Selesaikah Penanaman Pendidikan Karakter Ketika Anak Lulus Sekolah Dasar?

Tidak terasa, enam tahun sudah Fahmi, putra saya mengenyam pendidikan sekolah dasar. Rabu 25 Juni 2024 kemarin adalah hari perpisahannya di sekolah.

Sebagai orang tua, tentu saja saya merasa senang anak berhasil lulus SD. Tapi sekaligus deg-degan dan khawatir karena kepikiran bahwa sejatinya fase kehidupan anak selanjutnya justru sebentar lagi datang menantang.

Saya merasa anak dituntut untuk menjadi (remaja) dewasa sebelum waktunya. Anak dianggap sudah bisa melepaskan predikat sebutan anak-anak dan berganti menjadi remaja, padahal jiwanya saya tahu anak saya masih kekanak-kanakan.

Jangankan menjadi anak yang mandiri dan berprestasi, sebagaimana anggapan orang di luar kalau sudah lulus SD itu artinya anak sudah bukan anak-anak lagi. Yang ada, justru anak saya mah masih manja, masih perlu banyak dibantu, diingatkan dan dibimbing.

Pendidikan Karakter tetap dibutuhkan di sekolah lanjutan
Setelah anak lulus SD, bagaimana nasib pendidikan karakternya?

Tamat SD Penanaman Pendidikan Karakter Selesai?

Tentu saja tidak. Selain saya menganggap anak saya masih kekanak-kanakan, juga ternyata di SD tempat sekolah anak saya itu kemarin begitu banyak menemukan kejadian permasalahan anak yang intinya masih perlu diberi pendidikan karakter untuk menanggulanginya.

Pagi kemarin di sekolah Fahmi, saya mengalami dua kejadian masalah anak-anak yang bikin geleng kepala. Bikin yakin kalau pendidikan karakter kedua anak tersebut masih kurang.

Pertama ketika saya melihat seorang anak bicara dengan nada tinggi. Mata melotot padahal lawan bicaranya adalah orang tuanya sendiri. Sepertinya anak tidak bisa menahan emosi karena jajanan yang diinginkan dilarang oleh ibunya.

Kedua ketika saya melihat seorang kakak kelas dengan tidak berperasaan memukul kepala adik kelas padahal tidak ada masalah apa-apa. Mungkin saja mereka bercanda. Tapi jika dilihat orang lain, tentu saja hal tersebut sangat tidak baik. Apalagi di lingkungan sekolah dengan para pelajar pelakunya.

Dua akhlak anak yang saya lihat itu pastinya tidak diinginkan oleh orang tua manapun, betul? Siapa sih orang tua yang mau anaknya tidak tahu etika dan sopan santun? Siapa sih yang mau anaknya ringan tangan terlebih kepada orang yang lebih muda?

Pendidikan Karakter sepanjang hayat

Pendidikan Karakter Tidak Mempan, Salah Siapa?

Tidak perlu saling menyalahkan. Karena menanamkan pendidikan karakter kepada anak adalah tugas setiap orang dewasa.

Dan orang dewasa disini juga harus dilihat lagi. Apakah orang dewasa tersebut paham akan pendidikan karakter, atau justru orang dewasanya tersebut juga kekurangan pendidikan karakter dan justru harus ditanamkan etika dan sopan santun yang sama sebagaimana menerapkannya kepada anak?

Bisa jadi anak berperilaku tidak baik, karena meniru orang dewasa di sekitarnya. Bisa orang lain, bisa juga orang tua atau guru mereka sendiri.

Yuk kita benahi interaksi kita dengan anak. Bisa jadi sifat dan karakter (tidak) baik yang dimiliki anak itu memang hasil belajar dan melihat dari lingkungan terdekat, atau justru mencontoh dari ibu bapaknya, kita sendiri.

Bukankah ada pepatah buah jatuh tidak akan jauh dari pohon. Jangan mengharap anak berakhlak mulia jika kita orang tuanya masih belum bisa menjadi contoh baginya…

Pendidikan Karakter bukan hanya untuk usia dini

Pendidikan Karakter Pendidikan Sepanjang Hayat

Jangankan baru lulus SD, setinggi lulusan sarjana, seperti pendidikan S1, S2 bahkan seorang doktor, kalau tidak mempunyai adab sopan santun dan nilai baik pendidikan karakter lainnya itu sama saja hasilnya dengan nol besar. 

Pesan Guru untuk Siswa yang Lulus

Tidak heran jika banyak guru yang selalu memberikan petuah dan nasihat kepada siswanya yang sudah lulus, untuk tetap memegang teguh karakter baik yang sudah ditetapkan sebelumnya.

Pesan yang paling penting dari seorang guru, dan ini tidak hanya ditujukan kepada anak, melainkan juga kepada orang tua siswa, bahwasanya jika ada peluang sogok, meskipun mampu, jangan dilakukan!

Daripada nyogok karena tidak bisa masuk sekolah negeri atau sekolah favorit karena kendala zonasi atau prestasi dan lainnya, lebih baik memilih masuk sekolah swasta.

Kenapa dilarang keras nyogok demi bisa masuk sekolah yang diinginkan? Karena jika diawal hidup saja sudah dibiasakan dengan nyogok, bersikap curang dan berseberangan dengan nilai pendidikan karakter jujur dan bekerja keras serta disiplin yang selama ini diajarkan, akan jadi apa masa depan kita?

Semua tahu jika negara kita sudah parah korupsinya. Jika sejak belia sudah biasa nyogok, mau jadi apa kelak dewasanya?

Apakah orang tua ridho membesarkan dan mengantarkan anak ke pintu kesuksesan melalui jalan curang?

Ketika masuk ke sekolah dengan jenjang lebih tinggi, tetaplah jadi orang jujur. Kalaupun mau masuk ke sekolah yang diinginkan, ya sesuaikan dengan kemampuan dan usaha yang dilakukan.

Pendidikan Karakter tetap dibutuhkan dalam kehidupan manusia

Pendidikan Karakter untuk Kehidupan

Di jaman sekarang, jangan terlalu terpaku pada persaingan nilai. Persaingan nilai akademik tidak akan mempengaruhi masa depan seseorang.

Jangan mau jadi anak pintar, karena teknologi sudah jauh lebih pintar. Jadilah anak yang berbudi pekerti luhur. Yang mengerti etika dan norma.

Sekarang jamannya bukan siapa yang rangking satu. Melainkan jaman berkarakter. Karakter jujur, karakter berani, karakter disiplin dan bertanggung jawab, semua pendidikan karakter itulah yang terpenting dalam kehidupan.

Yang akan membuat seseorang jadi terhormat dan mulia di kemudian hari adalah kejujuran dan nilai baik pendidikan karakter lainnya seperti mental bekerja keras, mental kedisiplinan, yang semuanya bisa membentuk pribadi yang baik.

Dan semuanya itu tentu saja tidak bisa didapat selama enam tahun di SD saja. Melainkan sepanjang hayat. Selama kehidupan terus berlanjut, selama itu pendidikan karakter diperlukan dalam kehidupan manusia.

Supaya pemahaman kita akan pendidikan karakter semakin dalam, yuk baca juga artikel Bagaimana Pentingnya Menerapkan Pendidikan Karakter di Era Modern. Semoga artikelnya bermanfaat ya…

30 thoughts on “Selesaikah Penanaman Pendidikan Karakter Ketika Anak Lulus Sekolah Dasar?”

  1. pendidikan karakter itu selain di sekolah juga bisa melalui lingkungan. jadi kalo lingkungan dan didikan orang tuanya baik, tentunya dapat membentuk karakter anak yang baik pula

    Reply
  2. Meskipun sekolah dasar memainkan peran krusial dalam menanamkan pendidikan karakter, proses ini tidak boleh berhenti sampai di situ. Pendidikan karakter adalah proses yang berkelanjutan dan perlu ditumbuhkan sepanjang hayat.

    Reply
  3. Saat si anak lulus sekolah atau kuliah, bahkan telah bekerja pun namanya pendidikan karakter terus berkelanjutan, karena itu juga modal kedepannya

    Reply
  4. Anak lulus SD, pendidikan karakter belum selesai. Begitu menginjak bangku SMP ia tumbuh menjadi anak remaja, dimana lingkungan pergaulan akan sangat kuat mempengaruhinya.

    Reply
  5. Pendidikan karakter itu tidak seperti pendidikan formal seperti SD yang selesai dalam waktu 6 tahun. Karena karakter itu dibawa sampai mati, jadi ya pendidikan tersebut adalah pendidikan seumur hidup. Orang tua yang mendidik anak saja belum tentu sempurna, apalagi anak yang baru lulus SD.

    Reply
  6. Setuju kalau pendidikan karakter itu pembelajaran sepanjang hayat. Soalnya pendidikan karakter berhubungan erat dengan akhlak seorang manusia

    Reply
  7. Oh, tentu tidak, haha.. Pendidikan karakter anak tuh masih berlanjut sampek dia dewasa bahkan sampek tuir. Dan nggak boleh lengah nih ortu sebab persoalan ini.

    Reply
  8. Sepakat, pendidikan karakter ideaalnya berlangsung seumur hidup, bukan cuma untuk anak-anak. Sudah banyak sekaliiiii contoh orang berusia dewasa dan tua tapi akhlaknya kalah dari anak-anak.

    Reply
  9. Bisa jadi juga, di usia saya yang sudah sebesar ini, masih ada beberapa poin dari pendidikan karakter yang butuh diasah kembali. Urusan belajar membenahi diri memang nggak ada usainya ya, Teh. Terpenting, anggapan bahwa lulus sekolah bukan bermakna lulus juga proses belajarnya itulah yang patut ditanamkan terus.

    Reply
  10. Saya setuju banget, Teh. Kalau sejak kecil sudah terbiasa melihat ortu menghalalkan segala cara, termasuk dalam hal mendaftarkan anak ke sekolah favorit, ntar klo udah besar pun akan ikut2an melegalkan semua cara untuk meraih keinginan.

    Reply
  11. Kalo di luar negeri, pendidikan karakter malah diajarkan sejak dini. Bahkan hingga kelas 3 SD malah ga diajarin calistung berat. Lbh menitik beratkan ke budi pekerti seseorang.

    Dgn pendidikan karakter sejak dini dan ampe hafal, mknya budaya itu mengakar hingga dewasa.

    Kalo Indonesia? Kyknya pendidikan moral malah ngantuk smua pelajarannya. Imbasnya ya kyk gini deh. Banyak kasus amoral trjd.

    Reply
  12. setuju banget mba kalau pendidikan karakter itu sepanjang hayat dan rumahlah yang harusnya jadi sekolah pertama anak dalam pendidikan karakter

    Reply
  13. Lulus sekolah dasar tuh kaya nanggung banget ya proses transisi dari anak-anak ke remaja. Tapi, menurutku yang belum selesai harus terus dilanjutkan penanaman karakternya, apalagi masa remaja itu anak rasa ingin mencobanya tinggi sekali masih harus terus diarahkan dan dibimbing. Belum lagi di SMP yang sangat berbeda dengan SD.

    Reply
  14. sama halnya dengan proses membersamai anak dan menjadi orangtua, pendidikan karakter juga proses lifetime alias seumur hidup sih. tapi dasarnya memang dari usia dini hingga SD. ini dasar banget yang mana ortu harus extra effort terkait pendidikan karakter

    Reply
  15. Selamat dan Sukses untuk ananda Fahmi yaa, teh.. Uda lulus SD.
    Dan memang sejatinya anak-anak yang beranjak dewasa ini senaniasa diberikan pengarahan, contoh dan lingkungan yang baik agar pendidikan karakternya terus bertumbuh ke arah yang baik juga.

    Reply
  16. Aku juga sependapat soal nilai sekolah bukanlah tujuan utama, yang terpenting soal etika dan adabnya harus tetap dijaga.

    Reply
  17. Nah, jaman sekarang memang harus punya karakter baik. Nilai sempurna tapi hasil curang, kan enggak boleh! Setelah baca artikel teh Okti, saya jadi nemu sudut pandang baru soal parenting nih.

    Reply
  18. Mindset harus sekolah di sekolah favorit memang harus diubah. Memang sih tidak menutup kemungkinan, kalau semua orang tua mau anaknya di sekolah favorit. Anak saya misal yang pertama tahun lalu ditawari masuk di sekolah yang cukup favorit, swasta juga. Tapi karena dia pengennya mondok setelah SD dia milih di SD yang lebih murah, dekat rumah, karena ada muatan yang bisa menjadi bekal buat ke pondok.

    Harus mulai ajarkan anak jujur pada diri, dan jujur dalam meraih jalan masa depan. Jangan sampai n=bilang ke anak, gampang nanti ada teman papa, atau mama di sana. Kita bisa pakai jalur orang dalam, atau bisa bayar sekian. hm…karakter anak jadinya terbangun buruk sejak dini kalau seperti ini

    Reply
  19. Betul juga ya, pendidikan karakter ini adalah pendidikan sepanjang hayat. Sampai tua pun, sebenarnya kita harus terus mendidik diri. Karena bisa saja individi dewasa kepeleset dan berbuat salah. Cuma kalau dari kecil wes kuat pendidikan karakternya, tuanya akan lebih mudah dalam menjaga dan menjalanlan nilai-nilai karakter yang dimiliki.

    Reply
  20. Pendidikan karakter itu sepanjanga masa tidak hanya di bangku sekolah tapi bersama dengan lingkungan keseharian kita. Anak-anak yang berada dilingkungan yang baik dan sehat akan memberikan dampak yang baik dan sehat pula kedepannnya

    Reply
  21. Betul banget ini, pendidikan karakter sangat penting. Tidak berhenti di bangku SD atau SMP. Sampai akhir hayat pun orang tua harus selalu mengawasi anak-anaknya, dan terutama mendoakan anak-anak supaya selalu memiliki akhlak yang mulia.

    Reply
  22. Menanamkan pendidikan karakter kepada anak-anak memang sangat penting terutama mereka yang masih di tingkat awal atau SD agar pembentukan karakternya lebih awal, apalagi di awal anak beranjak dewasa, yaitu biasanya masuk sekolah menengah

    Reply
  23. menanamkan pendidikan karakter itu kelihatannya aja yang mudah, tapi praktiknya lumayan susah. karena memang harus konsisten dan dilakuin pembiasaan ya, dan prosesnya juga pastinya panjang

    Reply
  24. Sama banget anak saya sama fahmi teh. Masih jiwa kekanakan. Apalagi anak saya setara kelas 8 ini.
    Usia remaja begini mereka pengennya dianggap udah besar. Tapi belum cukup mandiri. Makanya kadang suka ketus kalo ngomong sama orangtua.
    Huhuhu masih panjang jalan mengajarkan pendidikan karakter teh. Kuy kita semangat..

    Reply
  25. Pendidikan karakter itu memang sepanjang hayat. Bahkan saat dunia mengalami perubahan.
    Jangan sampai anak tidak memiliki etika karena kurangnya pendidikan karakter. Dan ini tugas semua pihak, baik itu orang tua maupun tenaga pendidik di sekolah.

    Reply
  26. Anak sulung saya juga baru lulus sd mba.
    Ketika ambil raport, guru bertanya pada saya di depan anak saya.
    “Kalau lintang tidak lulus bagaimana bu? ”
    Saya bilang, “tidak apa-apa. Dia tinggal mengulang kembali kelas 6 nya”.
    Guru tanya lagi, ” Ibu tidak marah? “.
    Saya jawab, ” Tidak. Nilai bukan segalanya. Saya lihat anak saya sudah berusaha belajar, tapi kalau hasilnya tidak seseuai harapan sekolah, itu bukan masalah”.

    Ilmu bisa dipelajari. Yang penting adab dan akhlak anak saya sesuai dengan norma masyarakat dan agama kita.

    Adab dulu sebelum ilmu.

    Semoga anak-anak menemukan jalan kehidupannya masing-masing, jalan yang diridhoi Allah SWT tentunya.

    Reply

Leave a Comment

Verified by ExactMetrics