangat bermanfaat bagi orang lain. Walaupun tidak terlihat tapi warisan kebaikan yang Teh Okti tebarkan tentu sangat bermanfaat untuk sekitarnya dan selalu diingat oleh orang-orang seperti Yuni.

    Reply
  6. MasyaAllah. aku tuh iri lho teh sama orang-orang yang bisa menabung kebaikan kayak gini. Ngajar ngaji itu udah level atas banget buat aku. karena bener pahalanya akan terus mengalir sampai yang diajarkan dewasa, bahkan seumur hidupnya mereka.

    Huaah, sehat-sehat terus ya tek Okti sekeluarga, semoga bisa mengajar dan menanam warisan terus sampai akhir hayat sampai di surga bisa langsung melalui pintu mana saja

    Reply
  7. Barokallah teh Okti. Semoga semua kebaikan Teh Okti dan keluarga, Allah balas berkali lipat dengan keberkahan baik di dunia maupun akhirat kelak

    Reply
  8. Luar biasa Teh. Sebagai manusia yang belum menikah, saya memang belum kepikiran sampai pewarisan apapun. Namun kalau dipikir lekat-lekat, mewariskan hal-hal baik memang lebih baik untuk pengembangan akhlak anak-anak. Thanks for sharing 🙂

    Reply
  9. Ilmu adalah warisan tak ternilai harganya. Ilmu tidak hanya memberikan manfaat bagi yang kita ajari, namun bisa memberikan manfaat ke orang lain dengan perantara orang yang kita ajari. Semoga menjadi pahala jariyah yang terus mengalir deras mbak.

    Reply
  10. Benar sekali teh. Ilmu itu merupakan warisan. Bahkan salah satu amal yang tak akan terputus hingga kita tiada. Kalau satu anak yang kita ajar mengajarkan kepada anak lain. Maka warisan itu akan semakin banyak juga manfaat dan barokahnya. Insya Allah

    Reply
  11. Setuju Teh, tiap anak pasti punya keistimewaan ya. Apapun itu, tentunya jadi semangat untuk terus berbagi pengetahuan agama, yang bisa menjadi amal jariyah

    Reply
  12. Salut sekali dengan teh Okti dan keluarga yang tekun menanamkan kebaikan pada orang-orang. Tanpa berharap/pamrih pun, saya percaya akan hukum alam. Siapa menabur, dia akan menuai. Siapa menabur baik, dia juga akan menuai kebaikan. Memang sih kalau menanam padi, suka ada aja tumbuh rumput gulma. Namun, ketika tetap telaten menanam dan merawat, Pemilik dan Pencipta Tanaman pasti akan memberikan panen untuk kita.

    Reply
  13. Apapun yang baik pasti memiliki manfaat yang baik, dengan menanamkan ilmu juga penting banget. Apalagi kalau misalnya ia bisa memanfaatkan ilmu itu untuk bisa tumbuh dan berkembang sesuai dengan apa yang diimpikannya.

    Reply
  14. Setuju Teteh, warisan harta nantinya akan habis juga. Namun kalau warisan ilmu bukannya habis tapi bisa makin bertambah dan jadi pahala yang terus mengalir meski kita sudah gak ada lagi di dunia.
    Barakallah Teh, tetap semangat menyebarkan ilmu yang bermanfaat untuk orang lain

    Reply
    • Iya teh..
      Kebayang apa yang sudah diajarkan akan bermanfaat untuk anak didik dan dilakukan sepanjang hayat aja uda jadi ladang jariyyah, in syaa Allah.
      Warisan kebaikan yang terus bernilai di hadapan Allah.

      Reply
  15. Masya Allah Teh Okti, semoga kebaikan yang ditularkan kepada orang lain mendapat pahala dari Allah SWT. Mengajarkan anak2 mengaji, memberikan warisan yang justru jarang orang lain perhatikan, sungguh ini merupakan hal yang patut kita ikuti dan amalkan. Sehat2 terus ya supaya bisa terus menanam warisan ilmu agama aamiin.

    Reply
  16. MasyaAllah Tabarakallah. Sebuah legacy yg abadi dalam artian sebenarmya. Mengajarkan ilmu kan amal jariyah yang akan abadi dan ga berhenti pahalanya sepanjang diamalkan. Selalu kagum dan iri pd mrk yg memgabdikan waktunya untuk menanam legacy spt itu teh

    Reply
  17. belum pernah mbak, pasti jadinya padi.
    MasyaAllah emang ilmu yang bermanfaat itu adalah warisan terbaik dari apapun, bekal Yuni unk menjalani hidup kedepannya 🙂

    Reply
  18. Barakallah, Teh Okti.. semoga ilmu yang diberikan pada anak-anak ngaji jadi saksi kebaikan Teh Okti, jadi amal jariyah yang akan mengantarkan catatan hisab lebih berat di kanan.

    Semangat ya teh, insyaallah yang mengamalkan ilmunya di jalan Allah dapat berkah dan syafaat Rasulullah.

    Reply
  19. masya Allah teh, ini namanya amal jariyah. tabungan untuk di akhirat juga ya teh. seneng kalau baca cerita2 kayak gini. Insya allah kebaikan nanti berbuah kebaikan. semoga Yuni sukses juga ya dengan studinya. aamiin

    Reply
  20. Masya Allah. Renungan pagi pas baca ini. Apa yang kita tanam memang itulah yang kita tuai semangat mbak dalam mengajarkan kebaikan pada anak.

    Reply
    • Sama Kak, aku juga habis baca cerita Teh Okti ini seperti menjadi bahan renungan pagi. Warisan yang sangat bernilai harganya bukan harta tapi ilmu yang bermanfaat untuk sesama.

      Reply
  21. Dari judulnya ” Menanam Warisan ” saya kira seperti menanam pohon durian yang nantinya bisa diwariskan, ternyata lebih berharga dari pada itu. Iya betul, mengajar kebaikan sedikit atau banyak, nanti akan ada balasan kebaikan dari Allah.

    Reply
  22. Cerita sederhana yang bikin terharu. Sekecil apapun kebaikan kita. Akan terasa besar saat itu dirasakan oleh orang yang tepat. Hati jadi hangat dan lebih semangat menebar kebaikan lebih luas lagi.

    Reply
  23. Alhamdulillah, Teh Okti dan suami bisa melanjutkan apa yang dilakukan secara turun teurun oleh orang tua suami yang dipercaya masyarakat kampung menjadi tempat anak-anak belajar mengaji. Barakallah semoga dilancarkan dan dimudahkan urusan.

    Reply
  24. Warisan ilmu memang berharga sekali sih Mak. Apalagi ilmu agama ya. Kalau diwariskan terus menerus ke generasi berikutnya, InsyaAllah amalannya nggak akan terputus.

    Reply
  25. Menanam padi memang nggak akan berbuah mentimun, Teh. Tapi kalau buah semangka berdaun sirih … ada tuh … di lagu Broery Pesolima. Astagaaa…jadul amat referensi laguku :))

    Alhamdulillah, ikut bahagia, Teh. Mengamalkan ilmu dan kelak menjadi pahala jariyah juga menjadi keinginanku, walaupun ilmuku sangat cetek.

    Reply
  26. MasyaAllah BarakAllah mba sekeluarga.
    Makasih sharingnya mba karena mungkin kita sering lupa, kalau nilai kebaikan jg adalah warisan. Bahkan sudah disampaikan Rasulullah, kalau amal yg tidak terputus itu salah satunya ya ilmu bermanfaat.

    Reply
  27. Warisan baik begini yang ditanamkan tentu memberikan kebermanfaatan yah. Semakin diingat hal-hal yang dilakukan dengan baik pastinya menyenangkan sekali. MashaAllah kerennya Teh Okti, bisa jadi inspirasi buat semua nih.

