Menerapkan Pendidikan Karakter Pada Anak Tidak Harus Membentak

Sering banget kita dengar atau baca, kalau katanya pendidikan karakter itu sebaiknya diterapkan sejak dini. Bahkan sejak janin masih dalam kandungan.

Atas pernyataan itu tidak jarang orang tua jadi begitu disiplin kepada anaknya, padahal si anak masih berusia balita.

Memang bagus sih, tapi harus ingat, tidak semua anak (balita) dapat menerima sistem pendidikan  secara tegas meskipun niatnya bagus, untuk kedisiplinan.

Banyak faktor yang ikut menentukan apakah anak balita cocok dengan sistem pendidikan tertentu, seperti ketegasan atau disiplin ini, atau tidak. Yang pasti, mendidik anak balita itu justru harus disertai banyak kasih dan sayang.

Termasuk ketika orang tua yang niatnya bersikap tegas kepada anak balita, tidak harus menerapkannya dengan membentak.

Dampak Jika Anak Sering Dibentak

Harus diperhatikan para orang tua jika membentak atau memarahi anak dapat berdampak traumatis jangka panjang pada perkembangan emosional dan psikologis anak.

Trauma seperti itu bisa mempengaruhi rasa percaya diri, kepercayaan diri, dan hubungan sosial anak di masa depan.

Perkembangan otak anak yang sering dibentak saat dimarahi, bisa terhambat. Selain timbul rasa takut, anak juga bisa merasa tidak berharga, sedih, kecewa dan terluka hatinya.

Akibat Anak Sering Dibentak:

Anak merasa takut

Ketakutan muncul karena merasa adanya ancaman yang bersifat bahaya baik dari aspek fisik, emosional maupun psikologis.

Anak kecil akan menjadi penakut disebabkan oleh pola asuh orang tua yang keras, kaku dan kadang disertai ancaman.

Ketakutan Dampak Membentak Anak

Menunjukkan perilaku agresif

Perilaku agresif adalah tingkah laku anak yang bertujuan melukai, baik secara verbal maupun nonverbal, yang menimbulkan permusuhan.

Beberapa contoh tindakan agresif anak: Tindakan kekerasan secara fisik, sering berteriak, sering mengumpat dan berkata kasar.

Menimbulkan masalah gangguan konsentrasi

Brain fog atau masalah gangguan konsentrasi adalah suatu sindrom di mana seseorang kesulitan untuk memusatkan fokus terhadap suatu hal.

Beberapa kondisi yang dapat memicu terjadinya brain fog adalah kurang tidur, stres, hingga masalah kesehatan tertentu seperti trauma masa kecil.

Akibat jika anak tingkat konsentrasinya rendah akan cenderung mengalami kesulitan dalam memahami materi, mengingat informasi, dan lambat menyelesaikan tugas.

Anak jadi tidak percaya diri

Rasa kurang percaya diri pada anak muncul karena adanya ketakutan, keresahan, khawatir, dan muncul rasa tak yakin akan kemampuan dirinya sendiri.

Seiring bertambahnya usia, anak akan mengalami lebih banyak tekanan akademis yang dapat menyebabkan semakin rendahnya harga diri. Terlebih ia mengalami kegagalan atau capaian tidak maksimal.

Menyebabkan trauma masa kecil

Childhood trauma dapat menimbulkan efek jangka panjang pada anak, sehingga dapat memengaruhi perasaan dan perilaku seseorang sampai ia beranjak dewasa.

Banyak bentuk trauma masa kanak-kanak, seperti: menyaksikan kekerasan, pengabaian fisik, pelecehan emosional, mendapatkan kekerasan fisik, pelecehan seksual dsb.

Harus diperhatikan bahwa luka trauma masa kanak-kanak yang belum sempat disembuhkan itu bisa jadi memunculkan luka emosional dan luka psikologis yang selanjutnya dapat mengganggu kehidupan anak.

Makna Memarahi Anak

Ada kalanya anak tidak mampu mengontrol perilakunya sendiri. Ada saatnya anak melawan atau bahkan berkelahi dengan temannya. Hal itu memang perlu diperhatikan karena dapat memengaruhi kepribadian anak saat beranjak dewasa.

Namun bukan berarti orang tua memiliki kebebasan untuk memarahi apalagi membentaknya.

Jangan karena jengkel, merasa gengsi dan malu atas perilaku anak (yang padahal oleh orang lain dianggap wajar) lalu balik menghukum anak dengan dalih mendisiplinkan.

Memberikan hukuman kepada anak diperbolehkan. Tapi tentu saja ada tahapannya. Supaya orang tua bisa mengontrol diri saat memarahi anaknya, ingat kembali uraian di atas, mengenai bagaimana dampaknya jika anak sering dibentak.

Kita tidak ingin punya anak yang kelak, memiliki childhood trauma, bukan?

Tidak ada kata terlambat, mulai sekarang, coba rangkul anak kita dengan segala kesabaran dan kasih sayang. Terus tingkatkan kemampuan menahan emosi sehingga apa pun kesalahan anak sebagai orang tua sebisa mungkin menghindari membentaknya.

Trauma masa kecil menyebabkan anak sulit belajar

Bagaimana cara menghindari membentak anak?

Beri anak kesempatan untuk memilih

Alih-alih membentaknya, tapi kita coba ajak anak berkomunikasi dan beri pilihan, seperti misalnya kita tanya mau baca buku dulu atau sikat gigi dulu?

Bantu anak memahami situasi dengan deskripsi

Ketika anak lupa waktu padahal sudah berkali kita peringatkan, cukup perbanyak stok kesabaran saja.

Sambil terus beri anak pengertian supaya ia bisa memahami situasi. Bisa dengan cara mengajaknya melihat sekitar. Lalu ajak anak supaya ikut beraksi.

Seperti ketika waktu sudah malam. Tapi mainan bonekanya masih berceceran. Ajak anak untuk membawa semua bonekanya, bilang kalau mereka juga perlu istirahat, tidur dan mau tidur bersama pemiliknya sehingga anak merasa diakui keberadaannya.

Beri anak kesempatan

Selama tidak berbahaya observasi dulu apa yang dilakukan anak atau cukup beri peringatan.

Beri pengertian pada anak, kalau gunting itu tajam sekali. Kita khawatir anak kena dan terluka. Kalau anak butuh bantuan, bilang ayah atau ibu, yakinkan kalau meminta bantuan pasti dibantu.

Apa pun hasilnya, apresiasi hasil usaha anak

Ketika melihat banyak sekali mainan yang berantakan, katakan saja dengan jujur, kok mainannya berantakan?

Lalu pastikan kalau kita juga merasa senang karena si anak bisa berusaha bertanggung jawab dan sudah menyayangi mainannya.

Kalau sudah terlanjur membentak anak, bagaimana?

Ada pepatah gelas yang retak diperbaiki dengan cara apa pun tetap tidak akan sempurna kembali seperti semula. Tapi tidak demikian dengan hubungan antara orang tua dan anak.

Sebagai manusia pada umumnya, sesuai ajaran pendidikan karakter yang sudah kita terima dari para leluhur, yakni jika kita telah melakukan kesalahan maka wajib hukumnya untuk meminta maaf kepada yang bersangkutan.

Saat kita sebagai orang tua sudah terlanjur membentak anak, lalu apa yang harus kita lakukan?

Minta maaf kepada anak

Meski anak mungkin akan tetap menyayangi orang tuanya, meski ikatan batin anak dan orang tua tidak akan mudah terlepas begitu saja, tapi anak tetap berhak dihargai. Mama meminta maaflah kepada anak. Lakukan itu dengan tulus.

Terapkan rasio John Gottman 1:5

Menerapkan rasio 1:5 meski tidak mudah tapi kalau sudah mencoba ke depannya akan terbiasa.

Saat orang tua sudah melakukan satu kali kelepasan membentak anak, lakukan hal yang dapat menciptakan 5 perasaan positif untuk anak. Kalahkan satu kali bentakan dengan lima kali kenyamanan dan kebahagiaan anak.

Berusaha untuk tidak mengulangi

Memang bukan proses yang instan, tapi juga bukan berarti tidak bisa diusahakan.

Kenakalan anak selagi dalam tumbuh kembang yang baik, jalani saja dengan penuh kasih dan sayang sehingga apa yang tertanam dalam benak anak adalah perasaan diakui dan keberadaannya begitu dibanggakan.

Pendidikan karakter orang tua bahagia

Pesan untuk orang tua

Ada yang bilang menjadi orang tua itu belajarnya sepanjang masa. Tidak ada bangku sekolahnya tapi ilmu dan praktiknya diperlukan sepanjang usia. Karena itu setiap orang tua memiliki perbedaan dalam cara mendidik anak-anaknya.

Pendidikan karakter yang diterapkan kepada anak satu sama lain tidak mutlak harus sama. Jika perilaku orang tua baik, anak pun dengan sendirinya akan mencontoh.

Dan tidak boleh dilupakan jika tumbuh kembang anak sejatinya tidak hanya didapat dari arahan orang tua saja, tapi juga dari lingkungan terdekatnya seperti sekolah, guru dan lingkungan tempat tinggal.

Supaya orang tua bisa lebih memahami karakter anak, coba lihat dan baca kembali artikel Pengamalan Pendidikan Karakter Dalam Konsep Merdeka Belajar. Diharapkan setelah membaca artikel tersebut orang tua jaman now bisa memposisikan diri bagaimana mendampingi anak belajar di masa sekarang ini…

28 thoughts on “Menerapkan Pendidikan Karakter Pada Anak Tidak Harus Membentak”

  1. Beda banget ya parenting sekarang sama dulu. Anak nggak boleh sering dibentak karena bisa bikin jadi trauma dan penakut. Anak menurut lebih cenderung karena takut bukannya mengerti.

    Reply
  2. Jadi orang tua memang berat yaa karena kudu mendidik dengan baik dan tidak boleh marah sampai bentak2 apalagi main tangan. Oleh karena itu seharusnya sebelum jadi orang tua, kudu detokx emosi dulu, menyembuhkan inner child, biar nanti pas punya anak tidak marah2 karena hal kecil.

    Ada tetangga mamaku yg gagap, katanya dulu pas balita sering dibentak ayahnya….

    Reply
  3. Anak itu adalah peniru ulang. Saat orang tua membentak anak, maka bisa nanti anak akan suka membentak juga. Padahal dengan membentak, dijamin anak-anak tidak akan semakin tidak mengerti apa yang dimaksud oleh orang tua.

    Reply
  4. Terima kasih remindernya Mbak. Suka lupa aja ya, kalau marah bawaannya ngebentak. Mana anak kan sensitif ya, bisa-bisa keinget sampai dewasa. Hiks…

    Reply
  5. Mbak, ini relate banget sama kehidupan masa kecilku dan adik-adik. Zaman dulu, sering banget dibentak kaau salah dikit, akhirnya kalau kena masalah apa-apa, lebih sering dipendam dibanding diomongkan. Bahkan, aku kalau denger suara ibuku sampai sekarang kayak ada trauma tersendiri. Jadi sering tutup kuping huhu

    Reply
  6. Ke mana aja ya aku sampai baru tahu tentang Rasio John Gottman. Tapi kalau diingat-ingat, meski nggak tau namanya, caranya sudah kuterapkan. Walaupun yaaa….rasa bersalah di hati masih aja ada 🙁

    Reply
  7. Tamparan sekali untuk aku nih karena kadang tidak sengaja ngomong engan nada tinggi, malah anak sendiri yang mengingatkan dan bertanya, “ibu nggak usah marah2″… padahal kayaknya saya ngomongnya biasa aja :’)

    Reply
  8. kadang enggak ada niat membentak. tapi saat suara agak meninggi dikit, anak jadi kaget. duh, ini harus benahi cara bicara biar enggak berubah tinggi suaranya

    Reply
  9. Daku pernah dengar bahaya membentak anak kecil bisa berdampak pada saraf otaknya. Sehingga memang sebaiknya jangan ada bentak membentak, buat masa depannya

    Reply
  10. Inhale.. exhale.. Selalu berusaha menahan diri untuk tidak membentak anak seberapapun jengkelnya. Terkadang dengan menahan diri itu saya melihat sisi lucu si anak, jadinya ilang deh keinginan membentak tadi, trusss peluk si anak.

    Reply
  11. Jadi inget anak tetangga yg dibentak ortunya eh malah bentak balik. Miris banget. Membentuk pendidikan karakter anak memang harus sabar, karena mereka juga pasti mencontoh kelakuan ortunya. Maka harus jadi teladan yg baik.

    Reply
  12. anak sekarang kalo didikannya keras apalagi sampai sering membentak nanti dia malah jadi agresif ke temannya dan lingkungan sekitar. Jadi sebisa mungkin orang tua sebisa mungkin jangan sampai membentak pada anak

    Reply
  13. Sepakat banget mbak. Aku malah menghindari bentakan ke siapapun. Kecuali org dewasa yg ngeselin ya. Kalo anak2, jgn sampe deh. Ntr kyk kasus yg viral di minimarket itu. Ya namanya anak ya. Mgkn dikasih tahu yg baik aja deh. Ntr anak jd ga berani bertindak tuh kl tertekan.

    Reply
  14. sering kali saya melihat banyak orangtua membentak anaknya, dan miris saya mendengarnya apalagi kalau melihat anak yang dibentak usianya masih sangat kecil, padahal itu bisa meninggalkan trauma yang mendalam bagi mereka

    Reply
  15. Mempelajari parenting masa kini tuh, jadi sekalian belajar mengerti soal diri sendiri nggak sih? Dulu tuh, bentakan dan pukulan bisa jadi hal yang biasa. Jangan sampai momen begitu terulang lagi ke generasi selanjutnya. Walau mencoba berlatih untuk nggak membentak anak, sementara dulunya dibesarkan dengan hal itu, nggak mudah. Apalagi kalau diingat, anak yang menurut karena dibentak, bukan bermakna patuh.

    Reply
  16. Penting bagi orang tua untuk memahami bahwa cara mendidik anak dengan memarahi atau membentak dapat memiliki dampak jangka panjang yang serius terhadap perkembangan psikologis dan emosional anak. Selain menimbulkan ketakutan dan kurang percaya diri, hal ini juga bisa menghambat perkembangan konsentrasi anak serta meningkatkan risiko perilaku agresif di masa depan. Lebih baik, orang tua diajak untuk menggunakan pendekatan komunikatif dan penuh kasih dalam mendisiplinkan anak, serta berusaha untuk memperbaiki kesalahan jika terlanjur melakukan tindakan yang tidak tepat seperti memarahi dengan cara meminta maaf dan membangun hubungan yang positif dengan anak.

    Reply
  17. Dulu, sebelum tahu ilmunya, Aku pernah membentak anak. Namun setelah tahu ilmunya dan dampak yang diakibatkan, nyesel banget euy. Tapi aku pun sudah minta maaf ma anakku tadi.

    Reply
  18. Membentuk akrakter anak harus sejak dini, tidak hanay di sskolah, namunlebih banyak dilakukan oleh orang tua di rumah ya, Kak. Kalau di luar rumah bagian dari aplikasi ya

    Reply
  19. Aku belajar lagi melabeli berbagai macam bentuk emosi dan cara melampiaskannya dengan tepat. Meski belum sempurna dan pernah banget ada di masa gak sabaran, tapi semoga dengan mindfulnes parenting, kita semua menjadi orangtua yang sadar penuh bahwa sedang melakukan pengasuhan yang mungkin apa yag kita lakukan saat ini akan ditiru dam menjadi contoh sikap anak-anak kita kelak pada generasi berikutnya.

    Kalau benar, akan jadi jariyyah kebaikan.
    Kalau salah, pastinya akan menjadi dosa jariyyah juga.

    Semoga senantiasa dibimbing Allah dalam segala situasi.

    Reply
  20. Justru kalau membentak bukan ciri pendidikan karakter yang positif. Alih-alaih anak mempunyai karakter yang baik, yang ada anak bakal copy paste cara kita membentak dan menerapkannya ke orang lain.
    Jadi memang betul sekali bahwa menerapkan pendidikan karakter itu tidak harus (atau bahkan tidak boleh) dengan membentak

    Reply
  21. Saya sedih, di TikTok saya masih sering melihat orang-orang yang masih menormalisasi membentak anak. Padahal sebagai anak yang dulu pernah dibentak, saya tahu banget efeknya sampai dewasa gimana. Emang terlihat kuat di luar, tapi rapuh di dalam.

    Reply
  22. baru tahu nih teori Jhon Gottman 1:5, btw dampak membentak memang sedahsyat itu yaa..orangtua harus banyak belajar dan instropeksi diri

    Reply

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics