Mengenal Fase Pertumbuhan Anak

Mengenal Fase Pertumbuhan Anak

Awalnya kaget, ketika ada beberapa orang petugas berseragam medis datang ke sekolah anak di awal bulan. Anak-anak pun sudah ribut bahkan ada yang sudah ketakutan. Saya beserta para orang tua murid lainnya yang sedang menunggui anak sebelum bubar kelas sempat berpikir apakah hari ini ada imunisasi? Saling bertanya satu sama lain ada program apakah?

Ternyata bukan. Hari itu mereka datang untuk memberikan sosialisasi dan penyuluhan saja. Duh, baru kami lega. Anak-anak yang sudah ketakutan pun mulai tersenyum senang. Sosialisasi yang disampaikan adalah terkait dunia parenting khususunya mengenai pola asuh orang tua terhadap perkembangan karakter dan kepribadian anak.

Sosialisasi dilakukan bersamaan. Kami para orang tua boleh duduk sambil mendampingi anak. Suasana ramai tapi perhatian fokus kepada petugas yang ramah dan tampak senang berada dikelilingi anak-anak.

Sambil ngobrol petugas yang bernama Bidan Sri menyampaikan kalau usia anak dari lahir sampai usia 7 atau 8 tahun memiliki ketergantungan terhadap sikap dan perilaku orang terdekat di rumah dalam arti keluarga. Anak baru lahir hingga usia 7-8 tahun lebih banyak menggunakan otak kanan dalam menerima dan melihat lingkungan sekitar. Masa usia anak ini yang jadi pondasi awal bagaimana karakter anak nanti terbentuk.

Masa pondasi ini terbagi lagi menjadi beberapa fase, yaitu usia 0-2 tahun yang bisa kita lihat pertumbuhan dan perkembangan anak seperti yang ada di kartu perkembangan anak.

Usia 3-4 tahun atau saat anak memasuki masa playgroup. Dan fase anak usia 4-5.5 tahun yang rata-rata anak sudah memasuki usia TK. Pada masa ini masa mereka bereksplorasi. Jadi beri kesempatan anak untuk terus mengenal lingkungan. Let them explore everything. Tidak seharusnya orang tua melarang selama tidak membahayakan si anak.

Masa usia transisi dari TK ke SD, atau usia 5-6.5 tahun mulai orang tua sisipkan pembelajaran kedisiplinan. Termasuk disiplin dalam belajar. Biasakan anak belajar sesuai waktu dan lamanya yang disepakati bersama.

Lalu anak mulai memasuki masa sekolah. Pergaulan dan pertemanan pun mulai meluas. Sekolah Dasar sampai sekolah lanjutan anak akan bertemu berbagai karakter dan sifat. Mau tidak mau berbagai karakter temannya itu akan mempengaruhi. Bisa jadi anak akan terbawa, namun bila pondasi karakter dalam keluarga lebih kuat, anak akan kokoh dengan karakter awal.

Karena itu jika pondasi karakter dari keluarga kuat, saat memasuki dunia luar yaitu pada masa sekolah anak tidak akan mudah terpengaruh oleh lingkungan yang tidak baik.

Adapun masa pembentukan karakter anak berada di usia kisaran kelas 4 SD atau usia sekitar 10 tahun. Pada usia anak sekolah dasar, anak mulai menggunakan otak kiri dalam menerima dan melihat sekeliling.

Pada usia anak sekolah dasar orang tua lebih baik tidak menuntut kepada anak harus bisa menulis bagus, harus bisa menggambar sempurna, dan lain sebagainya. Karena anak pada usia awal sekolah masih dominan dengan imajinasinya. Jadi masih lebih banyak mengeksplorasi daripada teknis. Masa bermain yang menjadi masa belajar mereka.

Kalau kondisi kebalikannya, misalnya pada usia anak sekolah dasar, tetapi si anak sudah dominan menggunakan otak kanan, nanti efeknya anak tidak akan fokus terhadap pelajaran. Anak akan lebih banyak menghayal (post playing delay). Dengan kata lain karena anak di awal kurang masa bermain nya jadi akhirnya anak suka menghayal saat diberikan pelajaran akademis. Ada kan anak yang tidak suka kalau disuruh belajar. Keinginannya bermain dan bermain saja.

Pola asuh anak tidak mudah dan tidak sama. Satu yang jelas saat menghadapi pola asuh anak yaitu orang tua harus kompak dalam mendidik anak. Jika ibu mengatakan tidak, maka ayah juga harus mengatakan tidak. Ini bisa terjadi setelah orang tua berkomunikasi dan sepakat.

Menghadapi masalah pubertas anak bukan sesuatu yang harus dirisaukan. Perlu diketahui kalau masa pubertas terbagi dalam 2 fase. Pertama usia remaja (SMP-SMA) dan pubertas kedua usia sekitar 30 tahun. Pada masa anak pubertas, siapkan diri para orang tua untuk lebih banyak menjadi teman anak yang siap mendengarkan, siap menjadi sahabat yang tidak ditakuti anak ketika anak mau bercerita. Buat anak merasa nyaman dekat atau berada dengan orang tua.

Tidak terasa waktu penyuluhan habis saja. Kalau antusias sama sesuatu rasanya kok sebentar banget ya. Tapi terlihat dari raut wajah dan ekspresi setiap orang tua yang hadir tampak mereka senang dan mengerti. Ya sosialisasi seperti ini memang bisa mencerahkan saya dan para orang tua murid lainnya.

Para emak kan biasanya masalah yang dimiliki dominan dalam pola asuh anak. Kadang karena tidak tahu anak dibiarkan saja semaunya. Asal hidup. Tanpa diperhatikan kebutuhan dan kenyamanan si anak. Apalagi nutrisi untuk tumbuh kembangnya.

Banyak anak karena kurang nutrisi sehingga tidak bisa fokus saat belajar. Dampak lain jika kurang nutrisi yaitu ketahanan tubuh anak drastis berkurang. Padahal jika orang tua jeli, selain dari menu makan harian, nutrisi anak juga bisa dilengkapi dengan minum susu yang mengandung complinutri. Kandungan omega 3, minyak ikan, serta vitamin dan kalsium dan serat pangan inulin nya dapat mengantarkan anak kita jadi anak generasi maju.

Dengan adanya sosialisasi seperti ini meski cuma sebentar setidaknya kami jadi tahu kalau anak itu aset terpenting tidak hanya bagi keluarga atau agama, tapi juga bagi negara. Di tangan generasi muda masa depan bangsa kita berada. Kalau generasi mudanya tidak bisa maksimal, mau jadi apa negara kita ini nanti?

Sosialisasi seperti ini semoga bisa menjadi pengingat bahwa pola mendidik anak sangatlah penting. Anak pintar dan cerdas harus didukung oleh orang tua. Dukung karakter baiknya, dukung asupan nutrisinya dan dukung semangat serta cita-citanya.

 

#MombassadorSGMEksplor #GenerasiMaju #SGMEksplor

7 thoughts on “Mengenal Fase Pertumbuhan Anak”

  1. Tumbuh-kembang anak dan masalah nutrisi ini jadi salah satu hal yang bikin saya gak pernah lulus-lulus jadi emak walopun udah punya anak 4. Soalnya tiap anak beda-beda. Apalagi soal makan (nutrisi). Duh, bikin puyeng terus. Dua bocah yang sekarang nih, bikin saya keder. Makannya pilih-pilih banget. Saya kudu muter otak biar nutrisi mereka terpenuhi. Untungnya mereka doyan susu banget. Jadinya gak terlalu khawatir.

    Reply
  2. Hasil tes psikotes menunjukkan anakku otak kanan banget, makanya kurang fokus ran mudah teralihkan, baca artikel inj jadi mesti lebih perhatian ya dengan tumbuh kembang anak baik itu secara fisik maupun psikologis

    Reply
  3. Senang kalau sudah dapat ilmu tentang parenting, mungkin karena memang mulai asyik-asyiknya menikmati belajar menjadi ayah. Serasa ga mau ketinggalan dengan informasi dan pendidikan tentang memahami dunia anak dari fase awal, fase yang sedang berjalan lalu menggali wawasan untuk pendidikan anak di fase yang akan dihadap.

    Reply

Leave a Reply to Nia K. Haryanto Cancel reply

Verified by ExactMetrics