    Reply
  28. MasyaAllah, benar-benar menanam warisan yang tak ternilai harganya itu Teh, ilmu yang bermanfaat apalagi sebagai guru mengaji.
    Kakek dan Nenekku juga dulu begitu, mengajar anak-anak di kampung mengaji, MasyaAllah sampai sekarang kalau ketemu anak-anak (yang tentunya juga sudah berumur) pasti yang dibahas kenangan-kenangan mereka waktu belajar mengaji sama Nenek dan Kakek.

    Reply
  29. Harta yang paling berharga adalah keluarga. Dari lagu ini kita tahu bahwa sesuatu yang layak menjadi warisan adalah mewarisi nilai kekeluargaan yang harmonis dan tentram. Ini bisa menjadi ilmu yang bermanfaat

    Reply
  30. Saya sudah lama sekali tidak membaca kisah-kisah hidup seperti ini. Dulunya sering membaca di perpus asrama sekolah dari buku-buku inspirasi. Membaca artikel “Menanam Warisan” menjadi suatu pengalaman nan sejuk bagi saya. Terima kasih ya kak.

    Reply
  31. MasyaAllah Teh.. Terharu baca ceritanya. Gak terasa benih ilmu dan kebaikan yang ditanam telah berbuah ya. Satu hal yang membahagiakan sekali ya. Mudah-mudahan saya pun bisa ikut jejaknya. Menanam benih ilmu atau kebaikan yang kelak bisa jadi ladang amal kebaikan dan pahala.

    Reply
  32. Ada kebanggaan tersendiri ya sebagai guru ketika ilmu yang kita ajarkan benar-benar diterapkan oleh siswa apalagi sampai menang di lomba seperti ini. Gurunya hebat, siswanya juga hebat. Setuju banget sama istilahnya “menanam warisan”

    Reply
  33. setuju banget, mbak. warisan itu tidak harus selalu harta malah kadang warisan harta itu lebih cepat habis ketimbang warisan lain seperti ilmu bermanfaat yang kita bagikan kepada orang lain

    Reply
  34. Jannah Legacy ini harus diteruskan. Pokoknya aku inget, soal petuah mbah maimoen ini: teruslah berbuat baik, karena kita gak tahu kebaikan mana yang mengantarkan kita masuk surga. Berharap terus bisa berbuat baik dan memberi kebermanfaatan buat sekitar

    Reply
  35. Ada teh yang nanam singkong panen jagung xixixi kidding teeeh.
    Seruju banget ilmu yang bermanfaat menurutku salah hal yang bisa ditinggalkan sebagai salah satu pemberat amal jariyah ketika di akhirat nanti.
    Paling seneng juga kalau ngajarin orang trus orangnya bener2 bisa praktikin ilmunya syukur2 juga dishare ke org lain ya.

    Reply
  36. Awalnya kaget loh mbak sama judulnya? Nanam warisan oh ternyata tentang ilmu agama mengaji di kampung.

    Mewariskan ilmu agama yang kita punya awalnya senang saja, cuma kendala godaa syaiton ini loh bikin langkah maju mundur

    Reply
  37. Masya Allah, Teh. Ikut senang baca ceritanya, dapat kabar baik dari seseorang yang lama tidak ditemui tuh memang sesuatu, ya. Semoga ilmu yang pernah diajarkan kepada anak-anak didiknya selalu bermanfaat dan bisa diteruskan kepada santri lainnya.

    Reply
  38. Sangat setuju dengan pandangannya! Menanam kebaikan seperti menanam padi, pastinya akan menghasilkan kebaikan pula. Mengajarkan nilai-nilai positif, walau hanya dalam sekecil apapun, dapat memberikan dampak yang besar pada kehidupan orang lain. Seperti pepatah yang mengatakan, “Seperti biji, begitulah hasilnya.”

    Reply
  39. Masya Allah kebayang rasa hari yang membuncah ketika jumpa dengan anak-anak yg dulu jadi murid kita sekarang sudah dewasa dan mereka msh ingat kita. Ini bagian dari rezeki dan syukur tak terhingga. Ilmu dan amal yg in sya Allah menjadi pahala yg terus mengalir. Aamiin..

    Reply

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics