Pelajaran dari Panen Kuweni

Meski capek dan pegal-pegal, tangan sampai terasa kebas saking berat dan banyaknya menangkap, tapi senang juga ketika melihat tiga karung buah kaweni (Kuweni, Mangifera odorata) depan mata, hasil memetik saya dan suami dari pohonnya baru saja. Itu buah belum semua dipupu, masih ada banyak di pohonnya terutama bagian yang menghadap ke loteng rumah.

Musim mangga tahun ini, memang tidak serentak. Saya perhatikan, pohon mangga kuweni depan rumah ini berbunga sejak Juli lalu.

Pertama berbunga sekitar awal Juli, tapi sayang banyak yang jatuh karena hujan angin yang cukup sering. Lalu berbunga lagi sekitar Oktober dan November. Kali ini bunga dan bakal buah banyak yang tumbuh bagus. Mungkin karena musim kemarau cukup lama. Tak kena hujan angin seperti sebelumnya.

Nah, panen kali ini adalah buah dari bunga yang ketiga, yaitu bunga yang munculnya sekitar November.

Kok baru dua bulan udah di panen? Karena buah yang berasal dari bunga di bulan Oktober sudah pada matang. Dan sayangnya, banyak yang berjatuhan karena diganggu hama siang malam. Kalau siang habis digasak tupai. (Di halaman rumah saya banyak pohon buah-buahan, jadi tupai pada betah kali ya…) Kalau malam, buah matang sedikit langsung diincar kelelawar.

Ditambah tidak nyaman juga mendengar omongan tetangga yang selalu berisik. Seolah saya dan suami ini tak butuh mangga Kuweni karena katanya membiarkan tupai memangsanya hingga banyak mangga yang berjatuhan.

Kuweni siap dibagikan

Meski sebagian tetangga ada yang senang dengan fenomena itu karena setiap ada mangga jatuh, pasti itu sudah matang benar, kalau kondisinya masih bagus bisa mereka ambil. Siapa gak tahan sih dengan wanginya buah Kuweni yang matang? Harumnya wuih, sangat kuat dan begitu segar!

Akhirnya saya dan suami sepakat Kuweni yang menjulur ke jalan mulai dipetik saja. Nanti hasilnya, seperti biasa, akan kami bagikan kepada tetangga melalui santri mengaji, dengan lebih dahulu kami mengadakan syukuran dan lantunan doa serta pembacaan ayat suci Al-Quran secara sederhana, yang khusus kami kirimkan untuk Bapak Syarif Hidayat Bin H. Muhammad Kurdi dan Ibu Enan Solihat bin H. Djaji Amiruddin.

Mereka berdua adalah almarhum dan almarhumah mertua saya. Merekalah yang menanam semua pohon buah-buahan di halaman rumah ini. Yang kini buahnya bisa dinikmati anak cucunya, serta masyarakat kampung sekitar.

Dulu bapak mertua bekerja di perum perhutani. Ia senang menanam berbagai pohon mulai kayu hingga buah-buahan terutama jenis yang mulai langka. Tak heran kalau halaman rumah sekitar 500m² ini habis dibuat menanam berbagai jenis buah-buahan yang di tempat lain sudah mulai susah ditemui.

Mungkin karena sudah mulai langka itulah, generasi jaman now sudah mulai tidak tahu akan buah-buahan jadul ini.

Pernah ketika awal saya pindah menempati rumah peninggalan mertua ini ketika menyapu halaman, ada yang bilang (atau mengejek) ke saya dan suami, katanya buat apa mempertahankan buah leuweung ( buah hutan) macam kaweni, secara sudah tak jaman. Lebih bagus tanam buah-buahan yang mahal harganya dan bergengsi seperti buah manalagi, buah gedong gincu, dan buah arumanis.

Mangga gedong meski tak begitu lebat berbuahnya tapi siap juga dibagikan

Saya dan suami senyum-senyum saja menyikapinya. Tak mau balik mengejek ketika suatu waktu kaweni itu berbuah cukup bagus dan saya memberinya beberapa buah sekaligus satu cup juice mangga kaweni yang sudah jadi untuk langsung dicicipinya.

Mangga cengkir yang selama 12 tahun saya tinggal di rumah mertua, baru berbuah. Ini juga pohonnya hasil nanam mertua

Tak tahu malunya setelah menerima semua itu ia malah balik memuji katanya wah, wangi dan enak ternyata ya. Bagus ini sejak dulu pasti tumbuhnya disertai pupuk dan perawatan dari tangan ahli. Wuih, baru tahu rupanya dia…makanya jangan sembarang ngatain, ternyata ia juga suka, kan jadi kena batunya.

Belum tahu kalau di halaman rumah kami juga masih ada buah leweung lainnya seperti huni, kelapa hijau dan asem kranji.

Setiap buah-buahan itu berbuah, saya dan suami selalu memprioritaskan untuk bisa berbagi kepada tetangga terdekat atau paling tidak dinikmati dengan anak-anak santri di rumah. Bukan apa, tapi demi meraih berkahnya saja.

Supaya bisa mensyukuri atas apa yang telah ditanam orang tua selagi mereka ada, dan kini setelah mereka tiada, semoga apa yang mereka tanam dulu, buahnya bisa diambil manfaat dan berbagi kepada tetangga, pahalanya akan mengalir kepada mereka. Aamiin…

Panen mangga Kuweni dan Gedong hasil tanam mertua

Meksi tidak meriah apalagi wah, tapi begitulah salah satu cara sederhana kami menyampaikan kasih sayang kepada orang yang telah tiada. Selain seperti orang lain yang menggelar acara semacam haolan, pengajian memperingati seratus hari, setahun, sepuluh tahun, dan sebagainya…

Dengan menebarkan terus kebaikan dan manfaat serta hasil dari apa yang telah orang tua kami lakukan selagi hidup. Semoga amal baik dan pahala terus terucap dari orang-orang yang merasakan kebaikan dan manfaat itu kepada sumber awalnya. Aamiin.

Begitu juga ketika ada kenangan dari seseorang yang telah tiada, seperti keluarga blogger dari Jakarta yang suaminya telah meninggal dunia, mereka mengirim alat solat dan mengaji untuk dimanfaatkan oleh anak santri disini. Maka kami selalu menggunakannya dan tak lupa mengkhususkan niat semoga pahalanya sampai kepada yang bersangkutan.

Seperti itu salah satu cara saya dan keluarga memberikan kasih sayang kepada mereka yang telah tiada…

35 thoughts on “Pelajaran dari Panen Kuweni”

  1. Teteh keren malah buatku karena mempertahankan keberadaan buah yang sudah langka alias susah ditemui begini. Bahkan aku sendiri pun nggak begitu mengenal Kuweni walau aku cukup familiar dengan namanya.

    Reply
  2. Ya ampun menggiurkan banget mangga-mangganya. Btw, mangga kweni tuh yang biasanya digunakan untuk rujak buah bukan sih mbak? Aku jujur aja belum pernah makan.

    Reply
  3. Wah enak banget nih mangga kweni kalau Saya dulus ering di buat stropp gitu teh rasanya seger apalagi kalau buat cuaca terik mana kandungan vit.c nya tinggi seger banget deh

    Reply
  4. aku pernah kerja di Kalimantan. Banyak orang Sulawesinya. Nah kuweni tuh sama mereka dijadikan sambal gitu. enak sih. seger. ada kecut-kecutnya. hehehe

    Reply
  5. Aaaah, paling nggak tahan dengan aroma kweni ini, Teh. Wangiiii. Cuma aku jarang nemu. Kalau dapat biasanya, puas-puasin kuhirup aroma wanginya, baru kumakan. Hehehe….

    Reply
  6. Baru tahu ada Mangga Kuweni dan Gedong. Tahunya saya mangga harum manis, Indramayu, dan mangga pukat.

    Hmm pengen nyicipin manisnya nih. Pasti enak nih. Mba Okti telaten nih. Tanaman tinggalan alhamarhum mertua kini berbuah dan bisa dinikmati bersama.

    Reply
  7. Kweni, salah satu buah kesukaanku. Jujur aku lebih suka kweni ketimbang mangga. Karena rasanya yang asem manis segar dan aromanya yang khas. Apalagi kalau dijus lalu dikasih es batu, wah, makin mantap!

    Semoga berkah selalu ya teh, pasti yang dapat kweninya pada seneng banget 🙂

    Reply
    • Iya beneer… Kuweni enak dijus. Diminum dingin lebih seger lagi…
      Kuweni jarang yg jual juga di pasar, apalagi supermarket. Wanginya tuh loh…semerbak kemana-mana.
      Teh Okti dan keluarga semoga berlimpah berkah yah. Keren loh itu, tangannya dingin, bisa memelihara hasil tanaman dari mertua dan berbagi hasilnya dengan tetangga.

      Reply
  8. Mangga kuweni ini wangi, kalau dijus enak. Beda rasanya. Di rumah aku selalu beli jus mangga kuweni. Kalau mama, nanem mangga Thailand, itu satu mangganya gede bgt segede kelapa, 1 mangga aja bahkan beratnya bisa 1 kg.

    Reply
  9. Emg sih udh lama ga makan mangga kweni. Di tempatku yang laris ya manalagi hingga arummanis.

    Tp emg kl pny pohon mangga sendiri tuh asyik bgt ya kak. Apalagi kalo ada kenangan manis saat kita kecil. Jd bs nostalgia jg. Di rumahku udh ditebang smua sih krn mau dibangun kamar.

    Reply
  10. buah kuweni (kalau saya sering menyebutnya kaweni sih) emang harum banget dibanding buah mangga jenis lainnya. apalagi kalau sampai di jus, duuuh aromanya itu loh. kalaupunya pohonnya dan berbuah banyak emang bikin ngiler tetangga juga. relate sih teh, bedanya mangga saya mangga harum manis yang lebih sering dipanen belum matang mengingat kebanyakan di makan kelelawar duluan, hahaha

    Reply
  11. Kuweni, salah satu jenis mangga yang memang menjadi favorit bagi semua. Apalagi arma mangga yang satu ini sangat khas. Asik banget nih, Kak bisa panen sendiri dari pekarangan tumah,

    Reply
  12. Daku tahu kuweni gegara beli jus mangga di Deket rumah biasanya dia pakai mangga harumanis dan yang ini selalu daku beli. Nah pas yang kuweni, baru deh ngomong. Jadi kenalan dan tahu rasanya hehe

    Reply
  13. Masyaallah tabarakallah. Beruntung sekali orang-orang yang telah tiada, tetapi masih mempunyai amal kebaikan yang terus mengalir. Tentu itu merupakan buah yang manis dari kesabaran, ketekunan, dan keikhlasan selama mereka hidup. Kaweni itu sebutan untuk di daerah Jawa Barat, ya, soalnya saya juga di Garut menyebutnya Kaweni.

    Reply
  14. Jangan ditebang teeh buah kuweninya, udah jarang banget soalnya. Paking enak banget yaaj diricuh pake gula merah, trus kasih es. Hhm…manjs harum legit. Ayah .jdi pingin kuweni.

    Reply
  15. Masyaallah, Mba. Semoga apa-apa yang kita niatkan untuk kebaikan, mengalir pula pahala buat orang tua kita yang telah kembali di sisiNya. Btw, pohon buah-buahannya semoga makin banyak menebar berkah, ya, Mba.

    Reply
  16. Mangga Kuweni ini yang saya ingat memang harumnya yang ke mana-mana. Duh, menggoda banget Teh. Walau kalah populer dengan mangga seperti manalagi atau gedong, tapi tetap nikmat banget ya Teh untuk dinikmati. Apalagi diambil dari pohon sendiri.. Senang ya Teh, bisa berbagi dengan tetangga dan saudara dari hasil kebun sendiri..

    Reply
  17. Teh okti meni ngiler pisan deh sama mangga kaweninya. Sama seperti mbahku, walaupun sudah meninggal masih meninggalkan kebaikan dengan tanaman dan pohon yang tinggal anak cucunya ambil dan petik.

    Reply
  18. barakah selalu ya mba untuk semua rezeki yang mba dapat, apalagi buah-buahan tersebut mba bagikan kepada anak-anak santri yang sedang menuntut ilmu, setiap tenaga yang mengalir dalam darahnya untuk belajar jadi ladang pahala buat mba, termasuk juga mba khususkan pahakanya untuk orang tua yang sudah tiada. semoga kuweninya selalu tumbuh subu dan berbuah lebat agar bisa terus berbagi

    Reply
  19. MasyaAllah..
    Asik bener halaman rumahnya banyak pohon buah-buahan teh.
    Di rmh alm ibu saya dan di rumah mertua dulunya ada pohon mangga.
    Yang di rumah mertua pohon mangganya mati kena banjir rob. Yang di rmh alm ibu saya ada yang memaku pohonnya yang bikin pohonnya mati.
    Syedih juga kalo ingat hiks

    Reply
  20. Aku baru tau, teh.. kalau mangga kuweni adalah buah hutan yang bisa jadi beda harga dari mangga varietas lainnya. Rasanya padahal otentik unik gitu yaa..
    Tapi namanya orang berpendapat, ko bisa-bisanya dikeluarkan di depan yang punya kebun. Kan bikin KZL.

    Reply
  21. masya Allah, aku bacanya langsung nyes. semoga jadi amal jariyah ya teh. aku di awal mikir apa kuweni ini rupanya mangga. wah pas lihat foto-fotonya jadi pengen nyomot satu

    Reply

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics