Pola Pengasuhan Anak dengan Metode Mindful Parenting

Kental manis bukan susu

Kental Manis BUKAN Susu!

Saya tidak kaget lagi ketika membaca berita di media online CNNindonesia yang menyajikan kabar mayoritas mereka yang membeli kental manis sebagai pengganti minuman susu itu berasal dari masyarakat ekonomi bawah. Secara di kampung saya sendiri, kejadian itu sudah lumrah. Pantas saja kalau ada yang menyebut masyarakat menjadikan kental manis sebagai pengganti susu formula buat anak.

Hasil Survei Sosial dan Ekonomi Nasional 2016 memberikan gambaran persentase belanja susu masyarakat didominasi susu kental manis yaitu sebesar 60-74 persen. Padahal sudah banyak disosialisasikan jika kental manis bukanlah susu dan tidak boleh diberikan untuk bayi sampai usia 12 bulan.

Di laman BPOM malah dinyatakan para pelaku usaha wajib mencantumkan label peringatan dalam kemasan kental manis. Peringatan untuk menjelaskan bahwa kental manis tidak untuk dikonsumsi balita dan bukan sebagai pengganti ASI.

Sekarang kental manis dianggap sebagai faktor penyebab kurang gizi yang bisa menyebabkan anak stunting (tubuh pendek) dan anak underweight (berat badan kurang) sebab beberapa data mengatakan status kurang gizi dijumpai pada anak yang lebih banyak mengonsumsi kental manis sebagai minuman pengganti susu.

Menyikapi fenomena itu, Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) bersama Yayasan Karakter Eling Indonesia dan Komunitas Menata Keluarga (EMKA) menyelenggarakan webinar “Membangun Karakter Kesadaran Gizi Keluarga Melalui Mindful Parenting” pada Selasa, 12 Oktober 2021 Pukul 09.00- 12.30 WIB.

Arif Hidayat SE., MM, Ketua Harian Yayasan Abhipraya Insan Cendekia Indonesia (YAICI) menyampaikan pesan mendalam terkait “Membangun Generasi Emas Melalui Peran Orang Tua”.

 

Membangun Generasi Emas Melalui Peran Orang Tua

Sebagaimana kita tahu, tahun 2030 nanti Indonesia memiliki bonus demografi, yang ternyata momentum tersebut bagi Indonesia bisa menjadi peluang, tetapi sekaligus bisa jadi bumerang.

Indonesia dalam menyongsong bonus demografi ini menghadapi tiga pokok permasalahan (triple burden) yaitu stunting, wasting dan obesitas, serta kekurangan zat gizi mikro (anemia).

Belum lagi dengan adanya pandemi Covid -19, bangsa kita memiliki masalah baru seperti meningkatnya jumlah pengangguran dan merosotnya angka kesehatan, serta persoalan lainnya seperti: rendahnya tingkat literasi, rendahnya pemahaman masyarakat terhadap nutrisi dan tumbuh kembang anak.

Seperti tingginya kepercayaan masyarakat kalau kental manis adalah susu sehingga kesalahan persepsi ini mengakibatkan konsumsi kental manis sebagai minuman susu pada anak di masyarakat sangat tinggi.

Tidak heran kalau rangking literasi gizi masyarakat Indonesia ada di posisi 60 dari 61 negara di dunia.

 

Bagaimana Persepsi Masyarakat tentang Kental Manis?

Sampai tahun 2018 masih banyak masyarakat yang memiliki persepsi kalau kental manis adalah susu yang bisa di konsumsi layaknya minuman susu untuk anak. Mirisnya informasi itu didapat masyarakat sesuai hasil survei yang dilakukan oleh YAICI bersama YPN dan Stikes lbnu Sina Batam, pada periode Maret sampai dengan April, bersumber dari petugas kesehatan dan dari iklan yang ada di TV, radio atau media massa Lainnya.

Hasil survei persepsi masyarakat tentang susu kental manis yang dilakukan oleh PP Aisyiyah tahun 2019 muncul penemuan bahwa anak dengan gizi buruk mereka mengkonsumsi kental manis atau krimer kental manis lebih dari 1 kali dalam sehari.

Hasil penelitian di 5 provinsi didapat kenyataan jika 1 dari 7 anak minum kental manis setiap hari. Total responden mengatakan kental manis adalah susu pertumbuhan dan ribuan ibu memberikan kental manis untuk anak setiap hari. Miris, bukan?

 

Praktis dan Murah, jadi Salah Siapa?

Tidak bisa ditutupi, jika perilaku masyarakat yang terjadi di sekitar kita sampai sekarang masih ada orang tua yang tahu kalau kental manis itu bukan susu atau makanan instan itu tidak sehat, tapi orang tua tidak peduli dan tetap memberikannya kepada anak.

Tidak sedikit orang tua yang malas dalam memenuhi kebutuhan gizi buah hati dan lebih senang membeli makanan yang siap saji. Praktis dan merasa gengsi kalau tidak mengikuti trend yang terjadi, meskipun itu tidak sehat dan dapat menimbulkan berbagai keluhan kesehatan untuk mereka di kemudian hari.

Mengubah kebiasaan konsumsi makanan tinggi kandungan gula, garam, llemak atau kebiasaan makan anak yang tidak baik bagi tumbuh kembang anak, memang tidak mudah. Apalagi kalau terbentur dengan kondisi ekonomi dan biaya. Namun jika kita memahami begitu buruk dampaknya bagi kehidupan anak, siapapun pasti tidak ingin hal itu menimpa pada buah hati, bukan?

Cara mencegah supaya konsumsi kental manis untuk anak atau anak yang sudah terlanjur kecanduan kental manis atau makanan minuman tinggi kandungan gula yang tidak baik bagi tumbuh kembang anak ialah dengan memberikan pemahaman kepada mereka berdasarkan Mindful Parenting.

 

Mindful Parenting

Pemenuhan gizi anak tidak cukup hanya dilakukan secara fisik melalui konsumsi makanan dengan nutrisi seimbang, melainkan juga harus disertai secara psikis, salah satunya dengan penerapan mindful parenting.

Mindful parenting adalah pola pengasuhan anak yang dilakukan dengan penuh kesadaran, sebagaimana disampaikan Melly Amaya Kiong, Pendiri Komunitas Menata Keluarga, saat webinar.

Dalam penerapan pola asuh mindful parenting, ada 5 dimensi mindful parenting yang penting diketahui.

 

Lima Dimensi Mindful Parenting

1. Mendengarkan dengan penuh perhatian.

Terkait permasalahan gizi buruk yang ada di Indonesia kita tidak boleh malu mengakui bahwa masalah gizi buruk memang sudah ada di sekitar kita, bahkan di dalam keluarga sekalipun. Kita coba berpikir, kenapa gizi buruk itu kok bisa menimpa?

Perhatikan di sekitar kita, apakah masih ada keluaga pra sejahtera yang untuk memenuhi kebutuhan gizi anak mereka sangat kesulitan? Jika ada, yuk kita bantu, kalau kita tidak mampu informasikan kepada pemerintah desa, pemerintah daerah karena pemerintah pusat telah menganggarkan untuk itu. Baik berupa bantuan langsung, maupun cukupan nutrisi melalui puskesmas.

2. Tidak menghakimi

Setelah gizi buruk sudah kita ketahui sebab dan akibatnya maka segera mungkin mulai melakukan perubahan sekecil apapun. Tidak usah mencari kesalahan siapa.

Dulu mungkin kita tidak tahu kalau kental manis itu bukan susu. Kini setelah tahu kalau kandungan kental manis didominasi oleh gula yang kalau dikonsumsi sering akan memunculkan dampak buruk, maka segera hentikan.

Kalau sebelumnya kita tidak tahu dan hari ini kita (baru) tahu, maka mulai hari ini lah kita melakukan perubahan.

3. Pengendalian emosi diri

Ketika mendapatkan informasi yang salah terkait gizi anak, kita tidak perlu marah, tapi segera mencari solusinya. Jangan justru memperkeruh suasana.

Termasuk ketika kental manis yang sebelumnya dianggap baik, ternyata tidak baik untuk kesehatan anak, segera hentikan dan cari jalan keluar. Tidak perlu menyalahkan pihak lain baik itu produsen atau pihak lainnya.

4. Adil dan bijaksana

Berikan apa yang dibutuhkan, bukan apa yang diinginkan. Saat batuk kita akan melarang anak makan es krim. Sebaliknya, ketika anak sehat sesekali tidak apa memperbolehkannya sehingga anak bisa mengerti kenapa boleh dan kenapa tidak.

5. Welas asih

Anak sangat mudah untuk meniru. Iklan dengan mudah akan diikutinya. Sebagai orang tua, jadilah contoh dan iklan yang baik buat anak. Lindungi anak dengan kasih sayang dan perhatian sehingga ia nyaman dan mencapai tumbuh kembang secara maksimal.

 

54 thoughts on “Pola Pengasuhan Anak dengan Metode Mindful Parenting”

  1. Webinar edukatif secara mendasar seperti ini memang harus terus digaungkan, kak. APalagi terkait anak. Bagaimanapu, anak adalah harta terbesar orangtuanya, bukan harta, jabatan atau sejenis lainnya.

    Tapi, kalau sudah menyangkut ekonomi, ya siapapun bisa saja terabaikan, termasuk juga anak. Semoga pemerintah terus mengupayakan yang terbaik bagi kesejahteraan orangtua dan anak.

    Reply
  2. Webinar edukatif secara mendasar seperti ini memang harus terus digaungkan, kak. APalagi terkait anak. Bagaimanapu, anak adalah harta terbesar orangtuanya, bukan harta, jabatan atau sejenis lainnya.

    Tapi, kalau sudah menyangkut ekonomi, ya siapapun bisa saja terabaikan, termasuk juga anak. Semoga pemerintah terus mengupayakan yang terbaik bagi kesejahteraan orangtua dan anak..

    Reply
  3. Pengasuhan ornag tua akan sangat berperan bagai anak, utamanya dalam mendewasakan dan memandirikan anak, sehingga bonus demografi benar-benar menjadi bonus, bukan menjadi bencana. SO, perlu perhatian dari setiap orang tua untuk meberikan prioritas pendidikan

    Reply
  4. Pengasuhan ornag tua akan sangat berperan bagai anak, utamanya dalam mendewasakan dan memandirikan anak, sehingga bonus demografi benar-benar menjadi bonus, bukan menjadi bencana. SO, perlu perhatian dari setiap orang tua untuk memberikan prioritas pendidikan anak.

    Reply
  5. Karena namanya “susu” kental manis, jd aja deh diseduh. Aku termasuk generasi yg waktu kecil diseduhin Mama ini. Tp setelah tau infonya jadi aku gak kasih ini ke anakku. Memang ilmu parenting jaman skrg mempermudah bgt yaa untuk tau hal2 sepenting ini.

    Reply
  6. Btw ini tu karena ada nama susu didepannya jadi orang orang awam yg gak tau ya diseduh dimimun… padahal ini bisa buat topping saja atau tambahan bikin kue kue dengan ukuran yg sewajarnya saja biar nambah gurih aja

    Reply
  7. Sekarang tulisannya sudah diubah menjadi “krimer kental manis”, tapi kalau dulu memang tertulis ” susu kental manis”, jadi gak salah juga sih ya kalau masyarakat, termasuk saya, sejak kecil menganggap sebagai susu kental manis.
    Syukurlah akhirnya semua diperbaiki, mulai dari nama produknya dulu sehingga apa yang disosialisasikan pemerintah tentang gizi buruk mudah2an bisa tercapai.

    Reply
  8. Biasanya karena kurang edukasi & kurang mampu jadi konsumsi kental manis sebagai susu, padahal ini bisa bahaya ya kalau dikonumsi dalam jangka waktu lama. Kalau sudah terlanjur lebih baik diatasi segera salah satunya pakai cara mindful parenting

    Reply
  9. Masalah kental manis ini dari dulu ya mba. Tapi pelan2 sounding dari kita ke orang2 terdekat, kayak asisten rumah moga bisa meneruskan ke masyarakat sekitarnya.
    Udah ditulis di laman bpom, masih suka nggak dibaca.
    Penuh perhatian termasuk mindful parenting ya. Diperhatikan, pasti anak2 sukaaa. Orang dewasa aja suka kan klo sama orang terkasih nyaa.. Asiiik

    Reply
  10. Mengubahnya susah juga ya, sekian lama kental manis dianggap susu soalnya. Meski begitu edukai seperti ini penting sekali. Mengingatkan orangtua jika pemenuhan nutrisi juga mesti disertai kesadaran akan pentingnya, bukan hanya sekadar kasih makan. Menarik ini mindful parenting, jadi reminder buat saya menjadi ortu yang lebih baik lagi

    Reply
  11. Memang dibutuhkan edukasi terus menerus supaya masyarakat terutama para ibu sadar tentang hal ini yah Teh, mungkin karena dulu sudah terlanjur ada branding susu kental manis, jadi yah otomatis dianggap susu padahal gizinya gak setara dengan susu.

    Padahal kalo dicicip, itu manisnya manis banget sampai giung hehe

    Reply
  12. setiap membaca tentang parenting, terbayang betapa hebatnya edukasi ini ya, semoga bisa menyentuh dan menggerakkan banyak orangtua

    yaaah harus terus menerus digaungkan si emang, apalagi setelah tahu akar masalahnya bahwa Indonesia menghadapi tiga pokok permasalahan (triple burden) yaitu stunting, wasting dan obesitas, serta kekurangan zat gizi mikro (anemia).

    Reply
  13. Walau sekarang ini sudah tidak boleh ada kata SUSU pada penyebutan kental manis, tapi emang masih banyak juga masyarakat yang menyeduh kental manis untuk diberikan ke anak-anak.

    Mindfull parenting ini kalau diterapkan, bakal bagus banget buat perkembangan anak ya mbak, terutama perkembangan psikologisnya

    Reply
  14. Lima mindfull parenting ini penting sekali untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, mba. Apalagi untuk tidak menghakimi, ini penting sekali karena kadang tanpa sadar kita saling menghakimi

    Reply
  15. Lima mindfull parenting ini penting sekali untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, mba. Apalagi untuk tidak menghakimi, ini penting sekali karena kadang tanpa sadar kita saling menghakimi ya

    Reply
  16. Mengendalikan diri, aku masih belajar dan terus belajar mbak soal ini. Karena merawat anak sendiri sekaligus merawat nenek aku jadi suka gampang emosi, cuma memang harus dikendalikan agar anak nggak jadi korban.

    Reply
  17. Wah iya nih, teh Okti masih banyak yang memberikan apa yg anak inginkan bukan apa yg anak butuhkan. Sebenarnya ga masalah sih ya, tapi tetap keinginan anak itu kan berawal dari kebiasaan kita menberikan makanan ke mereka. Jadi kontrol makanan bergizi juga harus diperhatikan. Agar apa yg mereka inginkan ya tetao makanan bergizi yang kita berikan

    Reply
  18. Gara2 ada kata “susu” di susu kental manis makanya jadi salah paham mengira ada kandungan susu padahal lbh banyak gulanya.
    Setuju banget memang gak perlu ngegas kalau memang ada yang masih keliru karena ketidaktahuan, sebaiknya memang bantu edukasi ya mbak.
    Apalagi gak semua org bisa beli sufor, krn himpitan ekonomi.
    Bisa minta jg kerja sama pihak2 terkait khususnya di daerah tempat tinggalnya utk kasi bantuan serta edukasi ttg nutrisi.

    Reply
  19. Gara2 ada kata “susu” di susu kental manis makanya jadi salah paham mengira ada kandungan susu padahal lbh banyak gulanya.
    Setuju banget memang gak perlu ngegas kalau memang ada yang masih keliru karena ketidaktahuan, sebaiknya memang bantu edukasi ya mbak.
    Apalagi gak semua org bisa beli sufor, krn himpitan ekonomi.
    Bisa minta jg kerja sama pihak2 terkait khususnya di daerah tempat tinggalnya utk kasi bantuan serta edukasi ttg nutrisi.
    .

    Reply
  20. Inget banget beberapa tahun yang lalu, di daerah tempat tinggal ibuku masih banyak orangtua yang ngasih anaknya 2 tahun keatas kental manis. Seperti biasa kata mere memang lebih praktis dan murah, karena tinggal campur air hangat aja udah jadi susu, gitu katanya 🙁

    Reply
  21. Iya terlanjur keliru mindsetnya ya kalau susu kental manis itu ya susu jadi sehat buat anak, daripada ngga minum susu setidaknya ada SKM… Padahal kandungan gulanya luar biasa..

    Reply
  22. Iya terlanjur keliru mindsetnya ya kalau susu kental manis itu ya susu jadi sehat buat anak, daripada ngga minum susu setidaknya ada SKM… Padahal kandungan gulanya luar biasa ya..

    Reply
  23. masih banyak loh orang tua yang ngasih anaknya SKM, di sekitar aku banyak. Kalau dikasih tahu malah marah ya ada. malah ada yang satu hari habis 1 kaleng. dan kalau ada orang sakit, eh dibawakan SKM juga.

    Reply
  24. masih banyak loh orang tua yang ngasih anaknya SKM, di sekitar aku banyak. Kalau dikasih tahu malah marah ya ada. malah ada yang satu hari habis 1 kaleng. dan kalau ada orang sakit, eh dibawakan SKM juga. dan untuk mengubah minsed tentang SKM itu bukan susu menurut aku lumayan susah. apalagi di desa.

    Reply
  25. Sounding yang konsisten memang bisa menyadarkan orang tua kalau kental manis bukanlah susu. Tetapi, memang harus disediakan juga solusinya. Salah satunya termasuk tentang harga. Terkadang ada orang tua yang sebetulnya udah tau. Sayangnya gak sanggup membeli susu.

    Reply
  26. emang bukan buat konsumsi susu cuma massyarakat kita dah biasa kayaknya konsumsi itu ya mak kadang sedih juga huhuhu. apalagi kalau keuangan terbatas tapi anak butuh susu huhuhu
    semoga kita menjadi orang tua yang bisa mengingatkan tanpa menghakimi ya mak

    Reply
  27. Di kampungku masih ada beberapa yang menjadikan ini diminum seperti susu. Edukasi kayak gini memang harus sering dilakukan ya Mak. Karena dari zaman dulu memang dikenal dengan susu kental manis. Jadi agak sulit mengubah paradigma masyarakat

    Reply
  28. Aku dulu waktu kecil seringnya minum kental manis daripada susu bubuk dong haha. Ternyata bukan susu ya. Edukasi semacam begini penting banget buat para orang tua, biar mindful kasih gizi yang tepat untuk anak-anaknya.

    Reply
  29. Memang masih banyak yang menganggap kental manis ini susu. Soalnya warna putih sama dengan susu dan memang sudah terlanjur menempel di otak kalau kental manis itu susu. Anak-anakku pun kadang ngeyel itu susu karena teman2nya bilang susu. Jadi masih PR juga buatku untuk menjelaskan pada mereka kalau kental manis itu cuma buat campuran aja gak ada nutrisi yang setara dengan susu.

    Reply
  30. Wah nice article, teh..
    Beruntung sekali sekarang bisa jadi ibu di zaman serba digital dimana informasi semakin terbuka dan akses terhadap dunia parenting termasuk mindful parenting ini bisa didapatkan, ya. Semangat terus belajar!

    Reply
  31. Setuju banget!

    Pola pengasuhan anak dengan mindful parenting ini merupakan hal yang mendasar bagi orang tua agar komunikasi dengan anak berjalan lancar!

    Afdolnya memang orang tua kudu melakukan pola asuh dengan kesadaran penuh, memberi perhatian penuh.

    Misalnya jangan berkata dengan anak sambil memegang gadget atau menonton TV.
    Harus ada kontak mata!

    Banyak lho hal positif yang akn diperoleh orang tua dengan menerapakan pola asuh mindful parenting ini seperti terhindar dari stress, menghargai pendapat anak dan terciptanya harmonisasi antara anak dengan orang tua.

    Insya Allah.

    Reply
  32. (ngacung duluu), saya termasuk golongan generasi yang kebablasan minum “susu” kental manis dan positif thinking aka PEDE sudah minum susu.

    Semoga semakin banyak kegiatan edukasi tentang parenting seperti yang diselenggarakan YAICI bersama Komunitas Menata Keluarga (EMKA), sehingga memperluas wawasan orang tua untuk menerapkan pola asuh anak yang lebih baik lagi

    Reply
  33. Mungkin masih ada yang menjadikan kental manis sebagai pengganti susu ya. Namun jangan pernah menyerah untuk sosialisasi seperti ini, agar makin terbuka lagi khasanah bahwa kental manis memang untuk toping makanan

    Reply
  34. Syukurlah sekarang sudah banyak sosialisasi bahwa kental manis itu bukan susu ya, tapi pelengkap makanan dan minuman, bisa jadi topping, tapi bukan untuk diseduh karena isinya lebih banyak sugar

    Reply
  35. Dengan kondisi teknologi yang makin cepat dan memudahkan seperti sekarang, memang jadinya kita suka absentmindedly melakukan sesuatu, ya. Saking maksudnya multitasking, mengandalkan catatan digital juga, akibatnya dalam melakukan sesuatu suka galfok. Termasuk akhirnya berpengaruh juga ke relasi dengan anak, dan urusan pilih produk pangan yang seringkali kita juga lakukan pembelian secara daring dan belum tentu toko daringnya menyertakan informasi produk yang lengkap dan update. Terima kasih sudah berbagi, Teh, jadi bahan renungan dan pelajaran juga buat aku.

    Reply
  36. Sempat heran waktu ke rumah teman, susu anaknya ditambah SKM, katanya biar ada rasa karena kalau rasa coklat yang bubuk, anaknya enggak suka. Padahal Susu Kental Manis hanya buat topping atau tambahan bikin kue, enggak paham lagi apakah enggak teredukasi ya? Hiks…

    Reply
  37. miris ya Teh, kita jadi peringkat kedua namun sayangnya kedua dari bawah untuk literesi gizi.
    duuh padahal orang Indonesia harusnya udah pada pintar ya apalagi kebanyakan udah pakai telepon pintar tapi ternyata masih kurang bijak untuk mencari informasi yang berguna seputar gizi dan nutrisi 🙁
    sedih sih ya masih banyak yang menganggap SKM sebagai susu dan diberikan ke anak-anaak bahkan balita 🙁

    Reply
  38. Bukan cuma di desa, ada beberapa orang yg saya kenal nih tinggalnya di Jakarta, mereka masih anggep kental manis itu susu. Anak2nya dikasih kental manis karena murah. Sedih deh, karena sy tau sih kondisi ekonomi mereka. Cuma bisa sesekali nolong. Semua hal emg hrs dilakukan dgn mindful, terutama parenting.

    Reply
  39. Bukan cuma di desa, beberapa orang yg saya kenal nih tinggalnya di Jakarta, mereka masih anggep kental manis itu susu. Anak2nya dikasih kental manis karena murah. Sedih deh, karena sy tau sih kondisi ekonomi mereka. Cuma bisa sesekali nolong. Semua hal emg hrs dilakukan dgn mindful, terutama parenting.

    Reply
  40. Sejujurnya seneng banget sekarang banyak media edukasi yang sudah oke banget untuk mendukung pertumbuhan anak-anak Indonesia. Semoga semakin lebih mengedukasi secara luas dan merata jadi bisa lebih baik lagi 🙂

    Reply
  41. Pola pengasuhan penuh kesadaran ini penting banget. Kadang kita sebagai orangtua lupa untuk melakukan hal-hal tersebut. Efeknya pada pertumbuhan dan perkembangan anak kit ajuga.
    Eh iya kental manis memang bukan susu ya hihi. Masih banyak masyarakat yang salah

    Reply
  42. Mengubah mindset masyarakat tentang skm bukan susu ini susah, di daerahku masih banyak yg ngeyel ngasih anaknya skm sebagai pengganti sufor. Bahkan kalau ada orang sakit, dibawakan skm juga…

    Reply
  43. Mengubah mindset masyarakat tentang skm bukan susu ini susah, di daerahku masih banyak yg ngeyel ngasih anaknya skm sebagai pengganti sufor. Bahkan kalau ada orang sakit, dibawakan skm juga…

    Jadi tentang skm dan gizi ini, masyarakat masih harus sering2 di edukasi…karena bakal ngaruh ke pola asuh juga sihh

    Reply

Leave a Reply to Keke Naima Cancel reply

Verified by ExactMetrics